Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .
Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.
Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
"Sekian meeting kali ini. Semoga apa yang saya sampaikan dapat memotivasi kita semua. Terimakasih. Wassalamualaikum wr. wb."
"Waalaikumsalam wr. wb."
Pak Samuel selesai memimpin meetingnya. Pak Samuel lalu membubarkan para karyawannya ini.
Sekarang udah jam istirahat siang. Gue mau cari makan dulu.
"Buk, menu biasanya 1 sama air putih. Oiya sama kopi juga ya, kopi item." ucap gue yang langsung diangguki oleh ibu-ibu kantin.
Gue lalu mencari tempat duduk. Sambil menunggu pesanan gue dateng gue mau main game moba dulu.
Tapi kok, eh...
5 panggilan tak terjawab.
Gaby
Gak ketahuan, karena ponsel gue tadi gue silent. Gue lihat riwayat panggilannya.
09.56
09.59
10.01
10.04
10.15
"Gaby kenapa?"
Gue coba buka wa dia. Online. Kontaknya lagi online.
Ahh gak kenapa-napa. Kepencet kali ya.
Drrrttt drrrtt
Ada notif masuk.
Siapa nih. Nomer gak dikenal.
...0856xxxxxxxx...
Save. Naya
Mata gue auto membelalak. Ini beneran?
Whattt?
Naya?
Gue akhirnya punya nomernya Naya? Mimpi apa gue semalem!
Ettt, tapi dari mana dia bisa dapet nomer wa gue ya? Tauk ah, bodo. Yang penting gue bisa chatan sama dia, beres.
"Pak Chandra."
Gue terkejut tatkala Joy mendongakkan kepalanya dari belakang. Sumpah kayak hantu ya, mana rambutnya panjang menjuntai.
"Eh kaget ya? Maap maap." ucap dia sambil ketawa.
"Saya boleh gak duduk sini?"
"Ohh boleh-boleh, silahkan." jawab gue. Joy lalu duduk berseberangan dihadapan gue.
"Pak Chandra gak makan ya?"
"Makan, pesenan saya belom dateng." ucap gue.
"Yaudah saya makan duluan ya." kata Joy sambil menyendok makanannya ke mulut.
Gue mengangguk.
...Naya🐰...
Save. Nayeon!
^^^Asiap.^^^
Lagi kerja ya?
^^^Iya, tapi sekarang ^^^
^^^lagi jam makan siang ^^^
Oohh
^^^Hehe iya ^^^
Makan yang banyak
biar gak murung
terus
^^^Paan sih, orang ^^^
^^^udah gak murung ^^^
^^^semenjak ketemu ^^^
^^^lo tadi :p ^^^
Hmmm syukur deh :)
^^^Btw lo kerja dimana? ^^^
Adadeh rahasia
^^^Lah kok gitu :'( ^^^
Coba tebak dulu :p
^^^ Dimana ya? Gak bisa ^^^
^^^nebak ah gw ^^^
^^^:( ^^^
^^^minimal kasih clue Nay ^^^
Gak, kegampangan.
^^^Ihh rese ^^^
Ayolah, pasti bisa
Apa ya? Gue gak tahu. Setahu gue Naya itu kenalannya Samuel, apa dia punya perusahaan juga? Dia CEO juga kah?
"Pak Chandra saya duluan ya." ucap Joy yang udah selesai makan.
"Oh iya, hati-hati."
"Itu makanannya buruan dimakan, keburu jamnya abis."
Oiya gue belum nyentuh makan siang gue. Kalo gak diingetin Joy gue pasti bener-bener lupa, gara-gara keasikan chat sama Naya sih.
Sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pundak gue.
"Apalagi Bu Joy?" ngapain Joy balik lagi kesini, katanya mau balik ke ruangannya?
"Chandra gue mau ngomong sama lo." Gue auto mendongakkan kepala.
Gue pikir Joy yang balik lagi, tapi ternyata setelah gue lihat bukan. Ternyata orang itu adalah...
Ken?
