Di sebuah negeri yang dilupakan waktu, seorang jenderal perang legendaris bernama Kaelan dikutuk untuk tidur abadi di bawah reruntuhan kerajaannya. Kutukan itu adalah hukuman atas dosa-dosa yang dilakukannya selama perang berdarah yang menghancurkan negeri tersebut. Hanya seorang gadis dengan hati yang murni dan jiwa yang tak ternoda yang dapat membangkitkannya, tetapi kebangkitannya membawa konsekuensi yang belum pernah terbayangkan.
Rhea, seorang gadis desa yang sederhana, hidup tenang di pinggiran hutan hingga ia menemukan sebuah gua misterius saat mencari obat-obatan herbal. Tanpa sengaja, ia membangunkan roh Kaelan dengan darahnya yang murni.
Di antara mereka terjalin hubungan kompleks—antara rasa takut, rasa bersalah, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan. Rhea harus memutuskan apakah ia akan membantu atau tidak.
"Dalam perjuangan antara dosa dan penebusan, mungkinkah cinta menjadi penyelamat atau justru penghancur segalanya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wati Atmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertanda dari Langit
Setelah kebangkitan Kaelan. Seketika langit malam yang bertabur bintang tiba-tiba menjadi saksi sebuah fenomena langka. Karena malam ini akan ada bulan. Bukan bulan berwarna emas seperti biasanya tetapi berwarna yang aneh. Bulan muncul dan berubah menjadi gerhana. Namun, yang menggantung di langit bukanlah bulan biasa, melainkan bulan biru yang memancarkan sinar mistis di atas perbatasan dua negara yaitu Kerajaan Eravelle dan negara Vordania. Fenomena ini bukan sekadar keindahan alam, tetapi sebuah tanda yang erat kaitannya dengan kebangkitan roh sang jenderal legendaris. Bulan biru diyakini sebagai simbol persatuan kedua kerajaan di bawah kepemimpinan seorang jenderal agung.
Mitos tentang bulan biru telah lama beredar dari generasi ke generasi, diceritakan dari mulut ke mulut. Banyak yang percaya bahwa kemunculan bulan biru membawa keberuntungan besar. Cahaya lembutnya memberikan dua kesan utama yaitu magis dan romantis. Kesan magis melambangkan kebangkitan sang jenderal yang dipercaya akan membawa kemakmuran dan kejayaan bagi bangsa. Sementara itu, kesan romantis muncul dari legenda yang menyebut bahwa bulan biru adalah pertanda bahwa sang jenderal telah menemukan takdirnya—seorang pengantin yang akan mendampinginya.
Fenomena banyak membuat orang menjadi bertanya-tanya, apakah mitos ini bisa membawa kemakmuran atau hanya membuat perpecahan bagi kedua negara. Kejadian malam ini membuat mitos lama kembali hidup, menciptakan harapan dan kecemasan di antara kedua kerajaan.
Semenjak kejadian bulan biru itu. Banyak masyarakat menganggap pemerintahan kerajaan sekarang bukanlah kerajaan yang sah. Sehingga banyak gosip yang beredar tentang keluarga kerajaan. Apalagi muncul gosip yang membuat kedua kerajaan memanas. Bukan masalah antar negara tetapi masalah internal di keluarga kerajaan.
Ada yang menganggap pemberontakan di wilayah negara Vordania merupakan propaganda. Karena awalnya kerajaan ini menyatu. Tetapi setelah pemberontakan kerajaan menjadi dua.
Di pasar yang penuh sesak dengan pedagang dan pembeli, suara obrolan pelan terdengar di antara tumpukan sayuran dan kain. Masyarakat berkumpul dalam kelompok kecil, berbisik-bisik dengan nada sinis dan penuh curiga.
"Katanya, keluarga kerajaan sengaja menyembunyikan ramalan tentang bulan biru. Mereka takut kehilangan kekuasaan kalau benar Kaelan bangkit," ujar seorang wanita tua dengan suara serak, sambil memelintir kain lapnya.
"Tentu saja! Mereka hanya memikirkan diri sendiri. Kalau Kaelan kembali, semua orang akan melihat betapa tidak bergunanya mereka. Kerajaan ini sudah lemah sejak lama." kata seorang pemuda yang berjualan daging yang kini tengah mengasah pisau.
"Dan dengar ini," tambah seorang pria yang berdiri di dekat keranjang buah.
"Ada kabar bahwa Raja sebenarnya sudah tahu tanda-tanda kebangkitan itu sejak beberapa bulan lalu. Tapi mereka mengabaikannya! Bahkan, aku dengar mereka mencoba membayar orang-orang pintar untuk memalsukan ramalan." kata yang lain menambahkan.
"Kamu tidak dengar? Sang Putri, yang selalu tampil sempurna, katanya diam-diam meminta pertolongan dukun untuk memastikan kebangkitan Kaelan bisa dihentikan. Kalau itu benar, berarti mereka memang takut pada ramalan itu!" kata wanita lain sambil mendekat dan menurunkan suaranya sehingga dia bersuara hampir berbisik.
