Setelah di hianati oleh rekan yang sangat dipercaya nya. Katrina mati mengenaskan ditembak oleh rekan sekaligus orang yang ia cintai. Namun ia mendapatkan kesempatan kedua, dimana ia bertransmigrasi dalam raga seorang Duchess yang gila cinta dan haus akan perhatian sang Duke membuatnya terpaksa hidup di dalam raga tipe wanita yang sangat ia benci.
Author mencoba membuat cerita bertema Transmigrasi seperti ini. Author harap para readers menyukainya. Terima kasih dan selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03
"Tinggalkan aku, aku ingin beristirahat" Ucap Katrina dan langsung di tanggapi Simon yang undur diri lalu keluar dari ruangan kamar sang Duchess.
Ketika Simon keluar, samar-samar simon mendengar suara anak kecil yang sedang adu mulut. "B-bagaimana ini?! I-ibu benar-benar akan membunuh kita kak" Rengek seorang anak kecil laki-laki berumur 4 tahunan. "Dia takkan marah! Wanita itu pasti sudah mati. Kita kan sudah melihatnya dengan jelas tubuhnya yang terapung di kolam" Sergah seorang anak laki-laki lain yang memiliki perawakan yang sama serta umur yang sama dengan anak kecil tadi. "Huaaa...aku tak mau ibu mati!" Ucap anak perempuan menangis sambil memeluk sebuah kain yang dilipat rapi. "A-adik jangan menangis" bujuk anak laki-laki yang sempat merengek tadi.
Simon berjalan mendekati ketiga bocah berumur 4 tahun yang saat itu sedang bersembunyi di balik dinding tepat tidak jauh dari pintu kamar sang Duchess. Simon menatap datar ke ketiga bocah itu. "P-paman!" Mereka terkejut. "Sebaiknya kalian pergi dari sini, Duchess pasti akan mengetahui keberadaan kalian yang berisik ini dengan jelas" Ucap Simon terus terang. Membuat ketiga bocah itu memasang wajah terkejut lalu perlahan mundur dan pergi.
.
.
.
Sementara Katrina saat ini sedang menggeledah isi kamar pemilik tubuh ini. Ia harus mendapatkan sesuatu yang bisa menjadikannya petunjuk penyebab jiwanya sampai berada di tubuh ini. Bisa saja pemilik tubuh ini mungkin bermain-main dengan hal yang di luar nalar manusia hingga bisa bermain-main dengan jiwa seseorang yang harusnya telah mati.
Kamar itu sangat luas dengan warna dindingnya yang dominan warna merah gelap dengan corak garis-garis. Katrina terus menggeledah hingga ia menemukan sebuah buku tebal. Tampaknya ini buku yang sering disentuh sang pemilik tubuh ini, dilihat dari lekukan kertas nya yang menandakan buku ini sering dibuka.
Sebuah buku diary, itulah yany terbesit di pikiran Katrina ketika melihat banyak sekali tulisan tangan di setiap lembarnya. Hurufnya terlihat seperti huruf aksara bahasa sanskerta, Katrina benar-benar merasa putus asa awalnya namun anehnya mengapa ia seolah-olah memahami tulisan ini? Katrina mulai melihat dan mencoba membaca tulisan itu, dan sungguh luar biasa. Katrina bisa membacanya seolah-olah ia memang berasal dari sini dan memahami tulisan dari tempat ini bahkan setelah ia ingat-ingat jika ia saja bisa bicara lancar dengan Simon tadi yang padahal menggunakan bahasa yang harusnya tak Katrina pahami tapi ia merasa memahami bahasa itu bahkan tanpa sadar sudah bicara dengan bahasa itu. "Mungkin karena jiwa ku yang masuk ke dalam tubuh ini" pikirnya
Katrina memulai membaca buku tebal itu dari halaman awal. Hingga tanpa sadar bahwa langit yang awalnya berwarna biru terang kini telah berganti menjadi orange, persis seperti warna rambut pemilik tubuh ini. Katrina juga merasa pusing karena matanya yang sudah berjam-jam terus membaca. "Hhnngggh.." Katrina menarik nafas dalam-dalam lalu menghembusnya panjang sembari melakukan peregangan karena merasakan ototnya yang kaku akibat duduk berjam-jam.
