Raja Chaiden Gaver Wallace dan Ratu Ivara Zelda Geraldine Wallace, pasangan Raja dan Ratu yang saling mencintai, dua sosok yang memiliki pengaruh paling besar di kerajaan Wallace.
Ratu Wallace, merupakan perempuan Cantik, tangguh, bijaksana dan juga pintar, seorang Ratu yang begitu menghargai rakyat nya.
Tragedi penculikan yang di lakukan oleh paman Raja Wallace, membuat nya terjatuh ke dalam jurang, meninggal kan semua orang termasuk meningal kan cinta nya.
---------------------------------------------------
"Queen aku merindukan mu"
~Raja Chaider Gaver Wallace
"King aku kembali?"
~?......
"Ibu apa kami memiliki ayah?" tanya dua bocah kecil.
~?.....
Setelah tujuh tahun berpisah, akhirnya semesta kembali mempertemukan mereka berdua.
Akan kah cinta mereka akan kembali menyatu? Atau hanya sebatas pertemuan singkat?
Ada rahasia besar apa di antara Raja dan Ratu?
Penasaran? Cus langsung kepoin cerita Author
Season 2 CALON RATU TANGGUH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KIRIM SURAT
Dari depan Rumah Kakek Jo dan Nenek Li, Ivara bisa melihat pemandangan indah hutan pada malam hari, dibawah bukit tinggi.
Sambil bersandar di sandaran kursi, Ivara mendongak kan kepalanya melihat kearah langit malam yang di taburi ribuan bintang.
Fokus Ivara melihat kearah rembulan yang memancar kan cahaya begitu terang dengan bentuk bulat sempurna, terlihat sangat indah.
Tapi pikiran nya berkelana dan tertuju pada sosok laki-laki yang sangat dicintainya, Ivara benar-benar merindukan sosok itu, karena sudah tujuh tahun lamanya dirinya tidak bertemu sama sekali dengan suaminya, dan harus menahan rasa rindu ini.
"Jauh memandang," ucap kakek Jo, duduk di samping Ivara.
"Kakek!" ucap Ivara sedikit tersentak kaget.
"kakek belum tidur?" tanya Ivara.
"Bagaimana mau tidur, kalau cucu cantik kakek ini masih ada di luar rumah," jawab Kakek Jo, tersenyum kecil.
"Ivara memang Cantik," ucap Ivara seperti biasa, selalu percaya diri.
Kakek Jo tertawa kecil begitu pula dengan Ivara yang terkekeh.
"Ini sudah malam kenapa belum tidur? Ada masalah? " tanya kakek Jo, melirik Ivara sekilas.
"Apa jarak dari sini ke kerajaan Wallace itu jauh kek?" ucap Ivara, dengan tatapan lurus ke depan.
Ivara bukan nya menjawab pertanyaan kakek Jo tapi malah mengajukan pertanyaan.
"Kenapa? Apa kamu sudah ada rencana untuk kembali dalam waktu dekat ini?" ucap Kakek Jo,. ikut mengajukan pertanyaan.
"Hem"
Dehem Ivara menganggukkan kepala nya pelan.
"Iya, rencana nya dalam waktu dekat ini Ivara ingin kembali ke kerajaan Wallace, entah kenapa perasaan Ivara beberapa hari ini sedikit tidak enak," jawab Ivara memberi tahu.
"Tapi sebelum Ivara kembali ke kerajaan Wallace, Ivara ingin mengirimkan surat untuk seseorang," ucap Ivara menghembus kan nafas nya.
"Jadi itu yang sedari tadi kamu pikirkan?" tanya Kakek Jo.
"Iya," jawab Ivara jujur.
"Setidaknya sebelum Ivara membawa Brian dan Damar ke kerajaan Wallace, Ivara harus tahu bagiamana sekarang keadaan di kerajaan Wallace, Ivara tidak ingin ambil resiko dan nanti nya berujung membahayakan Brian dan Damar," ucap Ivara, mengeluarkan isi pikiran nya.
"Baiklah kakek mengerti, kamu tulis saja surat nya dan beri tahu kakek untuk siapa surat itu, tidak akan membutuhkan waktu lama surat itu sudah ada di tangan si penerima," ucap Kakek Jo, santai.
"Kakek serius?" tanya Ivara melihat kearah Kakek Jo.
"Tentu, tulislah, kalau sudah selesai kamu bisa beritahu kakek," jawab kakek Jo, mengangguk kan kepala nya.
Ivara menatap kakek Jo lekat dengan kening mengerut, Ivara sedang berpikir keras siapa sebenarnya Kakek Jo ini, kenapa Ivara merasa kakek Jo dan Nenek Li tidak sesederhana kelihatan nya.
"Melihat apa?" tanya Kakek Jo, menahan kedutan bibir nya.
Kakek Jo tahu perempuan yang sudah diri nya anggap sebagai cucu nya ini pasti bertanya-tanya tentang siapa diri nya.
