Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kids
Langit terlihat masih gelap gulita, Leon masih minum dengan beberapa botol whisky yang sudah habis, tidak mabuk sama sekali Leon tetap terjaga. Padahal waktu menunjukkan pukul 5 pagi.
Leon bangkit lalu tangan nya meraih botol whisky yang tinggal setengah.
"Antar aku" singkat nya pada pria yang selalu menjadi tangan kanan nya. Tak berkata lagi pria tersebut menuruti perkataan bos nya ini.
"Apa rencana anda?" Tanya pria tersebut yang mengendarai mobil sesekali melirik bos nya yang melamun melihat keluar jendela tangan nya memegang botol whisky.
"Ikut bermain" jawab Leon yang masih melihat keluar jendela.
"Kau kembalilah ke rumah" lanjut Leon yang menyuruh pria disampingnya untuk tetap berada dirumah.
Sesampainya langit masih terlihat gelap namun Leon tetap masuk kedalam dengan tangan nya memegang botol whisky.
Terlihat kakek nya sedang duduk sambil bermain baduk catur khas Korea dengan batu putih dan hitam. Dia sedang bermain sendirian dipagi buta untuk mengasah otak nya.
"Anda sangat..hebat, bermain baduk dipagi hari" pungkas Leon yang datang langsung duduk diujung sofa dan menaruh botol whisky dimeja.
"Sudah kau putuskan" kakeknya mendelik melihat botol sambil tangannya memutar dua batu hitam baduk lalu melihat ke arah cucunya yang setengah sedang mabuk.
"Aku sudah datang pagi, dimana dia?" Terang Leon.
"Minggu besok kalian akan menikah, jangan berpikir hal lain apalagi melarikan diri" tutur kakeknya.
"Iya ..aku tahu" bangkit Leon.
"Sebelum itu" ujar Kakeknya melihat ke arah penjaga nya. Langsung paham memegang tubuh Leon, penjaga nya memeriksa benda apapun dari tubuh Leon.
Dan dapat sebuah pistol di letakkan dimeja, Leon mengerti kakeknya menggeledah tubuh nya.
'Rubah tua ini' umpat Leon yang mengeluarkan smirk nya tak percaya.
Tak lama Pisau lipat, dan satu pistol lagi berukuran lebih kecil diletakkan dimeja.
"Clear" ucap penjaga tersebut setelah selesai memeriksa benda terlarang yang akan membantu melarikan diri.
"Bawa dia" perintah kakeknya.
Dua penjaga itu langsung menuntun Leon bahkan ia dipegangi untuk menuju sebuah ruangan. Leon dipaksa masuk terlihat itu sebuah kamar dan tak lupa mereka mengunci kembali ruangan tersebut dari luar.
"Kamar?" Leon berjalan menelusuri kamar tersebut, namun langkahnya terhenti ketika melihat seorang wanita yang tertidur dibawah meja rias, hanya menggunakan selimut dan bantal. Itu Hana yang sedang tidur meringkuk karena ukuran meja rias yang tidak terlalu besar.
"Kasur lebih luas, dia memilih tidur disana" tutur Leon yang menghampiri.
Tok tok
Leon mengetuk atas meja rias, membuat Hana terbangun langsung terkejut melihat Leon ada disini sampai kepalanya terantuk meja rias.
Dak
"Aarghhh" ringgis Hana memegang kepalanya yang kesakitan.
Leon hanya menghela nafasnya melihat Hana yang nampak baik-baik saja, ia langsung rebahan di kasur bahkan menutup matanya karena ia mulai mengantuk. Memang Leon sudah menduga nya, kalau kakeknya tidak akan menyentuh Hana.
"Kenapa kau disini? Apa kau.. menyetujui pernikahan nya?" Tebak Hana.
"Iya" singkat Leon yang menjawab sambil memejamkan matanya.
"Kenapa?? Kau bisa saja memanggil bodyguard mu yang banyak membantu ku keluar dari sini. Tunggu .. kita tidak jadi pergi??" Cecar Hana yang kecewa.
"Kau pikir semudah itu memanggil mereka, tim sudah dibubarkan karena kita mau pergi" jawab Leon yang masih memejamkan matanya.
"Jadi..kita dikunci disini?" Tanya Hana.
"Aku mengantuk" Leon membenarkan posisi tidurnya.
Hana mengambil selimut yang dibawah meja, untuk menyelimuti tubuh Leon, namun hidungnya mencium bau alk*hol dari Leon.
