Mawar seorang wanita yang bekerja di sebuah bar, tanpa sengaja menemukan seorang anak laki-laki yang membuatnya terikat dalam sebuah pernikahan dengan pria dingin namun hangat.
Di dalam pernikahan itu, harus banyak tugas yang mawar jalankan. Tapi akankah pernikahan itu berjalan sesuai dengan kesepakatan awal, atau berbelok ke arah lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Mawar pulang dengan wajah yang sedih, ia harus merelakan Rangga untuk kembali pulang ke rumahnya. Saat sampai di rumah, Dewi melihat Mawar yang pulang sendirian tanpa Rangga.
"Rangga dimana?" Tanya Dewi.
Mawar tersenyum kecut, "Tadi kita bertemu dengan ayah kandungnya Rangga, dan Rangga pulang bersama ayahnya." Jelas Mawar dengan senyuman di wajahnya.
Dewi terkejut saat mendengar hal itu, ia sudah mengganggap Rangga sebagai cucunya sendiri.
"Tapi kenapa kau tidak membiarkan Rangga untuk pulang dulu ke sini, dan berpamitan dengan ku." Ucap Dewi dengan nada yang sendu.
"Ayahnya ingin Rangga langsung pulang." Jelas Mawar yang memilih masuk ke dalam kamar, dan beristirahat.
Malam harinya seperti biasa, Mawar bekerja di bar. Ia tengah menyiapkan dirinya, tapi malam ini ia merasa sangat hampa. Terlebih setelah Rangga tidak ada di rumahnya.
"Mawar." Terdengar suara seorang perempuan memanggil namanya, Mawar langsung menoleh dan melihat Indah berjalan ke arahnya.
"Ada apa?" Tanya Mawar, tidak biasanya indah menyapanya.
"Kamu kemarin malam yang melayani tamu VIP?" Tanya Inda dengan nada sedikit ketus.
"Iya, karena Pak Hendrik yang meminta ku." Jelas Mawar.
Mendengar hal itu Indah menyipitkan matanya, setelah itu ia langsung pergi begitu saja tanpa berbicara lagi dengan Mawar.
Mawar yang tengah bersiap langsung di datangi oleh Hendrik, pria itu tersenyum pada Mawar.
"Mawar, sekarang kau menjadi pengantar minuman di ruangan VIP." Jelas Hendrik.
Mawar menyipitkan matanya saat mendengar hal itu, bukankah orang yang mengantarkan minuman di ruangan VIP hanya Indah dan tidak boleh ada orang lain.
"Bukankah Indah yang melakukan pekerjaan di ruangan VIP?" Tanya Mawar penasaran.
"Sudahlah, jangan bahas hal itu. Semua keputusan ada pada ku, jika aku menyuruh mu di ruangan VIP maka kau harus melakukannya." Jelas Hendrik yang langsung pergi setelah mengatakan hal itu.
Tak beberapa lama Indah kembali datang dengan wajah yang marah. "Apa maksudmu?!" Indah tiba-tiba memaki Mawar dengan nada tinggi.
Mawar bingung saat Indah tiba-tiba menghardiknya. "Kau datang marah-marah kepada ku, aku tidak mengerti maksudmu." Jelas Mawar.
"Jangan pura-pura bego deh?! Kau yang meminta Hendrik kan, agar bisa melayani tamu-tamu di ruangan VIP." Jelas Indah yang langsung menuduh Mawar.
Mawar tertawa saat mendengar hal itu, "Kau lucu sekali yah?! Aku sama sekali tidak pernah meminta hal itu, jika kau tidak suka dengan keputusan Hendrik. Kenapa kau tidak langsung protes saja pada pria itu, dan jangan protes pada ku karena aku hanya menjalankan tugas saja." Jelas Mawar yang mengambil sapu tangannya dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Indah yang tengah di landa kemarahan.
Mawar memegang sebotol wine, ia mendapatkan tugas untuk mengantarkan minuman ke ruangan VIP yang ada di lantai 5.
Seperti biasa Mawar hanya bertugas untuk mengantarkan minuman, dan untung nya yang memesan minuman adalah wanita-wanita konglomerat yang tidak membuat Mawar kesulitan.
Setelah selesai bekerja, Mawar duduk di ruang ganti. Jam sudah menunjukkan pukul 02.40 WIB, di saat Mawar tengah duduk dan beristirahat. Indah kembali datang dengan wajah yang kesal.
"Beraninya yah, kamu merebut posisi ku." Suara makian Indah terdengar keras dan membuat Mawar langsung terdiam sejenak.
"Apa maksudmu?" Tanya Mawar heran, ia baru saja beristirahat dan wanita ini malah memakinya habis-habisan.
"Kau melayani tamu VIP, kau harusnya tahu. Tamu VIP itu hanya aku yang boleh melayani nya." Jelas Indah kesal, ia merasa jika Mawar telah merebut pekerjaan awalnya.
"Mana ku tahu, jika kau ingin protes. Sebaiknya kau protes saja pada Pak Hendrik karena dia yang mengatur semua pekerjaan di sini." Jelas Mawar dengan tegas.
"Alasan! Harusnya kau bisa menolak dan jangan mau. Dasar munafik! Kau bicara seakan tidak mau, tapi kau senang kan melayani tamu VIP. Aku tahu, kau pasti menjajah kan tubuh mu itu." Jelas Indah yang langsung menuduh Mawar.
Mawar merasa tersinggung dengan ucapan Indah, yang menuduhnya habis-habisan seperti itu.
"Jaga mulutmu itu, aku bukan dirimu. Yang memberikan service tambahan pada setiap tamu." Timpal Mawar yang tidak mau kalah.
Mendengar hal itu Indah terkejut dan kesal, "Apa kau pikir aku tidak tahu, kau juga wanita murahan! Demi uang kau memberikan tubuhnya kepada setiap pelanggan." Jelas Indah.
Mawar sangat kesal saat mendengar hal itu, tapi saat ia ingin membalas. Hendrik tiba-tiba datang dan menatap keduanya dengan tatapan tajam.
"Suara kalian berdua terdengar sampai keluar, apa yang tengah kalian ribut kan?" Tanya Hendrik kesal.
"Wanita ini, dia marah kepada ku karena melayani tamu-tamu di ruangan VIP." Jelas Mawar dengan penuh ketegasan.
Mendengar hal itu Hendrik langsung menatap ke arah Indah, "Benar yang di katakan oleh Mawar? Kau memarahinya karena dia melayani tamu di ruangan VIP?" Tanya Hendrik kepada Indah.
"Wajar jika aku marah, tamu VIP itu biasanya aku yang melayani. Tapi kenapa wanita ini juga ikut melayani tamu VIP." Jelas Indah kesal.
"Jadi maksud mu, kau menentang kebijakan ku dalam menempatkan pegawai?" Tanya Hendrik dengan tatapan tajam.
"Bukan itu maksud ku, Pak Hendrik." Jelas Indah yang merasa panik.
"Lalu apa, aku manager di tempat ini. Mau siapa pun yang ku tempatkan di ruangan mana pun. Itu semua hak ku, dan kau tidak bisa menentang nya." Jelas Hendrik dengan nada tinggi yang membuat Indah Langs terdiam.
Setelah itu Indah langsung pergi meninggalkan Mawar dan juga Hendrik.
"Kau jangan dengarkan ucapan Indah, dia memang mudah marah dan temperamen nya sangat buruk. Anggap saja semua makian nya itu angin lalu." Jelas Hendrik, mawar hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan pelan.
Setelah itu Hendrik langsung pergi meninggalkan Mawar sendirian.