NovelToon NovelToon
Cintaku Luar Biasa

Cintaku Luar Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:16.7k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Permintaan Rumi untuk mutasi ke daerah pelosok demi menepi karena ditinggal menikah dengan kekasihnya, dikabulkan. Mendapatkan tugas harus menemani Kaisar Sadhana salah satu petinggi dari kantor pusat. Mereka mendatangi tempat yang hanya boleh dikunjungi oleh pasangan halal, membuat Kaisar dan Rumi akhirnya harus menikah.

Kaisar yang ternyata manja, rewel dan selalu meributkan ini itu, sedangkan Rumi hatinya masih trauma untuk merajut tali percintaan. Bagaimana perjalanan kisah mereka.

“Drama di hidupmu sudah lewat, aku pastikan kamu akan dapatkan cinta luar biasa hanya dariku.” – Kaisar Sadhana.

Spin off : CINTA DIBAYAR TUNAI

===
follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CLB - Mau ....

Kaisar berangkat dijemput Medi langsung menuju kantor Desa memenuhi janji dengan Prapto mengurus izin. Rumi berangkat sendiri dengan motornya. Sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka. Entah akan dibawa kemana pernikahan itu karena tidak berlandaskan rasa cinta. Apalagi mereka kerap berdebat untuk masalah apapun.

Paling tidak pikiran Rumi sibuk dengan ulah Kaisar dan Medi, bukan memikirkan masa lalunya dikhianati oleh orang terdekatnya.

“Rum, kamu tahu nomor hp-nya Mas Kaisar. Aku minta dong,” pinta rekan kerja Rumi saat ia baru datang,

“Nggak berani mbak, minta langsung aja sama orangnya.”

“Ck, belagu kamu Rum. Baru jadi kacung anterin pesanan Mas Kaisar aja udah berasa jadi asisten pribadi.”

Rumi menghela nafasnya berusaha sabar. Belum ada satu bulan berada di kantor cabang dan itu pun permintaannya sendiri. Tidak ingin membuat riwayat kerjanya buruk karena berkelahi dengan rekan kerja meski ingin sekali mencubit bibir Erni yang menghinanya.

Kalau saja ia mau sombong mengakui sudah menikah dengan Kaisar, mungkin Erni akan kejang-kejang.

“Maaf mbak Erni, saya hanya menjalankan perintah Pak Medi. Mungkin mbak bisa minta ke Pak Medi atau mau gantikan tugas saya. Boleh kok, mbak.”

“Mbak, mbak, memangnya saya mbak kamu.” Erni mencibir lalu meninggalkan Rumi.

Sebenarnya bukan hanya Erni, para perempuan di kantor itu penasaran dengan Kaisar. Pria dengan paket komplit, cocok dibawa pulang dikenalkan dengan orangtua sebagai calon menantu. Apalagi Kaisar agak cuek dan dingin membuat semakin penasaran para perempuan kecuali Rumi.

Menjelang siang, Kaisar dan Medi sudah kembali. Erni dan yang lain langsung mematut diri dicermin memastikan penampilan mereka terlihat menarik. Bahkan Erni menambah polesan di bibir.

Rumi fokus dengan layar komputer saat Medi melewatinya menuju ruangan.

“Selamat siang, Mas Kaisar,” sapa Erni dengan suara lembut.

“Siang,” jawab Kaisar singkat sedangkan pandangannya tertuju pada Rumi yang acuh dengan kehadirannya. Bahkan pria itu sudah berdiri di depan meja Rumi dengan tangan berada di saku celana.

“Rumi,” panggil Erni. Gadis itu menoleh dan Erni memberi kode agar melihat Kaisar.

“Ada yang bisa dibantu Pak?” tanya Rumi menyadari Kaisar berdiri di hadapannya.

“Pesankan saya makan siang, lalu antar ke ruangan. Nanti kamu ikut rapat dengan Pak Medi di ruangan saya,” titah Kaisar lalu meninggalkan Rumi.

