Aku sangka setelah kepulanganku dari tugas mengajar di Turki yang hampir 3 tahun lamanya akan berbuah manis, berhayal mendapat sambutan dari putraku yang kini sudah berusia 5 tahun. Namanya, Narendra Khalid Basalamah.
Namun apa yang terjadi, suamiku dengan teganya menciptakan surga kedua untuk wanita lain. Ya, Bagas Pangarep Basalamah orangnya. Dia pria yang sudah menikahiku 8 tahun lalu, mengucapkan janji sakral dihadapan ayahku, dan juga para saksi.
Masih seperti mimpi, yang kurasakan saat ini. Orang-orang disekitarku begitu tega menutupi semuanya dariku, disaat aku dengan bodohnya masih menganggap hubunganku baik-baik saja.
Bahkan, aku selalu meluangkan waktu sesibuk mungkin untuk bercengkrama dengan putraku. Aku tidak pernah melupakan tanggung jawabku sebagai sosok ibu ataupun istri untuk mereka. Namun yang kudapat hanyalah penghianatan.
Entah kuat atau tidak jika satu atap terbagi dua surga.
Perkenalkan namaku Aisyah Kartika, dan inilah kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28
Melati tersentak kaget. Dengan cepat, dia langsung menarik lengan Narendra, menyembunyikannya dibelakang tubuhnya.
"Aku akan membawa putraku pulang, mbak!! Narendra juga putraku, aku yang membesarkannya disaat kamu pergi. Jadi jangan halangi aku, untuk membawanya kembali!!" kata Melati yang nafas memburu. Wajahnya begitu gelisah, takut jika wanita didepanya akan merebut sang putra sambung.
Aisyah tersenyum miring. Merasa muak, karena wanita didepanya sudah seperti orang tidak waras. Aisyah melangkah lebih dekat, hingga membuat Melati sontak memundurkan langkah kebelakang juga.
"Kamu jangan gila, Melati!! Apa dengan cara ini, kamu merendahkan harga dirimu dihadapan banyak orang?! Seharusnya kamu itu malu, karena kamu hanya ibu sambung!!" balas Aisyah dengan penuh penekanan.
"Bunda.....hua.....!!" lirih Narendra yang tangisanya sudah pecah seketika. Bocah kecil itu menatap sang bunda, seakan berkata, 'Bunda...Rendra takut!! Rendra mau pulang sama bunda'
"Biarkan Melati membawa Narendra pulang!!" seru seorang wanita dari arah belakang.
Aisyah terperanjat, hingga dia membalikan badan segera, karena suara itu benar-benar tidak asing lagi baginya.
"Ibu.....?!" lirih Aisya, tidak menyangka mertuanya juga ikut andil disitu. Bukan saatnya dia harus merendah lagi dihadapan wanita tua itu. Aisyah harus menjunjung tinggi harga dirinya dihadapan sang mertua. Impiannya berumah tangga dengan bahagia, sudah hancur akibat ulah wanita tua itu. Dan Aisyah tidak akan membiarkan lagi, wanita-wanita durjana itu merebut buah hatinya.
Demi apa, Aisyah saat ini kesabaranya benar-benar teruji oleh dua wanita berduri itu.
"Ibu tidak ada hak, untuk membawa putraku kemanapun, termasuk DIA!!" tandas Aisyah sambil menunjuk wajah Melati. Tatapanya begitu menusuk, hingga membuat lawan bicaranya seketika naik darah.
"Ibu ada hak, karena Narendra putra Bagas!! Dan perlu kamu ingat Aisyah, bahwa Melati bukan simpanan Bagas, melainkan istri SAH!! Jadi, dia juga berhak atas Narendra!!" kata bu Dewi yang merasa tidak terima, dengan ucapan menantunya.
Aisyah yang merasa muak, langsung saja mendekat untuk menarik lengan putranya. Namun lagi-lagi, tanganya dihempas oleh Melati, dan sekarang dibantu oleh sang mertua.
Brugghhh...