Selera makan gue auto hilang. Gue jijik lihat muka dia. Masih berani-beraninya ya dia nemuin gue.
Gue menepis tangan kotornya itu dari pundak gue. Gue mau pergi dari kantin ini.
"Tunggu."
Brakkk.
Punggung Ken membentur lantai, gue sengaja membanting tubuhnya karena tangan dia kembali nyentuh pundak gue lagi. Udah gue bilang kan gue jijik anjing.
Seluruh penjuru mata melihat ke arah gue. Bodoamat. Terserahlah kalo gue mau diseret keluar oleh satpam karena udah bikin keributan. Terserahlah kalo gue bakalan di pecat dari kantor ini. I don't care!
"Aaarrggghhh." Ken mengerang.
Gaya banget tuh anak. Acting ya biar orang-orang pada kasihan?
Gue melangkah pergi, tapi sebuah tangan lagi-lagi nahan gue lagi. Tangan siapa lagi kalo bukan tangan orang bangsat itu. Gue menghempaskan tangannya dari kaki gue. Tapi dia tetep keukeuh gak mau ngelepasin.
Satu tendangan gue lemparkan, langsung mengenai muka dia. Dia belom jera juga. Gue tendang lagi berkali-kali, gue gak bakalan berhenti sampek dia ngelepasin tangannya itu.
Jeritan karyawan lain bersahutan, beriringan dengan tendangan kaki gue.
"Udah woiii!" Bimo berlari dari kejauhan.
"Diem lo sat! Gausah ikut campur!"
"Bang istighfar!" teriak Sean.
"Ken! Kennn! Lepas aja!" suruh Cio.
"LEPAS ANJING!" teriak gue.
Buggggghhhhh
Tubuh orang bangsat ini terlempar beberapa meter. Akhirnya gue terlepas dari tangan dia.
"Lo apa apansih anjir!" Dio tiba-tiba ngedorong tubuh gue.
Gue gak terima dong didorong.
Siapa sih yang terima tiba-tiba didorong kayak gitu. Ngajak berantem juga nih anak? Ayo siapa takut!
Gue menarik kerah baju dia.
"Apa lo! Lo gak tau apa-apa mending diem aja brengsek!"
"Tapi liat kondisi temen lo. Dia baru aja sembuh goblok!" Dio nyolot.
"Emang gue peduli gitu?"
Buggg
Fuck! Dia nonjok gue.
Bugggghhh
Gue bales nonjok dia lebih keras hingga tubuhnya tersungkur ke lantai. Gak berhenti sampek disitu, gue raih kerah bajunya kembali.
"Lo mau gue bikin kayak orang bangsat itu ya?" tanya gue.
"Dengan senang hati!" ucap gue lalu melanjutkan tinjuan gue.
.
.
.
.
.
.
Gaby's POV
"Gaby, kalo lo besok masih maksa buat masuk sekolah, kita gak bakal ngajak lo ngobrol." ucap Refran.
"Iya kalo perlu lo kita gelud." timpal Jiko sambil memasang kuda-kuda seperti hendak bertinju.
"Tapi gu--"
"Hussttt sttt stttttt, pokoknya lo harus nurut. Lo harus istirahat dirumah By, emang lo mau pingsan lagi? Enggak kan. Kasihan Jeje kerepotan gendong lo ke UKS. Mana kelas kita jauh banget." ucap Hafi.
Aku akhirnya cuma diem, aku udah kehabisan kata-kata. Tadi kata mereka aku pingsan lagi waktu udah sampek di ambang pintu kelas. Anak-anak pada histeris, pak Ahmad guru Agama apalagi.
Aku akhirnya dibawa ke UKS lagi. Dan sekarang aku dianterin pulang sama petugas UKS nya, anak-anak juga pada ikut.
"Pelan-pelan." ucap Juno yang lagi megangin tangan kiriku, sebelahnya lagi dipegangin sama Jevin.
