Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Beberapa Becak mesin terparkir di halaman rumah. Dengan Becak itu lah, keluarga Bu Ambar datang.
Di dalam becak itu, juga ada beberapa buah tangan, yang rencananya akan diberikan kepada calon menantu nya.
"Becak nya banyak ya. Apa mau ada acara?" Tanya Hanin pada Bu Ambar.
"Memang nya, harus ada acara dulu?"
"Iya. Hanin lihat ada acara 17 an. Orang-orang pada naik becak."
Hanin pun berjalan dan meninggalkan calon mertua nya di belakang. Jangan tanya seperti apa kakak ipar nya.
Wanita itu tertawa terpingkal-pingkal setiap kali mendengar Hanin bicara. Polos dan apa ada nya. Itu lah Hanin.
"Ibu Ambar dan keluarga, naik becak ini ke sini?"
"Iya. Memang nya kenapa?"
"Nggak apa-apa sih. Cuma, pasti mahal ya, ongkos nya. Apalagi becak nya rame gini."
"Nggak apa-apa kok. Yaudah, kita naik yuk."
Hanin dan Bu Ambar berada di dalam becak yang sama. Sedangkan calon suami nya, duduk dengan kakak nya. Entah apa yang mereka bicarakan.
Pantas saja Cantika langsung menolak mereka. Mana mau dia memiliki calon suami yang melamar nya, naik becak.
Hanin begitu menikmati perjalanan menuju ke rumah calon suami nya. Akan tetapi, tiba-tiba saja mereka berhenti di sebuah tempat.
"Kita kok berhenti di sini? Mau ngapain? Hanin nggak di jual kan?"
"Hus,,, ngomong apaan sih. Nggak mungkin Ibu jual kamu. Ayo turun dulu."
"Tapi Ibu janji ya. Jangan jual Hanin. Hanin takut, nanti ginjal nya di ambil. Trus, Hanin nggak punya ginjal lagi." Ucap nya sambil menghapus air mata.
"Ya ampun Hanin. Udah, ayo turun. Jangan punya pikiran yang aneh-aneh."
Hanin pun ikut turun dan membawa serta kardus besar milik nya. Walaupun kesusahan, tapi calon suami nya tidak berani membantu.
Ia tidak tahu, apa kah ia bisa jatuh cinta pada Hanin dan menikahi nya. Akan tetapi, ia juga kasihan melihat gadis itu. Jelas sekali jika keluarga Pak Rahmat sengaja mengusirnya.
"Bu Ambar, kok semua barang-barang nya di masukkan ke dalam mobil itu?" Tanya Hanin heran.
"Iya. Mau di bawa pulang. Kan kami nggak jadi, melamar saudari sepupu mu."
"Ooh, iya ya."
"Ya sudah, ayo kita naik. Mobil nya udah siap di perbaiki."
"Jadi, becak tadi bukan punya Bu Ambar?"
"Bukan, Hanin."
"Hanin pikir, keluarga Bu Ambar yang punya Becak-becak tadi. Istilah zaman sekarang itu pemilik nya lah."
"Bukan kok. Itu Becak di jalan yang kami sewa."
"Ooh. Ya ya."
Hanin pun masuk ke dalam mobil, dan duduk di depan bersama calon suami nya. Awal nya ia masih baik-baik saja.
Namun tiba-tiba, kepala Hanin pusing. Ia mual saat Ac mobil mulai di hidupkan. Hanin jadi lemah seketika.
"Bu Ambar. Kok Hanin pusing ya. Hanin nggak pernah seperti ini sebelumnya. Hanin nggak kuat. Mau muntah ini."
Mobil pun berhenti, Hanin langsung keluar dan benar-benar mengeluarkan seluruh isi perut nya.
Whuek....
Whueekk..
"Ni, minum dulu." Ucap Abian.
"Terima kasih Bang."
"Gimana, Udah mendingan?"
"Seperti nya udah. Mungkin Hanin masuk angin ya."
"Apa kamu pernah naik mobil sebelum nya?"
"Belum pernah. Ini baru yang pertama."
"Pantes aja. Kamu pasti mabuk perjalanan."
"Hanin nggak mabuk. Hanin masih sadar."
"Itu tadi kamu muntah-muntah. Apa juga kalau bukan mabuk."
"Sumpah demi Allah. Hanin nggak mabuk. Hanin nggak pernah minum-minuman kayak gitu, Bu Ambar."
