Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Besok?
Alsa menatap Gerald yang masih berada di depannya dengan tajam. Begitu juga dengan Gerald yang masih menatap Alsava dengan tatapannya yang masih seperti tadi. Susah diartikan dan tidak bisa Alsa tebak.
"Minggir," ucap Alsa seraya melewati Gerald yang masih berdiri di depannya.
Baru berapa langkah, Alsa sudah berhenti karena suara Gerald. "Udah mau jadi seorang istri masih jalan sama cowok lain," sindir Gerald membuat Alsa mengepalkan tangannya kuat.
Alsa berbalik dan menatap ke arah Gerald dengan tajam. Dia menghela napasnya begitu dalam sebelum bersiap untuk menjawab sindiran Gerald barusan.
Alsa dan Gerald bagai air dan api tidak akan mungkin pernah bersatu, yang satu begitu dingin dan yang satunya begitu mudah panas tersulut emosi.
"Ck, pernikahan karena paksaan sama karena cinta itu jelas beda, dan lo jangan ngatur-ngatur hidup gue," tunjuk Alsa kepada Gerald.
Gerald tersenyum miring. Lalu mendekat di hadapan Alsava. Wajahnya benar-benar dekat dengan wajah Alsa, Bahkan Alsa bisa melihat dengan jelas setiap bentuk wajah Gerald yang hampir sempurna itu, hanya saja Alsa tidak mungkin menatap Gerald secara terang-terangan seperti ini.
Alsa semakin terkejut saat Gerald tersenyum miring masih dengan menatapnya, dia mundur sedikit karena tiba-tiba menjadi gugup. Mau bagaimanapun juga Alsa takut Gerald melakukan hal diluar batas. Meskipun itu hanya pikiran konyolnya saja.
"Jangan pikir gue menginginkan pernikahan ini, lo bukan selera gue," ucap Gerald membuat Alsa melotot.
Deg
Ucapan Gerald barusan membuat jantung Alsa terpompa dengan cepat, bukan sebuah pujian atau hinaan untuknya, tetapi ucapan Gerald sangat membuat Alsa kesal dan emosi, hanya saja Alsa harus berusaha tenang agar Gerald tidak besar kepala karena dia kesal dengan ucapannya tadi.
Sungguh Alsa tidak bisa membayangkan jika akan hidup dengan mahluk menyebalkan seperti Gerald. Kedua orang tuanya benar-benar tega menjodohkannya dengan Gerald. Kenapa harus Gerald? Tidakkah ada cowok lain selain Gerald? si cowok tampan yang menurut Alsava alay itu.
"Ck, kayak lo selera gue aja," jawab Alsa lalu berusaha untuk pergi dari tempat itu.
Tapi, lagi-lagi langkah kakinya terhenti. Gerald sudah lebih dulu menariknya, lalu tanpa aba-aba menggendong Alsava meninggalkan tempat itu.
Asla terus berontak meminta untuk diturunkan. Tetapi hasilnya nihil, sampai akhirnya Gerald membawanya ke parkiran mobil. Di depan mobilnya. Gerald baru melepaskan Alsava.
"Lo gila!" kesal Alsava seraya merapihkan rambutnya yang sdikit berantakan.
"Gue ngelakuin apa yang harus gue lakuin sekarang," jawab Gerald datar.
Alsa kembali menghela napasnya dalam-dalam. Menghadapi orang seperti Gerald benar-benar menguras kesabaran Alsava.
Alsa berniat untuk kembali masuk ke dalam. Dia malas berurusan dengan cowok seperti Gerald, yang ada malah Alsa akan mati sebelum acara pernikahanya besok.
"Orang tua lo nyariin lo, mereka telepon gue tadi."
Alsa kembali menoleh ke arah Gerald. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan semua orang yang berada di sekitarnya. "Nanti gue pulang."
"Sama cowok lo itu? ck, yang ada bokap nyokap lo akan nyuruh gue buat ngurung lo nantinya," jelas Gerald membuat Alsa memejamkan matanya sebentar.
Kedua orang tua Alsa memang meminta Gerald untuk menjaganya. Dan setelah merek menikah, kedua orang tua Alsa menyerahkan tanggung jawab mereka atas Alsava kepada Gerald sepenuhnya. Mereka yakin jika Gerald lelaki yang baik dan akan menjaga Alsava. Putri tunggal yang sudah cukup lama seperti mereka abaikan selama ini. Untuk menebus kesalahan kedua orang tua Alsa. Mereka hanya bisa melakukan itu untuk anak kesayangannya saat ini. Mereka takut akan semakin menyakiti hati anaknya nantinya.
"Oke gue pulang-" kalimat Alsa terjeda.
"Sama lo," lanjut Alsa dengan sedikit kesal.
Gerald tidak menjawab. Dia memilih untuk masuk ke dalam mobilnya. Diikuti oleh Alsa yang juga ikut masuk ke dalam mobil Gerald. Tetapi Alsa dengan sengaja malah masuk ke kursi belakang. Membuat Gerald menghela napasnya kesal dengan kelakuan calon istrinya yang selalu membuat masalah itu.
