NovelToon NovelToon
Mencintaimu Adalah Luka

Mencintaimu Adalah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Bad Boy / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kania gadis remaja yang tergila-gila pada sosok Karel, sosok laki-laki dingin tak tersentuh yang ternyata membawa ke neraka dunia. Tetapi siapa sangka laki-laki itu berbalik sepenuhnya. Yang dulu tidak menginginkannya justru sekarang malah mengejar dan mengemis cintanya. Mungkinkah yang dilakukan Karel karena sadar jika laki-laki itu mencintainya? Ataukah itu hanya sekedar bentuk penyesalan dari apa yang terjadi malam itu?

"Harusnya gue sadar kalau mencintai Lo itu hanya akan menambah luka."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

delapan

Mentari perlahan memudar dengan bantuan awan tebal yang mulai menghalangi sinarnya. Kerumunan mulai terjadi setelah bel sekolah dibunyikan beberapa menit yang lalu. Langkah pasti Kania sudah jelas tertuju pada parkiran motor yang akan siap menyambut kedatangan Karel. Laras sudah meninggalkannya- ralat, ia yang meninggalkan Laras di kelas karena melihat Raka, Kania lupa bagian itu.

Tangannya terkantup di bawah dengan korek api hitam yang masih berada di tangannya itu dari semalam. Kania sudah mengusili Karel sejak saat istirahat, tetapi ia baru akan mengembalikan benda itu sekarang. Tahu kenapa?

"Karel!" Senyum lebar mulai ia tampakkan ketika Karel datang dengan seragamnya yang sudah terbuka dan menampilkan kaos hitam polosnya.

Karel tidak menjawab, justru malah mengabaikan kalian secara terang-terangan dan bahkan mendorong garis itu tanpa sentuhan untuk menyingkir dari dekat motor nya. Sore ini ada pertandingan basket dengan sekolah temannya dan janjinya ia akan datang tepat pukul empat sore, itu artinya pertandingan akan dimulai sekitar tiga menit lagi dari sekarang. Jika Kania saja sudah berdiri tepat di samping motornya, bisa-bisa dia telat karena harus menjawab berbagai perkataan tidak bermutu gadis itu. Jadi, lebih baik membuat karya menyingkir dengan halus bukan? Bahkan ia masih memakai kehalusan di sana.

"Karel, Kania ikut ya?!" Kania kembali berucap dengan semangat." Nanti pulang sendiri deh! Janji!" lanjutnya yang kemudian menunjukkan jari kelingking  dihadapan laki-laki itu.

"Minggir!" desis Karel. Ia mengambil helm miliknya kemudian memakainya dengan cepat. Cepat, karena dia tidak mau berlama-lama berada di dekat Kania.

"Serius! Pulang sendiri, beneran!" Ucap Kania belum menyerah.

Tapi Karel tetaplah Karel, ia tentu akan mengabaikan Kania jika sudah dianggap mengganggu. Laki-laki itu mengundurkan motor besarnya dan mulai menyalakan mesin. Tetapi belum sempat memutar gas, motornya itu kembali bergerak tanpa aba-aba. Kania baru saja menaiki motornya tanpa seizinnya.

" Turun!" titah Raja dengan nada tinggi.

Kania menggelengkan kepalanya, kamu lihat lampu kedua bahu laki-laki itu dengan semangat. " Ayo berangkat!" serunya.

"Turun!" Karel belum mau mengalah begitu saja. Ia tidak akan membiarkan Kania menang seperti yang sudah-sudah, tidak akan.

Seperti S tidak mendengar apa-apa, Kania malah bersiul senang dan mulai memperhatikan sekitarnya dengan senyuman lebar." Kamu nggak malu, Rel? Sekolah makin ramai loh," godanya dengan senyuman lebar. Ia jelas tahu, Karel paling tidak suka jika sudah dijadikan bulan-bulanan sekolah hanya karena sifat hiperaktifnya untuk mendekati laki-laki itu. Bukannya sih sudah tahan menjadi bulan-bulanan mereka, kalau Raja tidak mungkin tahan.

Karel mendesah pelan." Lo yang minta ya!" putusnya, kemudian menutup helm full face nya rapat. Di. Selanjutnya, ia mulai memutar gas motornya. Berawal dari perlahan dan berakhir pada kecepatan yang hampir membuat Kania terbang kalau saja tidak buru-buru melingkarkan tangannya pada perut laki-laki itu.

"Aku sih malah senang kamu bawa motor ngebut!" ucap ya sedikit berteriak yang dilanjutkan dengan kekehan dan bahkan gadis itu sudah tidak memperdulikan kenyataan jika Karel membawa motor itu dengan kecepatan hampir seratus kilo meter perjam dengan dirinya yang sama sekali tidak memakai pengaman kepala. Kania tidak salah bukan? Tentu ia senang Karel membawanya mengebut seperti ini, ia beranggapan jika Karel sama saja mempersilahkan dirinya untuk memeluk erat laki-laki itu.