"Ya ampun Haniiinn.. Bukan itu mabuk yang di maksud."
Bu Ambar hanya bisa mengelus dada nya. Hanin benar-benar luar biasa. Apa selama ini ia benar-benar tinggal di gua. Sehingga apapun ia tidak tahu.
Jika ia dijadikan menantu, pasti banyak hal yang harus di ubah dari Hanin. Ambar pun, harus mengajari Hanin banyak hal.
Akhirnya setelah muntah, Hanin pun tertidur. Mereka pun melanjutkan kembali perjalanan yang tertunda.
Keluarga Bu Ambar tinggal di kota. Hanya saja, jarak antara desa Hanin dan kota tempat mereka tinggal, lumayan jauh. Belum lagi dengan kondisi jalan yang masih tanah dan berbatu.
Hanin begitu terkejut saat melihat rumah calon suami nya. Siapa sangka ia akan menikah dengan Pria yang rumah nya sangat lah mewah.
Bahkan di tempat ini, rumah yang paling mewah adalah rumah calon suami nya.
Hanin jadi malu dan merasa tidak percaya diri.
"Kamu kenapa Hanin? Kok cuma berdiri di sini?" Tanya Kakak nya Abian.
"Kak, Hanin masuk nya pake sandal atau nggak? Takut nya nanti rumah Ibu Ambar kotor. Maklum, sandal Hanin kayak gini."
Andin, Kakak nya Abian merasa terenyuh hati nya, saat melihat sandal yang di pakai oleh Hanin.
Sandal swallow model lama. Bahkan tali nya saja sudah berganti dengan tali plastik. Saat Andin melihat sandal nya, Hanin hanya nyengir.
" Sandal ini sejak kapan?"
"Hanin lupa, Kak."
"Apa mereka tidak pernah membeli sandal baru untuk mu?"
"Hanin nggak mau. Paman selalu nawarin. Tapi Hanin takut sama Tante. Tante bilang, kalau banyak mau nya, nanti jadi hutang. Hanin nggak punya uang, jadi yang harus bayar orang tua Hanin. Kan kasihan, orang tua Hanin udah nggak ada, malah di kejar hutang."
" Tapi, itu kan rumah Hanin. Kok jadi nya mereka yang enak tinggal di sana. "
"Hanin nggak ngerti."
Andin menghembuskan nafas nya. Baru kali ini ia bertemu dengan gadis yang memang dari kecil, sudah di tanamkan hal buruk.
Pasti Tante nya sudah mengatakan banyak hal. Sehingga Hanin bisa menjadi penurut seperti ini.
Apalagi, Hanin hanya bisa bersekolah sampai Sd.
Jika teman-teman seusia nya sudah mencari pacar, berbeda dengan Hanin. Dia bahkan tidak apapun soal dunia luar. Ia terpenjara di rumah nya sendiri.
Andin merasa kasihan melihat nasib buruk yang menimpa Hanin. Semoga saja, ia bisa merubah Hanin nanti sedikit demi sedikit.
"Hanin, buka sandal nya. Dan buang saja di depan pintu ini."
"Baik, Kak."
Andin mengeluarkan sandal rumahan milik nya dari mobil, dan menyerahkan pada Hanin untuk di pakai.
"Pakai ini."
"Ini buat Hanin? Gratis kan kak? Hanin nggak punya uang."
"Gratis ya. Nggak perlu bayar." Ucap Andin sambil tersenyum.
"Terima kasih Kak Andin. Kakak baik sekali. Semoga Allah sayang kak Andin. Di berikan kesehatan, umur panjang, rejeki yang banyak."
"Aamiin, makasih Hanin. Udah, kita masuk yuk."
Andin pun membawa Hanin masuk ke dalam rumah mereka. Sesekali, tukang kebun dan satpam yang lalu lalang menyapa mereka.
Andin dan Hanin pun menjawab dan tersenyum. Walaupun Hanin tidak mengerti, tapi ia berusaha untuk ramah pada semua orang yang ada di rumah itu.
Jika Bu Ambar dan anak-anak nya baik, pasti semua orang yang ada di rumah itu juga baik. Begitu lah yang ia pikirkan.
ya allah ngakak bener deh masa iya si kancil kek motor pink.. ada2 aja
dan yg terjatuh td kok bisa... kk klo di daerah q mah motor yg bising itu buat ngarit namanya motor grandong.. karna udh di protolin
kok jd segetunya ya allah kasihan rahmat