Melati seketika mendorong tubuh Aisyah kebelakang, hingga membuat dosen cantik itu terhuyung dan jatuh.
"Sudah Melati, kamu bawa saja Narendra masuk kedalam mobil!! Jangan hiraukan wanita ini!" perintah bu Dewi, yang langsung mengajak menantu keduanya pergi dari hadapan Aisyah.
Namun baru akan melangkah, tiba-tiba mereka semua dikejutkan dengan suara bariton dari arah depan.
"LEPASKAN, NARENDRA!!" teriak seorang pria muda, sembari melepas kacamata hitamnya.
Tatapan mereka membola, tak halnya dengan bu Dewi yang sampai menjatuhkan tas jinjingnya ke tanah, karena dadanya seketika bergemuruh hebat, merasa seperti mimpi yang di lihatnya saat ini.
Deghhh....
Pria muda itu segera beranjak dari tempatnya semula, mendekat kearah Aisyah untuk membantunya berdiri.
"Dava.....?!" lirih bu Dewi membekap mulutnya. Kedua netranya seketika memanas menatap pria didepanya yang terpaut jarak beberapa centi saja.
'Bukanya dia, Dava? Ini bisa menjadi topik hangat, untuk membuat mas Bagas dapat membenci mbak Aisyah!!' tawa batin Melati dengan rencana liciknya.
"Dava...?!" lirih Aisyah, yang langsung mendapat senyum hangat dari sang empunya.
"Bunda....huaaa.....Narendra mau sama bunda!!" tangisan Narendra kembali pecah, karena dia sudah teramat lelah.
"Kamu tuli, LEPASKAN NARENDRA!!" bentak Dava kembali, yang suaranya bertambah dua kali lipat dari semula.
Melati yang merasa terancam, spontan tanganya melepaskan cengkraman dari tangan Narendra. Dia meringsut ketakutan, dan langsung mendekat kearah mertuanya.
Melihat itu, Aisyah segera menarik lengan sang putra dan disambut tangisan pecah kembali.
"Bunda, hiks....!!" isak Narendra, yang langsung menghambur dalam gendongan sang bunda.
Untung saja keadaan sekolah sudah sepi, karena Narendra pulang yang paling terakhir, akibat menunggu kedatangan bundanya. Jadi, kejadian yang berlangsung tidak dilihat oleh banyaknya orang.
"Aisyah, sekarang kamu tenangkan Narendra kedalam mobil!! Dua orang ini, biar aku yang hadapi!" seru Dava mencoba meyakinkan Aisyah.
Aisyah yang masih tertegun, hanya mengangguk dan langsung segera bergegas membawa Narendra bersama sang pengasuh.
Selepas kepergian Aisyah, Dava kembali menghadap dua wanita didepanya, dengan wajah yang sudah tersulut emosi.
"Dava...ini kamu sayang?!" lirih bu Dewi yang sudah terisak dalam tangisnya. Dia segera mendekat, dan langsung menggenggam tangan putra keduanya.
"Benar, aku sudah kembali!!" jawab Dava dingin. Kemudian dia memalingkan wajah kesamping sekilas. "Ck!! Apa yang barusan aku lihat?? Coba katakan?? Dimana hati nurani kalian sebagai sesama wanita?" suara Dava memberat, seraya mengambil tangannya yang digenggam sang ibu. Dia benar-benar tidak habis pikir, jika tidak melihat dengan mata kepalanya, betapa kejamnya ibu dan istri pertama Bagas.
"Dava...maafkan ibu, nak!! Itu semua tidak seperti yang kamu lihat. Aisyah itu tidak seperti wanita baik-baik yang kamu pikirkan!! Dia sudah membuat hidup masmu hancur, dengan kepergiannya dulu!!" dalih bu Dewi, mencoba memutar balikan fakta.
Dava berdecih, heran, kenapa sifat ibunya tidak berubah sama sekali, padahal kepergiannya sudah hampir 9 tahun lamanya.