“Baik, Pak Kaisar.”

Rumi beranjak dari kursinya, membawa dompet dan ponsel. Belum sampai ke motor ponselnya berdering.

“Iya, Pak,” ucap Rumi menjawab telepon dari Kaisar.

“Saya mau makan gado-gado pakai lontong, jangan pedas,” ujar Kaisar di ujung sana.

Kebetulan jaringan sedang bagus, ucapan Kaisar sangat jelas didengar oleh Rumi. Belum sempat menjawab, panggilan sudah berakhir.

“Gimana enggak emosi jiwa, nggak ada sopan-sopannya.”

***

Rumi kembali menenteng plastik berisi pesanan Kaisar dan juga makan siang miliknya. Langsung menuju ruang kerja Kaisar, tepat di samping ruang kerja Medi. Meja kerja para staf terlihat sepi karena jam istirahat.

Setelah mengetuk pintu ruangan Kaisar, Rumi masuk dan meletakan makan siang milik Kaisar.

“Mau kemana?”

“Ke meja saya, mau makan juga pak. Memang bapak doang yang butuh makan.”

“Di sini saja!”

Rumi tidak ambil pusing langsung duduk di kursi tepat di depan meja Kaisar dan mengeluarkan pesanan Kaisar dan juga miliknya. Serta es jeruk dalam cup pesanan Kaisar dan air mineral dingin untuknya sendiri.

Baru dua suapan Kaisar langsung mengambil tisu dan mengusap dahinya yang berkeringat.

“Kok pedas sih, saya bilang jangan pedas.”

“Hah, serius Bapak bilang jangan pedas? Saya dengarnya pedas loh,” sahut Rumi berusaha menahan tawa karena keisengannya. “Maklum saja pak, jaringan komunikasi di sini memang buruk.”

“Punya kamu, pedas?”

“Hm. Biasa aja,” sahut Rumi dan Kaisar dengan cepat menukar makanan mereka. “Eh, itu punya saya pak.”

“Nah, ini nggak pedas. Ketukar kali, gimana sih kamu.”

“Ketukar, emangnya sandal jepit bisa ketuker.” Rumi misuh-misuh karena ide jahilnya menjadi senjata makan tuan.

Lepas makan siang, Medi, Kaisar dan Rumi kembali berdiskusi masalah proyek yang memang butuh penanganan Kaisar selaku pejabat dari pusat.

“Banyak faktor yang buat proyek ini mangkrak,” jelas Medi lalu meraih berkas dari hadapan Rumi dan memberikan pada Kaisar. “Bisa dilihat di sini, ini masalah yang dihadapi. Sedangkan schedule yang ada tidak seimbang dengan situasi daerah ini.”

Kaisar sedang berpikir membaca kedua berkas, dahinya sampai berkerut dan terlihat sangat serius. Rumi memangku wajahnya dengan tangan memperhatikan Kaisar yang terlihat tampan.

‘Pantas saja pada cari perhatian sama ini orang, kelihatan ganteng banget sih. Ardi aja kalah. Duh, kenapa malah inget si Ardi sih. Tapi penasaran deh, Pak Kaisar kenal apa nggak. Lain kali aku mau tanya,’ batin Rumi.

“Rumi!”

“Eh, iya pak,” jawab Rumi tersadar dari lamunannya.

“Melamun aja, saya tahu Mas Kaisar paling ganteng di sini. Nggak usah juga kamu pandangi terus, nanti di rumah bebas mau pandang-pandangan sampai sakit mata,” ungkap Medi dan Kaisar pun menoleh merasa dia menjadi bahan pembicaraannya.

“Apaan sih, wajarlah saya pandangi Pak Kaisar dari pada pandangi bapak.” Rumi membuka file yang diminta oleh Medi. Sempat melirik ke arah Kaisar yang sedang memandangnya.

“Gimana Mas, jadi solusinya apa?” tanya Medi membuat Kaisar kembali fokus dan mulai menjelaskan langkah yang harus dilakukan. Medi manggut-manggut siap mengikuti arahan, Rumi hanya menyimak dan mencatat hal penting yang disampaikan oleh Kaisar.