Anak-anak mengantarku sampek di dalam kamar. Refran bahkan ngambilin air putih dari dapur. Gak papa aku gak marahin dia karena dia main nerobos ke dapur, aku malah berterimakasih kok udah diambilin.
Btw dia kok tahu tempat gelasnya ya, perasaan Refran belum pernah ke dapurku deh?
Ahh entahlah.
"Jangan, gue bisa sendiri." Aku menepis tangan Jevin yang mau melepaskan sepatuku.
Aku memang lemes tapi aku masih bisa kok buat ngelepas sepatuku sendiri.
"Gaby kamar lo bagus." puji Jiko.
"Makasih."
"Kapan-kapan gue nginep sini ya?"
Aku sama anak-anak auto natap Jiko. Yakali, lo mau disleding kakak gue Ko?
Eh...
Kakak?
Aku jadi keinget Chandra. Aku lihat jam di dinding, 2 jam lagi Chandra pulang. Apa kabar ya dia? Apa masih marah sama aku? Aku sungguh takut.
Jiko menggerak-gerakkan telapak tangannya di depan mukaku. "Kok lo bengong? Enggak-enggak, gue cuma becanda By. Mana berani gue tidur di kamar anak cewek, gue takut khilaf." ucapnya diakhiri tawa.
"Yeee emang dasar lo mesum." timpal Chris.
"Udah waktunya bro." ucap Juno.
"Nahkan gue ada yang belain." Jiko merangkul tubuh Juno yang ada di sebelahnya.
Tapi Juno langsung menepisnya "Apaan sih, bukan itu maksud gue. Maksudnya ini udah waktunya kita balik. Kasihan pak UKS nya nungguin tuh di luar." ucap Juno.
"Oiyaaaa..." pekik mereka serempak.
"Gara-gara keenakan di kamar Gaby sih." ucap Jiko yang lagi-lagi diakhiri dengan tawanya.
"Udah-udah yuk pulang. Makin lama makin ngaco nih omongannya. Kasihan ini si Refran cuma plonga-plongo, dia mah gak mudeng, masih bocil bau minyak telon gaess." kata Hafi. Kita semua auto ketawa.
"Tuhkan gue lagi yang kena!" Refran kesal. Kini dia cemberut kayak anak kecil. Pantes aja dibilang bocil.
"Gaby kita balik ya, ntar kita jenguk lagi." ucap Juno. Aku pun mengangguk.
Mereka lalu menyalamiku. Mendoakan supaya lekas sembuh.
"Kalian duluan ya, gue ijinin nanti sama guru pelajaran IPS ya. Gue pulang belakangan aja, naik-naik ojol atau angkot nanti. Gue mau nemenin Gaby." Seketika aku tercengang.
"Jangan, lo ikutan balik aja sama anak-anak." ucapku pada Jevin.
"Gak papa, gue biar tinggal disini dulu. Lagian kakak lo belum pulang kan, ntar kalo lo butuh apa-apa siapa yang ngambilin coba?"
"Enggak Je. Gue udah cukup, udah ada air minum juga tuh, gue udah gak butuh apa-apa lagi. Lo balik aja sana."
"Gaby gue itu ketua kelas. Gue harus tanggung jawab, gue gak bisa ninggalin lo sendirian dengan kondisi lo yang seperti ini."
"Astaga, kondisi gue seperti apa sih? Gue udah mendingan. Lo balik ke sekolah aja gak papa Je."
"Enggak, gue mau disini. Gue mau jagain lo."
"Enggak lo harus balik."
"Gaby plis."
"JEJE!" Tanpa sadar nada bicaraku tiba-tiba meninggi. Kamarku seketika hening. Anak-anak cuma menatapku sambil melongo.
"Jeje plis, gue mau istirahat." lirihku.
.
.
.
.
.
Chandra's POV
Flashback on...
"Pak Chandra anda telah melukai 2 karyawan saya. Tolong jawab pertanyaan saya, apakah anda menyesali kesalahan anda atau belum?"
"Samuel! Lo to the point aja mau lo apa? Mecat gue apa gue keluar sendiri dari kantor sialan ini!"
