Sejak awal pernikahan,kehadiran Deandra tak pernah di anggap oleh suaminya, bagi athar dia hanyalah istri di atas kertas, terlebih statusnya hanya sebagai "pengganti" kakaknya yang seharusnya menikah dengan athar namun menghilang di hari pernikahan dan Dea lah yang akhirnya menjadi istrinya athar.
Berbagai usaha telah Deandra lakukan untuk meluluhkan hati sang suami, namun tak pernah terlihat sama sekali di mata athar.
Hingga akhirnya kesabaran Deandra mulai terkikis dan dia memilih untuk menyerah lalu mulai merubah sikapnya sama seperti sikap athar padanya, hal itu membuat athar merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang kurang yang selalu mengisi kesehariannya.
Perlahan sikap athar mulai berubah untuk meluluhkan sikap deandra kembali, di tambah persaingan cinta yang tanpa diduga muncul, membuat keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, lalu bagaimana kah akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian: 02
Di kantor athar bekerja seperti biasa, Aryan rekan kerja sekaligus teman sejak kuliah,menarik kursinya mendekat karena meja kerja mereka yang berdampingan.
"Jam istirahat, kita nongkrong bareng bagaimana?" usul aryan setengah berbisik.
"Kau saja, aku masih ada pekerjaan untuk di selesaikan. " balas athar tanpa mengalihkan mata pada layar komputer di hadapan, sekilas ia melirik jam di pergelangan tangan, lima belas menit lagi memang waktunya istirahat.
"Ah gak asik kau, selalu begitu sejak dulu. " dengus aryan. "oh ya kau kan sudah pasti di bawakan bekal oleh isterimu. "
Athar menoleh. "Tidak, aku engga di bawakan bekal. "
"Hah? tumben sekali deandra tidak menyiapkan nya? "
Tak! jemari athar di atas papan keyboard seketika terhenti ketika mendengar Aryan yang menyebut nama istrinya dengan begitu akrab.
"Kau memanggil namanya seperti sudah mengenal nya dan akrab dengan nya saja, " ujar athar, terselip nada tak suka ketika ia mengatakan itu.. Entahlah hampir seharian ini nama deandra hampir menyita seluruh otaknya.
"Eh kau tidak tahu ya?" sekilas aryan tertawa membuat dahi athar mengkerut.
"Coba deh kau ingat- ingat siapa orang yang selalu deandra amanahkan untuk menitipkan bekal ketika kau sendiri lupa untuk membawanya. "
Athar mulai teringat. "Dirimu."
"Nah itu kau tau. Athar- athar, deandra itu sangat tulus padamu, ck jarang ada wanita seperti dia bro walaupun ada sangat sulit untuk mendapatkan nya, kau beruntung memiliki nya. "
Athar terdiam sejenak. Benarkah dia beruntung?
"Apa dari situ kau akhirnya akrab dengan istri ku. "
"Ya bisa di bilang begitu, " ucap aryan, untuk sesaat otaknya mengulang kembali momen saat ia di telepon oleh nomor tak di kenal yang ternyata adalah istri dari temannya itu.
Waktu itu deandra bilang jika athar melupakan bekal makan siangnya, deandra menyusul namun malu dan terlalu segan untuk masuk ke dalam kantor hingga akhirnya dia hanya menunggu di parkiran dan memilih untuk menghubungi salah satu teman athar yang dia kenal.
Mulai dari situ aryan mengenal sosok Dea. bila sewaktu-waktu athar melupakan bekal makannya maka dea akan menyusul sampai parkiran kantor dan menitipkan nya pada aryan.
Athar tidak tahu jika selama ini dea selalu menyusulnya ke kantor yang athar tahu hanya sekedar dea yang menitipkan bekal nya yang kelupaan pada aryan. Hanya sebatas itu karena dia tak mau repot- repot untuk memusingkannya.
"Eh tapi kenapa yah Dea tidak menyiapkan bekal untuk mu, apa kamu melupakannya lagi? "
"Tidak. itu memang karena dia yang enggan untuk menyiapkan. "
"Tumben." Aryan nampak berfikir sejenak. "Apa selama ini ada sikap mu yang membuatnya berubah? jujur meski dea terlihat sangat tulus padamu, tapi kalian sama sekali tidak terlihat seperti pasangan suami- istri sebagai mana mestinya. "
Athar membisu. Aryan tidak tahu saja penyebab di balik pernikahannya yang terjadi dengan deandra.
"Apa selama ini kau selalu bersikap buruk padanya? jujur athar selama ini aku selalu iba saat melihat deandra dengan wajah lesu. Meski binar cintanya selalu terlihat saat menyebut namamu dia seperti menyimpan sesuatu yang membuatnya nampak rapuh. "
Athar semakin diam. Apa iya selama ini itulah yang selalu ditunjukkan deandra setiap harinya? tapi wanita itu selalu cerewet dan banyak tersenyum setidaknya itu yang selalu athar lihat. Apa mungkin deandra menunjukan itu hanya di depan nya saja?
"Athar jika dugaan ku benar, maka kau adalah pria yang paling breng sek sebab telah menyia- nyiakan wanita sebaik dia."
Athar mulai risih dengan ucapan yang di lontarkan aryan. Itu seperti memojokkannya.
"Ucapan mu terlalu ngawur, kau terlalu banyak menonton sinetron. "
Athar mematikan layar komputer dan bangkit dari duduknya.
"Eeee kau mau kemana? " pekik aryan kala melihat athar yang hendak pergi.
"Ini sudah jam istirahat, tentu aku mau makan. " sahur athar.