Dia segera mendekat kearah Melati, tepat disamping tubuh istri kedua kakaknya itu, "Saya ingatkan sekali lagi, jika kamu masih mengganggu Aisyah dan juga putranya, saya tidak segan-segan membongkar semua kebusukanmu didepan Bagas!! Kamu fikir, aku tidak tahu apa yang kamu lakukan dibelakang suamimu!! Heh!!" Dava tersenyum remeh, menegaskan disetiap kalimatnya.
Dengan begitu, Dava segera melenggang pergi, tanpa peduli tangisan sang ibu, yang berteriak memanggil namanya.
"Dava....kamu mau kemana nak? Dava...ayo pulang sama ibu!!" teriak bu Dewi disela isakan tangisnya, yang tak dihiraukan lagi oleh sang putra.
Rupanya, apa yang barusan dia lakukan dengan Aisyah, rupanya langsung dibayar kontan oleh Tuhan terhadap putranya sendiri. Dava bahkan sudah tidak mau lagi berurusan dengan ibunya begitupun sang kakak, Bagas.
"Sudah bu, lebih baik ayo kita pulang!! Biar mas Bagas yang mengurus Dava," lirih Melati, dengan menuntun mertuanya menuju mobil.
Sementara didalam mobil, Aisyah barus saja menidurkan sang putra, setelah dia menenangkan terlebih dahulu. Dia belum juga melajukan kendaraanya, karena menunggu kedatangan sang sahabat, untuk sekedar mengucapkan terimakasih.
"Ya ALLAH non, saya baru inget!! Nah, mas-mas itu yang waktu lalu datang kesekolahan aden, dan ngasih den Rendra mainan," seru mbak Inem, setelah berhasil mengingat seorang Dava.
Deghh...
Aisyah langsung membalikan badan, menatap Inem dengan kening mengernyit, "Apa mbak Inem, tidak salah orang?" tanya Aisyah mencoba meyakinkan kembali sang pengasuh.
Inem geleng dengan cepat, "Ndak non. Benar saya ingat, memang mas itu yang datang!!" jawab Inem kembali, dan memang benar-benar Dava yang mendatangi tuan mudanya.
Aisyah membenarkan kembali posisi duduknya, menatap lurus kedapan. Dan rupanya benar, pengirim pesan itu rupanya benar sang sahabat. Aisyah masih tertegun tidak percaya.
Tok...tok...
Aisyah tersadar, dan langsung menoleh kearah kaca mobilnya yang baru saja terketuk.
Melihat Dava yang baru saja mengetuk, Aisyah bermaksud untuk turun, sambil tangnya sudah memegang handle pintu mobil.
Dava melarang dengan isyarat dari tanganya, untuk menurunkan kaca mobilnya saja.
"Dava, kamu sudah kembali?!" lirih Aisyah, setelah berhasil menurunkan kaca mobilnya.
Dava hanya mengangguk, tersenyum hangat. Dia menatap lamat wanita didepanya, dengan seketika hatinya berdesir nyeri, melihat wanita yang sangat dia cintai diperlakukan tidak adil oleh wanita lain.
Dia mendongak sekilas, berharap air mata yang sejak tadi menggumpal dipelupuk matanya tidak jatuh di hadapan sang sahabat.
"Pulanglah, Ara!! Tenangkan dirimu. Yakinlah, semua akan baik-baik saja!! Aku sudah kembali, dan akan aku pastikan tidak akan ada lagi yang menyakitimu!!" Dava tersenyum, namun air matanya malah ikut menetes.
Melihat pemandangan didepanya, Inem seolah sedang menonton drama, yang dimana ada ketulusan didepan matanya sendiri.
Melihat itu, ingin sekali Aisyah mengusap air mata sahabatnya, namun dia tidak mampu, mengingat posisinya saat in, yang mengharuskan dia menjaga marwahnya sebagai wanita. Apalagi, dia belum benar-bemar pisah secara resmi dengan kakaknya.
"Terimakasih Dava..!! Sampai bertemu kembali," balas Aisyah tersenyum, namun hatinya tidak dapat berbohong, setelah dia menutup kembali kaca mobilnya, dan disaat itu juga satu tetes berhasil luruh melewati rahang pipinya. 'Aku melihat kembali senyumu, Dava!' batinnya.