-----

Dugaan Kania tadi, dimana ia tidak akan sendiri menunggu Karel selesai tanding, hal itu benar terjadi sekarang. Ada dua gadia lain yang sama-sama menyemangati kekasih mereka dari tim lawan. Mereka memang tidak mengajak Kania bicara, tapi setidaknya dia tidak duduk sendirian di barisan penonton. Ia tidak berisik seperti dua gadis di sampingnya. Karena otaknya seolah berpikir dan yakin, ketika dia mengeluarkan suara yang ada dirinya mendapatkan tatapan sini dari kedua gadis yang merupakan kekasih dari tim lawan itu.

Pertandingan sudah berjalan selama hampir tiga puluh menit dan artinya Kania akan menunggu Karel selesai dalam waktu kurang dari sepuluh menit lagi. 30 menit di luar dari waktu istirahat dan time out dan segala macam di luar pertandingan.

Tidak hanya Karel yang ia kenal di lapangan sana. Karena ada juga Fabian dan Raden yang ikut bermain dan bertanding secara layak di dalam sana. Tahu apa yang selalu terjadi pada Kania jika ketiga saudara itu sudah disatukan di hadapannya? Ia akan dijadikan babu oleh mereka. Seperti saat ini contohnya, di mana dirinya menjadi seperti penitipan barang dan juga jasa penitipan ponsel milik laki-laki itu. Kalau Karel sih, dirinya akan menerima dengan senang hati, tapi jika dua saudara laki-laki itu Kania malah jadi berat hati.

Bunyi peluit panjang membuat Kania menunduk. Pegal juga menunggu Karel seperti ini. Belum lagi satu jam dari sekarang ia akan lanjut untuk pergi ke klub malam milik Dewa dan kembali bekerja, mengingat hari ini adalah malam Sabtu yang tentunya akan lebih ramai dari kemarin. Ah, ia jadi kembali terbayang rasa pegal pinggangnya yang belum kunjung reda karena mencuci berbagai gelas kemarin.

Tangannya mulai bergerak usil ketika ponsel Karel menyala dan menampilkan layar dengan latar berwarna hitam polos. Bukannya tahu jika Karel menyukai hitam. Sangat tahu, ibu jarinya mulai berusaha membuka layar yang masih terkunci itu.

"Ulang tahunnya,," tebak ya kemudian menekan ibu jarinya dengan semangat di layar ponsel milik Karel. Angka yang dia masukkan salah.

"Ulang tahun gue mungkin,," ia melebarkan senyumnya. Padahal itu adalah hal yang paling tidak mungkin terjadi sekarang. Tetapi otaknya masih bisa berpikir seperti itu." Kan salah!" gerutunya.

"Apa ulang tahun,,," Kania bingung sendiri.

"Masa ulangtahun Sania sih?" Ia kembali menekan beberapa angka yang muncul salah. Senyumnya merekah ketika ponsel itu kembali bergetar.

"Aman!" ucapnya lega. Karena sudah malas berpikir lagi, ia membuka kamera ponsel laki-laki itu. Iya mulai mengerucutkan bibirnya dan menekan beberapa kali tombol putih di sana, berusaha memenuhi galeri Karel yang tidak bisa terlihat dengan foto-foto alaynya itu. Tenang saja ia yakin, tanpa diberitahu Karel tidak akan sadar jika dirinya sudah berselca di ponsel laki-laki itu.

Dan yang tidak Kania sadari adalah kalau jadi tidak fokus mendengarkan pembicaraan timnya karena kelakuan gadis itu yang menggunakan ponselnya. Sepertinya dia harus segera menghapus aplikasi kamera dari ponselnya mulai hari ini.

Tepat pukul setengah enam sore, karena sudah kembali dengan kaos barunya juga beberapa temannya yang baru saja mengganti pakaian juga. Bayangkan, makanya sudah merasakan bokongnya mati rasa karena menunggu Karel bertanding dan dilanjut dengan kumpul tim yang memakan waktu hampir setengah jam, kurang baik apalagi dirinya?

"Lo antar dia balik kan, Rel?" Raden bersuara setelah mengambil ponselnya dari tangan Kania.

Karel menggeleng." Gue ada janji-"

" Dia udah nungguin lo dan jagain tas juga HP Lo, tapi nganter balik aja Lo gak mau?!" Sindir Fabian yang secara tidak langsung membantu Kania.

"Gue gak nyuruh!" bantah Karel yang kemudian melepas sepatu basketnya dan menggantinya dengan sandal.

Raden terkekeh." Udah kayak nggak ada kerjaan Lo, Kan! Ikutin Karel ke mana aja," ucapnya pelan dan tidak bermaksud menyindir Kania dengan kebiasaannya itu.

" Enak aja! Gini gini juga setelah ini gue kerja," Kania protes. Ia kemudian beralih pada Karek dan melebarkan senyumannya pada laki-laki itu, di saat Karel bahkan tidak melirik ke arahnya sama sekali." Rel, anter aku ke club' Antariksa ya?!" pinta Gadis itu.

"Lo kerja si club' milik Dewa?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!