Katrina berdiri lalu melangkah mendekat ke arah jendela besar kemudian membukanya. Saat itulah Katrina melihat dengan jelas matahari terbenam tepat di depannya. Ternyata jendela kamar ini dibuat tepat searah dengan matahari terbenam, Katrina merasa bersyukur karena masih diberikan kesempatan kedua melihat dunia kembali.
Katrina mengedarkan pandangannya dan menyadari bahwa letak kamar ini berada di lantai paling atas di kediaman ini yang setelah Katrina sadari juga kediaman tempat ia tinggal sekarang benar-benar besar bagaikan sebuah gedung apartement yang terbuat dari batu. Sayangnya bangunan ini terlihat sudah sangat tua kemungkinan karena terkikis usia serta tidak dirawat dengan baik oleh sang pemilik.
Katrina juga melihat halaman rumah ini yang bisa dibilang tidak terlalu besar dan memiliki pagar rendah yang mungkin hanya sekitar perutnya? Dilihat-lihat juga, hamparan rumput yang di luar kediaman nya itu nampak tak terurus, terlihat seperti semak-semak dengan rumput yang sudah panjang.
Jalanannya pun terlihat kecil, kalau dipikir-pikir tidak mungkin kan seseorang berpangkat Duchess tinggal di tempat yang seperti ini? Walaupun ia bukan termasuk warga negara yang masih memakai sistem kerajaan seperti beberapa negara eropa di dunia nya dulu. Tapi ia tahu betul jika pangkat Duchess itu adalah pangkat yang tinggi, sudah pasti tempat tinggalnya seharusnya terlihat mewah dan bikin wah.
Tapi kediaman ini seolah-olah seperti kediaman tempat orang yang diasingkan. Apakah Duchess Luxio ini miskin? Tapi ia ingat betul penjelasan dari Simon yang mengatakan jika Duchess adalah putri satu-satunya dari Marquess maximillian yang terkenal kaya.
Juga cerita yang mengatakan jika pemilik tubuh ini sebenarnya adalah orang yang sangat kaya, terbukti dari buku diary milik si pemilik tubuh asli ini yang sempat Katrina baca beberapa lembar tadi.
Dimana Luxio menulis di diary itu jika ayahnya selalu membelikannya barang yang selalu ia inginkan. Setiap ada gaun maupun perhiasan keluaran terbaru, Luxio termasuk orang yang selalu membelinya terlebih dahulu. Kehidupannya benar-benar seperti seorang putri yang sangat bahagia. Sebuah kehidupan yang di impikan oleh setiap wanita manapun.
Setelah membaca beberapa lembar Katrina menyimpulkan jika Luxio Maximillian sudah mengenal sang Duke Ashley sejak kecil, bahkan sudah menyukainya. Serta suatu hal yang tak Katrina sangka ketika membaca diary kehidupan Luxio saat kecil dengan ayahnya. Disitu tertulis, 'Ayah sangat sayang padaku hingga ia membuat goresan di tubuhku' dan juga 'Ayah selalu memelukku hingga hampir mengakhiri nafas terakhirku'.
Entah mengapa kalimat itu seolah-olah mengatakan jika kehidupan Luxio saat kecil disayang oleh ayahnya namun juga disakiti oleh ayahnya? Tampaknya Katrina harus membaca isi buku itu hingga akhir. Tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Katrina. "Siapa?" Tanya nya. "Saya Simon nyonya" Barulah Katrina mengizinkannya masuk. "Masuklah"
ga selidiki lebih dulu ke akar2 nya ujung2 nya percaya sama ulet Keket si selir tuhh
kalau sudah tahu kebenarannya nah nyeseeelllll alamatnya 😂😂😂
lanjut thor
semoga menyesal nanti nya ... dan menyesal pun ga ada gunanya .... mamam tuh selir sampah ...