Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
"Cukup ya? Kamu ingin memerasku, hah? "Bela menyela perkataan seorang lelaki yang ada di balik telepon.
"Ya sudah, jika kamu tidak bersedia memberikan uang yang aku minta. Siap-siap saja untuk masuk ke dalam penjara bersamaku. Aku sudah tidak kaget karena sudah beberapa kali keluar masuk penjara jadi tidak heran bagiku dengan situasi dalam penjara ibaratnya aku sudah hapal. Waktumu tidak banyak Nona cantik, aku hitung mundur dari satu hingga sepuluh," ancam lelaki itu kembali hingga membuat Bela gentar dan kalah. Iapun menuruti keinginan lelaki yang ada di balik telepon tersebut dengan memberikan sejumlah uang dalam nominal yang cukup besar.
Sementara di balik telepon, orang itu terkekeh setelah mendapatkan banyak uang dari Bela.
"Gara-gara Iva, aku harus berbuat nekat seperti ini. Menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan uang. Nona itu pikir setelah ini aku benar-benar pergi? Tidak donk, justru dia akan aku jadikan sebagai mesin ATMku dengan begitu aku nggak usah bekerja keras lagi. Ini sudah saatnya aku menikmati hidup tanpa harus memulung," batin Damar.
---------
POV DAMAR
Sejak berpisah dari Iva, kehidupanku berubah drastis hingga aku sengsara seperti ini.
Untuk makan saja aku harus memulung, dan kadang kalau sedang sial, hasil memulung di rebut paksa oleh para preman.
Tapi hari itu, datang seorang wanita cantik menghampiriku. Aku sempat heran kenapa seorang wanita yang berpenampilan glamour menghampiri lelaki lusuh seperti aku?
Awalnya aku pikir, dia suka aku. Ya walaupun aku memakai baju compang camping tidak mengurangi sedikitpun kegantenganku. Wah ini sih rezeki nomplok pikirku dalam hati sempat terbayang akan menikah dengan wanita yang kaya raya lagi.
Selagi aku asik memulung, ku hentikan aktifitasku sejenak untuk mengetahui apa maksud wanita itu mendekatiku.
Bahkan yang lebih aku herankan lagi, wanita itu mengajakku makan enak. Secara aku tidak menolak karena sudah begitu lama aku kesulitan untuk bisa mendapatkan makanan enak. Selagi mendapatkan rezeki untuk apa juga aku tolak.
Tidak hanya itu, aku juga diberi beberapa pakaian yang sangat bagus. Intinya penampilanku berubah kembali lebih baik seperti pada saat aku belum menjadi seorang pemulung.
Aku pikir semua kebaikan dia, gratis. Dan karena dia menyukaiku. Tetapi aku salah, dia meminta imbalan yang di luar pemikiranku. Dia memintaku untuk menyingkirkan seorang wanita paruh baya.
Awalnya aku ingin menolak, tapi dia justru membujukku dengan memberikan uang dalam jumlah besar. Mana mungkin aku menolaknya secara aku sedang membutuhkan uang.
Ku terima saja penawarannya itu, toh menguntungkan buatku. Asal aku bermain cantik pasti tidak akan ada orang yang tahu jika aku yang telah menyakiti wanita paruh baya yang ada di dalam foto yang sempat ia berikan padaku.
Bahkan aku tidak ingin tahu apa motif dia ingin menyingkirkan wanita paruh baya itu.
Aku sudah lelah hidup miskin sehingga aku mengambil keputusan ini. Aku tabrak saja wanita itu. Tapi setelah aku cek, aku ternyata salah orang. Padahal aku ingat benar, wanita yang ada di dalam mobil itu targetnya.
Tapi aku nggak mau tahu, aku telepon saja gadis yang membayarku dengan mengatakan bahwa aku sudah berhasil menyingkirkan wanita itu. Aku nggak ingin memperpanjang masalah sehingga aku kabur saja. Tidak peduli dengan kondisi wanita itu yang sempat mengerang kesakitan meminta tolong.
Uang sudah aku dapatkan, tapi dengan adanya kejadian ini justru aku punya ide lain yakni memeras gadis itu, untuk memberikan aku uang dalam jumlah besar kembali.
Rezeki memang tidak akan kemana. Mungkin ini memang jalanku untuk merubah nasibku yang buruk meski dengan jalan yang salah, biarlah nggak apa-apa daripada selamanya aku hidup memulung sengsara sekali.
Ini juga kesempatan bagiku untuk membalas dendam pada Iva yang sudah membuat aku dan Mamah sengsara. Bahkan karena dia juga akhirnya Mamahku meninggal tragis, ia tidak kuat hidup miskin dan terlilit hutang hingga memutuskan bu nih diri.
Tunggu ya Iva, aku pastikan kali ini kamu membayar mahal atas apa yang telah kamu perbuat padaku dan Mamahku.
Aku lekas membeli semua yang ku butuhkan dengan uang yang begitu banyak ada di rekeningku yang sudah lama tidak terisi. Bahkan aku juga membuang nomor ponsel yang sudah aku gunakan untuk menelepon gadis itu.
Aku nggak mau, dia melacak keberadaanku lewat nomor ponsel itu sehingga aku membuangnya untuk menghilangkan bukti. Aku putuskan juga untuk menutup nomor rekeningku sebelum ku ambil seluruh uang pemberian dari gadis itu.
-------------
Esok harinya, tanpa sepengetahuan Bela. Bibik menelepon Ben.
"Den Ben, bisa pulang sebentar nggak? Ada hal penting yang ingin saya sampaikan secara langsung menyangkut Non Bela. Sepertinya kurang afdol jika lewat telepon. Bibi curiga dengannya, Den. Mumpung Non Bela sedang tidak ada di rumah, pulang ya Den."
Setelah mendapatkan panggilan telepon dari Bibi, Ben memutuskan untuk sejenak pulang karena ia juga penasaran tentang apa yang akan di katakan oleh Bibi.
"Ada apa sih Bi? Apa Bela berulah selama aku dan Mamah tidak ada di rumah?" tanya Ben menatap menyelidik ke arah Bibik.
Sebelum wanita paruh baya itu bercerita, ia celingukan terlebih dulu. Setelah ia merasa situasi aman, segera bercerita tentang Bela.
"Den, semalam saat Aden tidak pulang. Bibi sempat memergoki Non Bela kesulitan untuk masuk ke kamar Aden. Bibi sempat menegurnya tapi justru di ancam akan di pecat olehnya. Bibi curiga Den, Non Bela bermaksud tidak baik."
"Bukan hanya itu Den, Bibi juga sempat mendengar percakapannya dengan seseorang di balik telepon. Pada saat Bibi melintas menuju ke ruang tamu untuk menutup hordeng karena Bibi kelupaan hordeng belum di tutup."
"Pintu kamar Non Bela agak terbuka sehingga Bibi sempat mendengar percakapannyaya walaupun tidak begitu keras, tapi Bibi sempat dengar Non Bela marah-marah karena sudah memberi uang tapi di mintai uang lagi yang jumlahnya tidak sedikit, Den."
"Entah informasi ini bermanfaat bagi Aden atau tidak yang jelas...
"Bohong! aku nggak seperti yang Bibi bilang. Aku tahu Bibi nggak suka denganku tapi nggak begini caranya menghasut Mas Ben dengan fitnahan Bibi!"
ucap lantang Bela sembari mendengus kesal sorot matanya begitu menakutkan.
Sejenak Bibi dan Ben menoleh ke sumber suara. Lantas apa yang akan terjadi selanjutnya?
lanjut