"Gue bukan sopir lo, pindah!" suruh Gerald membuat Alsa mendengus kesal.
Alsa kembali keluar dengan membanting pintu mobil Gerald. Lalu duduk di sebelah Gerald dengan perasaan yang masih campur aduk. Ini untuk yang kedua kalinya Alsa satu mobil dengan cowok tengil seperti Gerald.
Tanpa menunggu lama. Gerald langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia harus membawa Alsa pulang ke rumahnya. Meskipun tadi yang membawa Alsa pergi bukanlah Gerald sendiri. Masalah nanti orang tua Alsa, dia akan terpaksa berbohong.
Tidak ada suara di antara keduanya. Baik Gerald maupun Alsa sama-sama terdiam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sampai akhirnya bunyi ponsel Gerald memecah keheningan.
*Hallo Om
(..)
Maaf Om, tetapi besok aku ijin tidak berangkat.
(..)
Baik Om*
Alsa melirik sekilas ke arah Gerald, wajahnya sedikit berubah setelah mendapat telepon barusan. Gerald seperti memikirkan sesuatu yang entah Alsa tidak tahu dan tidak mau tahu.
"Ngapain lihat-lihat?" tanya Gerald membuat Alsa langsung mengalihkan perhatiannya.
Alsa menatap ke arah jendela. Melihat pemandangan kota di malam hari. Tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan dari Gerald tadi yang sudah memergokinya sedang mencuri pandang dari Gerald.
Mobil Gerald berhenti tepat di depan rumah Alsava. Sebelum mereka keluar Gerald melirik Alsa sekilas.
"Lo cari alasan sendiri kenapa bisa keluar tanpa ijin dulu sama bonyok lo," ucap Gerald membuat Alsa kembali kesal.
"Gue sih bisa aja bilang terburu-buru tadi karena mau kasih suport ke lo, tapi- lo nggak malu sama orang tua gue kalau lo yang bawa gue juga nggak minta ijin dulu tadi buat keluar?" jawaban Alsa membuat Gerald berpikir sebentar.
Alsa sudah tersenyum senang. Dia tahu Gerald akan merasa terpojokan karena hal ini. Dan Alsa senang jika dirinya menang atas Gerald.
"Itu bukan masalah buat gue," jawab Gerald santai.
Jawaban Gerald membuat Alsa sedikit terkejut. Bagaimana bisa Gerald mengatakan itu, setahu Alsa Gerald itu selalu bersikap sopan dan manis di depan orang tua. Termasuk di depan orang tuanya. Sampai menikahkan dirinya dan Gerald. Itu berati Gerald cowok yang luar biasa bukan di mata kedua orang tuanya? Tapi kenapa bisa jawaban Gerald begitu santai tadi? seperti tidak ada yang perlu dikhawatirkan olehnya.
Oke kita lihat aja nanti, gimana lo mau jelasin ke orang tua gue Batin Alsa tersenyum miring.
Mereka masuk ke dalam. Terlihat kedua orang tua Alsa yang langsung menghampiri mereka di depan pintu.
"Alsa kamu dari mana saja nak?" tanya Mami Eva khawatir.
Belum juga Alsa menjawab, Papi Dion sudah kembali bertanya. Bahkan Papi Dion juga memuji Gerald yang sudah membawanya pulang dengan selamat.
"Main sama kedua temanmu itu kan? harusnya kamu ijin dulu sama Papi dan Mamimu, untung nak Gerald mau mencarimu, terimakasih nak Gerald, maaf Om harus merepotkanmu," jelas Papi Dion membuat Gerald mengangguk dengan senyum.
Berbeda dengan Alsa yang menatap Gerald tidak percaya. Jadi ini yang membuat Gerald begitu santai tadi dengan ancamannya. Ternyata Gerald mengatakan jika Alsa pergi dengan kedua sahabatnya, tapi masih beruntung cowok tengil itu tidak mengatakan jika Alsa pergi malam-malam bersama dengan pacarnya. Setidaknya itu cukup membantu agar Alsa tidak mendapat omelan yang lebih dari kedua orang tuanya. Tetapi tetap saja Alsa tidak terima jika Gerald begitu mendapat pujian dari kedua orang tuanya.
"Saya pamit pulang dulu Om, Tante," pamit Gerald kepada kedua orang tua Alsa.
"Tidak masuk dulu kamu nak?" tanya Mami Eva lembut.
Gerald menggeleng seraya tersenyum. "Tidak usah Tante, saya juga harus menyiapkan untuk acara besok," jelas Gerald seraya menatap Alsa yang sedang menatapnya tajam.
Deg
Deg
Deg
Jantung Alsa terpompa cepat ketika mendengar Gerald mengatakan 'acara besok'.
Apa? besok? Batin Alsa seperti belum siap dengan apa yang akan terjadi setelah menikah nanti.
Apa lagi dengan cowok seperti Gerald. Cowok yang banyak disukai gadis-gadis dan playboy tengil itu. Alsa benar-benar tidak tahu nasib hidupnya akan seperti apa nantinya.
Sebenarnya kasian si Naya tapi karena kenekatannya dan jadi cewek yg Lemah,Aku gak suka..