Dava yang merasa tidak tenang, berhasil mengikuti langkah sang sahabat, hingga dia secara langsung mendapat kejutan atas sikap ibunya sendiri.
** **
"Kok bu Aisyah belum datang juga, ya?!" gumam Dinda, yang sudah mondar mandir diteras rumah, menunggu kedatangan guru privatnya. "Aku telfon aja kali ya?? Eh tunggu bentar, kok kesanya kaya nggak sopan banget ya?! Kalau bu Aisyah hari pertama nggak datang, duhh....mobil impian gue bakal lama lagi dong datangnya!!" gerutu Dinda, yang sudah tidak sabar dengan mobil impiannya.
Hingga selang beberapa menit, sebuah mobil mewah bewarna hitam, baru saja memasuki gerbang mewah kediaman tuan Adtmaja.
"Nah, ini pasti mobilnya bu Aisyah!! Yess, mobil impian bakal segera datang!" girang Dinda, seraya mendekat beberapa langkah, untuk menyambut dosen cantik itu.
"Assalamualaikum....!!" salam Aisyah yang baru saja turun dari mobilnya.
Dinda tersenyum, "Walaikumsalam, bu Aisyah!! Mari masuk!" balasnya, seraya mengajak dosenya untuk masuk kedalam.
Aisyah begitu tertegun melihat rumah megah, bak istana itu. Rumah mewah dengan tatanan klasik, namun terkesan modern, seakan tengah menyambut kedatangan dosen cantik itu saat ini.
Tuan Adtmaja yang semula berasal dari desa, tidak dapat meninggalkan daya seninya, yang bisa dilihat dari banyaknya lukisan-lukisan kuno, dan juga ukiran-ukiran guci besar, yang menambah daya tarik tersendiri.
"Mamah, ini bu Aisyah sudah datang!" seru Dinda, menyadarkan fokus ibunya disaat tengah asik menikmati siaran televisi.
Bu Amara sontak menoleh, "Oh iya,iya!!" dia segera bangkit dari duduknya, dan bergegas kedepan untuk menemui dosen sang putri.
"Bu Aisyah, perkenalkan ini mamah Dinda dan mas Ba......"
Merasa kelamaan menunggu putrinya memperkenalkan, bu Amara langsung menyulurkan tangan untuk berkenalan dengan dosen dihadapanya.
"Saya Aisyah bu, yang akan mengajar privat Dinda!!" seru Aisyah dengan sopan.
"Saya mamahnya Dinda, bu dosen!! Oh ya, tidak usah sungkan-sungkan dirumah ini. Dan maaf, jika putri saya sering bandel saat mengikuti mata pelajaran!!" ujar bu Amara, yang begitu welcome dengan kedatangan Aisyah.
"Sama sekali tidak bu!! Dinda cukup baik, saat mengikuti kurikulum. Dan juga, dia salah satu anak yang aktif, walaupun baru pindahan," jelas Aisyah, menoleh sekilas kearah Dinda.
"Ya sudah, kalau begitu silahkan kedalam!!" perintah bu Amara.
Aisyah mengangguk sopan, lalu segera mengikuti langkah Dinda kedalam, hingga mereka berhenti disalah satu area outdoor, yang langsung berhadapan dengan taman samping rumah.
Aisyah mengedarkan pandangan kesekeliling taman. Tidak hanya bunga saja yang bermekaran, disana juga terdapat kolam ikan hias dengan berbagai jenis dan bentuk. Kolam dadakan yang sengaja dibuat atas perintah Bastian, agar Aisyah tidak merasa bosan, saat mengajadi adiknya.
"Ini bu, silahkan diminum dan dimakan dulu cemilannya. Maaf seadanya!!" segan Dinda, setelah meletakan segelas smootice buah dan juga cemilan.