Aryan segera mengikuti langkahnya.
"Ck, aku belum selesai bicara athar dengarkan aku dulu, ini benar-benar serius. "
"Apalagi? " athar berbalik dengan tatapan horor, aryan seketika cengegesan takut bercampur geli.
"Aku serius thar. Jangan sampai kau menyia- nyiakan deandra, nanti kau akan menyesal. "
Dan ucapan aryan sukses membuat athar kepikiran sepanjang hari.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Athar kembali ke rumah. Keanehan berikutnya yang ia alami, kini deandra tidak lagi menunggu kepulangan nya di depan pintu seperti yang selalu wanita itu lakukan sebelumnya, jika ia mengabarkan akan pulang setengah hari pada bi nah.
Kenapa dia malah mengatakannya pada bi nah? jawabannya simpel saja karena athar tak ingin sampai deandra tahu karena bisa menebak gadis itu pasti akan menanti kepulangan nya dan pastinya athar akan berhadapan dengannya. Dan itu bukanlah sesuatu yang dia inginkan namun terkadang bi nah tak tega hingga memberitahukannya juga pada deandra.
Tapi kali ini athar memberitahukan nya langsung pada deandra namun wanita itu tak menunggunya.
Athar masuk ke dalam rumah berlantai dua yang ia beli dengan hasil kerja kerasnya itu. Melihat bi nah dia segera memanggil.
"Tolong bawa tas dan jas kerja saya ke kamar. "
"Baik tuan. Oh ya apa tuan mau di siapkan air panas untuk mandi? "
"Tidak usah. Oh ya di mana nyonya? "
"Nyonya sedang ada di halaman belakang tuan. Sedang menyiram tanaman. "
"Baiklah. Tolong sebelum pulang bibi cek gudang belakang. "
"Baik tuan. "
Sehari- hari bi nah memang bekerja dari pagi hingga jam tujuhmalam lalu setelahnya wanita yang sudah Sepuh itu pulang ke rumahnya yang tak terlalu jauh dari lingkungan sini.
Bi nah adalah wanita sebatang kara dia sudah mengabdi pada keluarga besar athar sebelumnya lalu semenjak athar menikah dia ikut membawa bi nah sebagai asisten rumah, pernah athar menawarkan tempat tinggal untuk wanita berusia senja itu namun bi nah menolak dengan alasan rumahnya masih dekat dengan rumah sang majikan, selama ini dia masih sanggup tinggal sendirian di gubuk reyotnya itu karena makam suaminya yang ada di sana.
Athar menyusul dea ke halaman belakang. Benar saja perempuan berambut hitam sepinggul itu sedang merawat tanamannya.
Dea memakai dress rumahan berwarna hijau muda dengan motif kembang- kembang, rambutnya di jepit asal dengan jedai, kalung pemberian almarhum nenek athar masih terpajang manis di leher putih jenjangnya, sepertinya dia habis mandi karena saat athar mendekat tercium wangi shampo dan harum mawar yang menyegarkan.
Sepertinya untuk pertama kalinya athar mengamati penampilan istrinya itu.
"Deandra."
Di panggil namanya membuat deandra yang awalnya sedang memunggungi athar seketika menoleh.
"Aku ingin bicara dengan mu. " athar bicara lugas namun entah kenapa ada gelenyar yang saat ini di rasakanya.
Deandra menghentikan aktivitas nya, ia taruh kembali peralatan untuk merawat tanamannya.
"Ada apa?"
Athar sedikit terlonjak karena mendengar deandra yang baru kali ini berbicara dengan nada dingin padanya.
"Apa kau marah padaku? "
Deandra diam, mata bulatnya seperti menyimpan banyak perasaan yang selama ini ia pendam.
"Menurut mu? " Dea balik bertanya.
"Kau marah. Apa itu karena kemarin aku mengabaikan pesan mu?"
Dea tersenyum kecut.
"Aku tidak marah. Untuk apa? aku juga tidak berhak untuk marah."
"Tapi nada bicara mu menunjukkan hal yang sebaliknya, " ucap athar.
Dea diam menunduk untuk sesaat lalu kembali menatap wajah athar.
"Kau tahu mas? selama ini aku sudah sebaik mungkin berperan sebagai istri yang sempurna untuk mu, tapi kau seakan tak pernah melihat usaha ku ini. Apa kau tau seberapa lelah nya aku? yang sangat berharap setidaknya kau bisa menghargai setiap usaha ku? "
Kini giliran athar yang terdiam. Ini seperti dia sedang berada di meja hijau dan pendakwah sedang membaca tuntunan untuknya.
Kejahatan yang dia lakukan memang tidak di sengaja namun sukses menorehkan luka yang sangat dalam untuk sang istri.
"Ingat mas, seseorang yang berkali-kali di acuhkan juga akan lelah, akan ada masanya dia akan menyerah. "
"Maksud mu? "
Dea tersenyum lembut. "Kau tahu pasti apa maksud mu mas. "
"Jangan sampai ketulusan seseorang yang kau abaikan ini akan habis pada akhirnya karena kau sama sekali tak pernah melihat perjuangannya untuk mu"
****
Bersambung....
hrse athar bisa buat rumah sendiri kan masak gk punya duit, pa lagi nnti athar sibuk kerja tinggal nunggu hancurnya rumah tangga dea dan athar saja sih ini. kn athar tau ibunya gk ska ma Dhea mlh di ajak serumah, aneh. lbih baik tinggal di rumah sederhana drpd tinggal di rumah megah tp bnyak racun di dalamnya.