"Kau habis minum" ucap Hana yang menyelimuti tubuh Leon.
Langit masih terlihat gelap, waktu sudah menunjukkan jam 6 pagi. Dan Leon baru saja tertidur.
Melihat Leon tertidur Hana hanya duduk dipinggiran kasur posisinya membelakangi Leon tidur.
"Apa aku harus tetap disini sampai hari pernikahan tiba? Tidak mungkin aku bisa mati kebosanan. Dan diusia ku seperti ini adalah tidak menikah. Aku tidak ingin menikah" lenguh Hana yang terus mengoceh padahal baru bangun tidur.
Karena berisik, tangan Leon menarik pinggang ramping Hana untuk mendekat dan tidur disampingnya padahal posisinya sedang duduk.
"Diamlah, temani aku tidur" pungkas Leon dengan suara khasnya.
Leon menelusupkan wajahnya ke leher Hana, hidungnya mencium wangi tubuhnya.
"Kenapa kau suka tidur seperti ini?" Tanya pelan Hana tidak ingin suara nya terlalu keras.
"Nyaman" jawab Leon kupingnya mendengarkan.
"Tapi .. kau belum mencukur? Dagu mu tajam" protes Hana karena bulu dagu Leon tumbuh kecil dan itu menusuk kulitnya.
"Kau mau membantuku mencukurnya?" Tanya Leon yang masih tetap dalam posisi yang sama.
"Tidur saja" tolak Hana yang mengalihkan pandangan nya kesamping.
...
Pagi jam 11, Hana sudah terbangun disaat Leon masih tertidur. Disaat itu pelayan masuk, dengan santai pun menaruh sarapan dimeja, kini tak hanya satu mangkuk nasi namun ada dua.
"Apa aku harus terus disini? Aku juga punya hak untuk keluar" protes Hana suara nya hingga membangunkan Leon.
"Jika nona butuh sesuatu, bisa mengatakan nya padaku" jawab pelayan tersebut lalu keluar begitu saja.
"Aku belum selesai" jengkel Hana.
Leon mengulet dibalik selimutnya sambil menguap, Hana melihat Leon yang terbangun karena suaranya.
"Sarapan" singkat Hana yang duduk dikursi bersiap untuk makan.
"Ini seperti penjara.." oceh Hana yang memakan sarapan nya.
"Penjara tidak akan sebagus ini. Lagipula hanya menghitung hari kau akan keluar dan menikah" Jawab Leon dengan suara seraknya lalu berjalan menuju meja makan yang berada dikamar.
"Apa .. benarkah.., menghitung hari.. mudah sekali bicaranya. Bagaimana dengan mental ku yang belum siap" oceh Hana yang mengambil sesuap nasi.
"Tidak ada yang perlu kau takuti, menikah sama saja. Kau hanya perlu mengikuti ku" santai Leon yang menyeruput sup nya.
"Kalau begitu sampai kapan kontrak pernikahan nya berlaku?" Tanya Hana yang sambil mengunyah.
"Selamanya." Singkat dan padat jelas Leon.
Hana terdiam sejenak melihat nasinya, lalu melihat ke Leon yang sedang makan.
"Tapi .. menikah adalah sama-sama mencintai. Kita kan tidak" ucap Hana membenarkan.
"Kau tidak suka aku?" Tanya Leon.
Hana mengulum bibir bawahnya enggan menjawab.
"Tak apa, perlahan saja. Kalau memang tidak ada rasa sampai berbulan-bulan kau bisa pergi" terang Leon yang tidak memaksa.
"Aku bisa pergi?" Ulang Hana.
Leon menatap tajam ke arah Hana, meski mulutnya berkata bisa pergi meninggalkan nya namun lain dari tatapan nya itu seperti berkata tidak.
"Lalu apa keuntungan nya buat ku menikah denganmu?" Tanya Hana.
"Bukankah terlihat jelas, uang banyak, hidup mu nyaman" jawab Leon yang membicarakan fakta.
"Maksudku bukan itu" tutur Hana yang menatap Leon.
"Lantas apa?" Leon menatap Hana juga.
"Kedepannya kau akan bagaimana denganku" tutur Hana yang ingin mendengar masa depan nya dengan Leon.
"Apa? Kau ingin memiliki anak??" Ceplos Leon berhasil membuat Hana terdiam sambil menatap lama Leon.