Orang-orang yang mendengar mulai mengangguk-angguk, meskipun tidak ada bukti nyata.
"Kalau benar Kaelan bangkit, aku yakin rakyat akan berpihak padanya," ujar seorang pemuda dengan penuh semangat.
"Dia jenderal yang membawa keadilan, bukan seperti para bangsawan yang hanya duduk di istana, makan dari kerja keras kita!" kata pedagang lain.
"Kamu tidak tahu, keluarga kerajaan ini bukan keluarga kerajaan asli...." kata pedang yang lain.
Percakapan itu semakin panas, dan gosip terus menyebar seperti api yang sulit dipadamkan. Ketidakpercayaan terhadap keluarga kerajaan tumbuh dengan cepat, membuat masyarakat merasa bahwa kebangkitan Kaelan bukan hanya mitos, tetapi harapan yang nyata untuk kehidupan yang lebih adil.
Namun, di sudut pasar, seorang lelaki tua memperhatikan kerumunan dengan wajah penuh keprihatinan.
"Hati-hati dengan harapan kalian," katanya pelan, nyaris tak terdengar di tengah riuh. " kata kakek itu
"Kebangkitan seorang pahlawan juga bisa membawa kehancuran, jika tak sesuai dengan kehendak rakyat..." kata kakek itu lagi.
...****************...
Di dalam ruang tamu megah Gedung Heofon, cahaya lampu kristal bergoyang lembut, memantulkan kilauan pada dinding yang dihiasi lukisan keluarga kerajaan. Namun, keheningan di ruangan itu terasa berat, diselingi hanya oleh desiran angin yang masuk melalui celah jendela besar.
Perdana Menteri Edric berdiri canggung di sudut ruangan, matanya gelisah, seperti seseorang yang membawa kabar yang tak ingin disampaikan. Ia melirik Raja Alistair yang duduk di singgasana emas. Raja itu tampak tak tergoyahkan, namun ada sesuatu di sorot matanya yang menunjukkan ia sudah menduga apa yang akan dibahas.
“Benarkah apa yang mereka katakan, Yang Mulia?” tanya Edric pelan, nyaris seperti bisikan.
Raja Alistair mendongak perlahan, tatapannya menusuk. “Apa yang kamu dengar, Edric?”
Edric menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Desas-desus. Mereka mengatakan… keluarga kerajaan ini bukanlah pewaris sah. Ada cerita tentang pemberontakan bertahun-tahun lalu itu merupakan konspirasi besar untuk mengganti siapa yang seharusnya memegang tahta.”
Raja Alistair tertawa kecil, tetapi dingin. “Desas-desus seperti itu selalu ada. Orang-orang suka menciptakan cerita untuk menghancurkan sesuatu yang tidak bisa mereka miliki.”
Edric tetap tak bergeming. “Tapi Yang Mulia, mereka yang berbicara bukan orang sembarangan. Kalau gosip ini benar, bisa mengguncang seluruh kerajaan. Apalagi mengubah ramalan itu merupakan kesalahan yang besar.”
Tatapan Alistair mengeras, tetapi ia tetap tenang. “Dan kamu percaya pada cerita itu?”
Edric menunduk, suaranya rendah namun penuh tekad. “Saya tidak ingin percaya, Yang Mulia.”
Raja Alistair berdiri perlahan, bayangannya menjulang di bawah sinar lampu. “Rakyat berhak untuk bergosip. Kalau rakyat mau bergosip, kita buat gosip baru dengan ramalan baru.”
“Jadi… itu benar?” suara Edric gemetar.
Alistair terdiam sejenak, tatapannya mengarah pada salah satu lukisan besar keluarganya di dinding. “Benar atau tidak, apa bedanya sekarang? Aku adalah raja yang memerintah.Apakah itu tidak cukup?”
“Tapi Yang Mulia,” desak Edric, “jika rakyat mengetahui kebenarannya—”
“Rakyat tidak akan tahu!” potong Alistair, suaranya meninggi untuk pertama kalinya. “Sejarah ditulis oleh pemenang, Edric. Dan aku… adalah pemenangnya.”
Edric menatap Raja Alistair dengan campuran rasa hormat dan ketakutan. “Tapi jika mitos itu benar, dan pewaris sah bangkit…”
Alistair tersenyum tipis, namun senyumnya dipenuhi kengerian yang tersembunyi. “Mereka tidak akan bangkit. Karena mereka tidak ada lagi.”
“Tapi jika mereka ada?” desak Edric, nyaris berbisik.
Alistair menatap tajam, lalu berbalik menuju jendela besar. Di luar, malam yang gelap tampak seperti bayangan gelap dari masa lalu yang tak bisa ia hindari. “Jika mereka ada, maka biar mereka mencoba. Dan kita akan lihat… siapa yang layak memimpin.”
Hening menyelimuti ruangan. Edric tidak berani bertanya lebih jauh. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa kegelapan sejarah yang telah ditutupi ini mungkin akan segera terkuak.
semangat terus yaa berkarya
oh iya jangan lupa dukung karya aku di novel istri kecil tuan mafia yaa makasih