"Kakek ini sebenarnya siapa? Dan kenapa Kakek Jo dan Nenek Li tinggal di tengah-tengah hutan seperti ini, dan Ivara juga sering melihat kakek berbicara dengan seorang pria berpakaian serba hitam, apa kakek manta Raja?" tanya Ivara memicingkan mata nya.
Kakek Jo tertegun mendengar perkataan Ivara.
"Menarik, cucu menantu ku ini memang sangat luar biasa," batin Kakek Jo, tersenyum miring.
Cucu menantu? Wow kakek Jo itu siapa?😱
"Kakek bukan mantan Raja, kamu ini ada-ada saja," ucap kakek Jo, terkekeh.
"Lalu siapa? Mantan Panglima perang?" tanya Ivara mendengus kesal.
"Kurang tepat," jawab Kakek Jo tertawa kecil.
Kakek Jo juga baru mengetahui beberapa hari ini ternyata perempuan yang ditolong nya tujuh tahun yang lalu itu adalah cucu menantu yang artinya Brian dan Damar adalah cicit nya.
Betapa senangnya Kakek Jo dan Nenek Li mengetahui satu fakta itu, tapi mereka berdua sepakat untuk tidak dulu memberi tahu Ivara, mungkin nanti di lain waktu.
"Ish!! Kakek ngeselin," ucap Ivara melipat kedua tangannya.
"Jo kau apakan cucu ku,"ucap Nenek Li yang baru saja datang.
"Kenapa bangun sayang?" tanya Kakek Jo, melihat istrinya.
So sweet banget gak sih, udah berumur tapi masih sayang-sayangan, manis banget anjay☺️
"Tidak ada," jawab Nenek Li, jutek.
"Apa yang sudah pria tua itu lakukan sayang, kenapa cemberut begini?" tanya Nenek Li, melirik Kakek Jo sinis.
Kakek Jo mengangguk kepala nya yang tidak gatal, melihat tatapan sinis istrinya.
"Untung sayang," batin Kakek Jo, tersenyum masam.
"Nenek Ivara boleh bertanya?" tanya Ivara tiba-tiba tersenyum cerah.
"boleh dong cantik," jawab Nenek Li mengelus lembut rambut Ivara.
Kakek Jo memalingkan wajah nya, karena sudah tahu apa yang akan ingin di tanyakan sama cucu nya itu.
"Nenek, Kakek Jo itu mantan Raja yang sudah turun tahta iya?" tanya Ivara, penasaran.
Jujur saja Ivara bisa merasakan Aura Kakek Jo yang cukup kuat untuk ukuran orang biasa, Apalagi di umur nya yang segini Kakek Jo terlihat masih bugar dan gagah, dan itu semakin menguatkan dugaan Ivara, bahwa Kakek Jo bukanlah orang sembarangan.
"Apa kamu bilang Nak? Mantan Raja? Siapa? Pria tua ini?" tanya Nenek Li, menggeleng-gelengkan kepala nya tidak percaya.
Ivara mengangguk kan kepala nya.
"Iya."
"Mana ada seorang Raja jelek seperti pria tua ini, kamu ini ada-ada saja," ucap Nenek Li, tersenyum geli.
" Siapa yang kamu bilang Jelek Hem?" tanya Kakek Jo.
"Tentu saja kamu pria tua, siapa lagi?" jawab Nenek Li, tidak terpengaruh dengan tatapan datar suaminya.
"Jadi bukan iya," ucap Ivara mengangguk kan kepala nya, percaya.
"Bukan, pria tua ini mantan tukang kebun istana," ucap Nenek Li, menggoda suami nya.
"Sembarangan!!" ucap Kakek Jo tidak terima.
Nenek Li mengedihkan bahu nya acuh, sementara Ivara tertawa pelan melihat Kakek Jo dan Nenek Li tampak masih harmonis walupun sudah berumah tangga puluhan tahun.
Reminder, carilah pasangan yang tepat.
Seperti kata pepatah, biar lambat asal selamat, tidak perlu cepat, yang penting tepat. Seumur hidup itu lama, maka temukan lah yang rasa cintanya setara.
"Jadi apa yang kalian bicarakan sayang, kenapa sampai malam begini belum tidur?" tanya Nenek Li.
"Tidak ada, Ivara hanya bertanya pada Kakek jarak dari sini ke kerajaan Wallace itu apa sangat jauh," jawab Ivara, jujur.
"Sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya saja saat ini kita ada di bawah bukit," ucap Nenek Li.
"Apa ada sesuatu Nak?" tanya Nenek Li.
"Ivara ingin mengirimkan surat untuk seseorang, sebelum Ivara kembali ke kerajaan Wallace," jawab Ivara jujur, tanpa ada yang di tutup-tutupi.
Nenek Li, mengangguk kan kepala nya mengerti.
"Begitu."