Plakkk
"Lo bener-bener kelewatan ya Chan. Gue sangat kecewa sama lo." ucap Samuel kemudian berlalu meninggalkan gue sendiri di ruangannya.
Shit! Pipi gue panas.
Buru-buru gue menuju ruangan gue. Gue mau beres-beres. Udah selesai kan tugas gue disini.
Flashback off...
This is my bad day.
Gue membanting pintu mobil gue dengan keras. Gue udah nyampek di rumah.
Pikiran gue kacau. Pakaian gue sangat berantakan.
Gue benar-benar seperti orang sakit jiwa yang kabur dari bangsalnya.
Gue haus, gue laper, gue ngantuk, gue pengen mandi, gue pengen teriak. Gue capek, gue bener-bener capek lahir batin.
Gue pengen mabok aja.
Gue memasuki rumah, melangkahkan kaki cepat menuju kamar gue.
Terlihat pintu kamar yang berhadapan dengan kamar gue terbuka sedikit. Terdapat tubuh kecil yang sedang tertidur di atas ranjang dengan memeluk boneka beruang.
Gue seketika berdecih. "Enak banget kerjanya cuma tidur."
Gue membanting pintu kamarnya dengan keras. Sangat sengaja gue melakukannya.
Harusnya tuh jam segini kalo anak perempuan normal lagi sibuk-sibuknya bantuin nyiapin makan malem, bukan malah enak-enakan tidur. Kayak ratu aja, cuman mau enaknya doang.
Puas puasin lo tidur, kalo perlu gak usah bangun!
...***...
"Lo ngapain kesini sat?"
"Yaelah bang, masa lo ngambek juga sama gue." ucap Sean yang kini tengah berdiri di ambang pintu depan rumah gue.
"Pergi aja lo!" Gue mau nutup pintunya tapi sama dia ditahan.
"Bang bang jangan gitu dong, kan gue gak punya masalah sama lo. Gue cuma pengen main PS doang astaga."
"Gak usah bo'ong. Lo belain mereka kan, udah pergi sana lo!"
"Aihhh bang. Siapa yang belain mereka, sampek kapanpun gue cuma belain lo, gue kan sohib lo dari bayi."
"Yaudah temenin gue minum sekarang!"
.
.
.
.
.
.
Gaby's POV
Aku membuka mata, melihat ke arah celah jendela. Ini jam berapa? Kok udah gelap?
Astagfirullah udah jam 9 malem.
Aku bangkit dari posisi berbaring.
"Aduhhh..."
Seharian istirahat bukannya sembuh tapi malah semakin pusing. Kayaknya aku harus minum obat deh.
Tapi.... Aku belum makan.
Aku mau turun buat ngambil makanan. Aku melangkahkan kaki keluar dari kamar. Kenapa tubuhku jadi lemes banget kayak gini ya. Aku gak bisa berdiri dengan tegak. Tubuhku gak bisa seimbang.
Ceklek
Ceklek
Ceklekkk
"Ishh!" Pintu kamarku lagi-lagi macet. Siapa yang nutup? Perasaan tadi siang sengaja gak aku tutup rapet deh. Jadi susah kan bukanya.
Aku gak nyerah muter kenopnya lagi. Setelah berkali-kali akhirnya kebuka. Aku lalu melangkah keluar.
"Hahahah..." terdengar suara terbahak dari kamar Chandra. Gak cuma satu suara tapi ada suara lain juga. Kayaknya aku kenal, itu suara kak Sean.
Ahh aku gak ingin masuk ke sana, Chandra kan masih belum mau mengajakku bicara, dia pasti masih marah sama aku.
Aku melanjutkan perjalananku ke dapur. Baru beberapa langkah dari pintu kamar, tiba-tiba kepalaku makin pusing tujuh keliling.
Aku harus cepet-cepet ke dapur, terus makan, kayaknya ini efek dari belum makan juga.