“Kita mulai besok,” titah Kaisar.

“Hah, besok pak?”

“Iya, besok. Proyek yang kemarin sudah oke, tinggal jalan dan tidak harus Pak Medi yang turun tangan ‘kan? Semua mandor dan produsen bahan baku sudah siap. Sekarang kita fokus ke proyek ini dan kita mulai besok. Kumpulkan semua mandornya untuk rapat dan kamu Rum, siapkan berkas yang tadi saya minta. Masih kami beri kesempatan, kalau masih berlanjut dan tidak bisa berubah, maka yang terbukti melakukan kecurangan siap-siap dipecat dan mengganti kerugian atau kita lanjut di persidangan.” Kaisar menjelaskan panjang lebar apa yang harus mereka lakukan.

Dalam hati Rumi memuji Kaisar, ternyata pria itu tidak hanya bisa marah dah asal perintah. Namun, berwibawa dan cerdas. Buktinya langsung memberikan solusi, meski ia tahu sudah dibicarakan dengan tim dari pusat.

Kaisar terlihat berani padahal yang dia akan hadapi adalah beberapa orang mandor yang merupakan mafia proyek. Bahkan Medi saja tidak berani menghadapi, meski penduduk asli.

“Oke, kita mulai besok. Rum, hubungi Erni minta undang semua mandor proyek X untuk datang besok. Minta juga anggaran ke bu Eni.”

“Oke,” sahut Rumi.

Bukan tanpa alasan Kaisar ingin semua persoalan cepat selesai, karena itu tiket untuknya kembali ke Jakarta. Semakin cepat semakin baik. Setelah Medi dan Rumi sudah meninggalkan ruangannya, Kaisar melaporkan situasi sementara lewat pesan. Sebenarnya ada pesawat telepon kantor yang bisa digunakan Kaisar hanya saja rentan penyadapan, apa yang disampaikan ke pusat yaitu pada Johan sifatnya adalah rahasia.

“Kalau udah beres dan gue balik ke Jakarta, terus Rumi gimana ya. Apa dia mau ikut?"

\=\=\=\=\=

Pembaca : Mau mas Kai, aku ya mau ikut

Kaisar : 🧐

1
Farida Razigi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Farida Razigi
Semoga berkah kaisai
Farida Razigi
Assalamualaikum thor salam kenal ya...aq ngikuti Ig km thor...
Siti Dede
Laaah kenapa aku baru tahu agda karya barumu thooor
aliifa afida
lanjut thor
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Eva Karmita
sabar ya Kai mungkin Mak otor masih belum seratus persen merestui mu jadi kamu harus berusaha lebih keras lagi untuk mengambil hati Mak otor 🤣🤣🤣🤣
Eva Karmita
mulai dah si Mela ganjen lupa tu perut udah kayak bola kaki , masih aja gatel so" kecantikan jadi orang 😏😏
Eva Karmita
Rumi sayang ngk tuuuuuhhhh...👻🙈😂😂😂😂😂😍
Dewi kunti
sakne kaisar, author edan 😤😤😤😤
CintaAfya
senang bgt Rumi mendapat layanan yg baik2 dari keluarga Kaisar..
Purnama Pasedu
kaisar tersingkir
aroem
bagus
Ilfa Yarni
Alhamdulillah sambutan yg menyenangkan
Mrs.Riozelino Fernandez
mulut mu pak 😅
Rini
sabar 😂😂
Adit monmon
😂😂lnjut thor
Dewi Purnomo86
ternyata keluarganya baik kan rum......kasian deh Mela....kayak gak di akui sama keluarga Ardi.....hehe....kalo Rumi jelas dong yaaa.....
𝙌𝙤𝙧𝙞𝙨𝙮𝙖
sangat bangus
𝙌𝙤𝙧𝙞𝙨𝙮𝙖
apes banget nasib loe kai🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!