Aku berjalan sambil meraih apa saja yang dapat aku jadikan pegangan. Dinding. Aku merambat ke dinding supaya tidak terjatuh.
Sesampainya di tangga aku bingung gimana ini turunnya. Buat ngelihat anak tangga aja rasanya gak fokus, aku takut kalo jatuh terus guling-guling sampek ke bawah. Akhirnya aku menuruni tangga dengan cara duduk dan merosot sedikit lebih sedikit.
Sampailah aku di ruangan dapur.
"Kok kosong?" ucapku langsung lemas.
Gak ada makanan apapun di meja makan. Aku pikir Chandra udah masak makan malem, tapi ternyata enggak. Kenapa dia gak bikinin aku makan malem kayak biasanya? Kok dia segitunya sih?
Kemarin-kemarin mau semarah apapun dia sama aku, dia tetep mau bikinin makan malem kok, tapi sekarang...
Tiba-tiba air mataku mengalir.
Buru-buru aku hapus air mataku. Aku gak boleh nangis. Aku takut ntar tambah sakit.
Aku jalan ke arah laci tempat dimana gelas-gelas berada. Aku akhirnya memutuskan buat bikin susu aja.
Selesai minum susu aku balik ke kamar lagi. Aku ambil tas sekolah, disana ada obat yang dikasih bu UKS tadi.
"Kok gini..." ucapku sambil melihat tiga macam obat berbeda berbentuk tablet di tanganku.
Aku gak bisa minum kalo bukan obat cair atau sirup. Gak bisa nelen pil. Pahit.
Aku memasukkan kembali obat-obat ini ke dalam tas. Aku memutuskan buat tidur aja.
Drrrrtttt drrrrrttttt drrrrrttttt
Belum ada 5 menit aku membaringkan diri, tiba-tiba ada panggilan masuk. Dengan susah payah aku raih ponselku di atas nakas samping tempat tidur.
Mama.
"Halo, assalamualaikum ma."
"Waalaikumsalam. Maaf ya mama nelfon malem-malem gini. Mama kangen dek."
Seketika air mataku menetes begitu saja.
"Haloo... Eh haloo dek... Adek nangis ya? Kenapa nangis, kak Chandra nakal ya?"
"Enggak ma. Ma... adek juga kangen sama mama, sama papa, sama kak Yura juga, adek pengen ketemu kalian semua..."
"Cup cup cup tapi jangan nangis dong dek."
"Mama kapan pulang? Cepet pulang ya ma..."
"Iya sayang iyaaa mama usahain pulang secepatnya... Nanti kalo mama pulang kamu minta dibeliin apa?"
"Gak ada, aku gak minta apa-apa, aku cuma pengen mama pulang...."
"Iya dek... Sttt sttttt udah jangan nangis dong, mama ikut sedih nih."
"Iya maa, maaf." ucapku sembari menghapus air mataku.
"Kak Chandra kemana, kok ditelfon gak aktif."
"Ada kok ma dia lagi dikamarnya."
"Oh...Kamu udah makan kan? Hmm pasti tadi kak Chandra masak makan malem yang enak ya?"
Lagi-lagi air mataku tidak bisa terbendung, "Udah, adek udah makan, iya tadi dibikinin ayam geprek sama kakak." Aku coba sekuat tanaga untuk menahan suara agar tidak terdengar seperti sedang menangis.
"Waaahhh, mama jadi ngiler nih."
"Hahaha..."
"Eh dek, astaga udah jam 10 nih. Mama tutup telfonnya dulu ya, kamu segera tidur, besok sekolah kan? Maaf ya mama nelfonnya kemaleman jadi gak bisa ngobrol banyak. Besok sepulang sekolah mama telfon lagi oke?"
"Hmm iya ma..."
"Oke sayang. Jangan sampek telat makan ya, jaga kesehatan. Oiya mama nitip salam buat kak Chandra."
"Iya ma..."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Tut
Aku lantas kembali menangis tersedu-sedu. Bukan hanya fisikku yang sakit, tapi semuanya rasanya teramat sakit...
~tbc...