Les privat berlangsung sejak pukul 2 siang, hingga kini pukul 4 sore. Dan selama Aisyah menerangkan, Dinda begitu mengikuti arahan serta poin-poin penting yang disampaikan dosennya itu.
"Baik, kita lanjut dihari berikutnya!! Bagaimana Dinda, apa kamu sudah mengerti? Atau ada yang ingin kamu tanyakan, perihal kurikulum ban 2??" tanya Aisyah memastikan kembali.
Dinda menggelengkan kepala, "Tidak ada bu!! Dinda dapat memahami semuanya!!"
"Ya sudah, kalau begitu saya pamit untuk pulang dulu!!" Aisyah segera merapikan barang-barang yang dia guankan saat mengajar tadi.
'Ini mas Bastian mana sih, kok belum pulang?' gerutu Dinda sambil mengedarkan pandangan keseluruh ruangan.
Tepat pukul 4 sore.
Setelah berpamitan dengan orang tua Dinda, Aisyah langsung bergegas menuju mobilnya untuk segera pulang.
Dia sudah membuka mobil, dan akan segera masuk. Namun tiba-tiba terdengar suara seseorang, yang tampak menghentikan langkahnya.
"Aisyah, tunggu......!!"
Aisyah yang merasa dirinya dipanggil, sontak menolehkan setengah badan. Dia mengernyit, saat melihat pria yang sempat dia temui diapartemen, kini ada dihadapanya.
"Maaf, anda bukanya yang berada diapartemen?!"
"Bastian...!" ucap Bastian sambil mengayunkan tanganya, memperkenalkan diri.
Aisyah menerima uluran tangan pria dihadapanya, dengan tersenyum sopan, "Pak Bastian!! Tidak perlu saya ulangi nama saya," kekeh Aisyah pelan, "Tapi, kok anda bisa ada dirumah mahasiswa saya?!" tegurnya kembali.
'Ya ALLAH, mata itu begitu teduh. Senyum manis itu, bak bulan purnama yang bersinar cerah!' batin Bastian, menatap dalam lawan bicaranya.
"Dinda adik saya!!" jawabnya. Bastian tersadar, tatapanya beralih pada satu paperbag tanggung yang sudah dia genggam sejak tadi. "Oh ya, ini saya titip buat Narendra!! Ambilah!" seru Bastian kembali.
Aisyah hanya menatap canggung, hingga Bastian berhasil memindahkan paperbag tersebut kedalam genggaman tangan Aisyah.
"Terimakasih, seharusnya anda tidak perlu repot seperti ini!" ucap Aisyah yang merasa canggung.
"Sama sekali tidak!! Apa yang menjadi Narendra bahagia, juga menjadi bahagia saya!!" balas Bastian, entah apa maksud dari ucapanya itu.
Pemandangan dihalaman rumah tuan Adtmaja, rupanya tidak luput dari dua wanita beda generasi, yang saat ini tengah mengintip momen tersebut, dibalik pintu besar.
Bu Amara menatap kagum, mengharap sesuatu yang mungkin akan segera Tuhanya ijabah. Wanita parubaya itu bukan tipe orang tua pemilih. Dia selalau memberi kebebasan untuk putra putrinya, memilih pasangan, tanpa tuntutan apapun darinya.
** **
"Ini surat gugatan kamu sudah keluar!! Mungkin, pihak pengadilan hari ini juga sudah mengirimkan kepada Bagas. Mas rasa, lusa persidangan pertama akan digelar. Semoga saja suamimu tidak menghambat jalanya perceraian kalian!!"
Mahar menyodorkan surat panggilan sidang pertama untuk sang adik, saat Aisyah baru saja tiba dirumah.
pantes awal dava mau jodohin mereka kok gk sreg bnget gk dpt chemistry ternyata kluarga franda bgitu jahat. franda juga jd wanita knp gk nyari tau atau bgaimana nelan mentah mentah omongan bpk ibunya.
mknya tega memisahkan anak nya dng suaminya. semoga dpt karma ortu franda itu.
muak bnget anaknya dah dpt laki baik mlh di pisahkan.
si Dava juga aneh mlh mau jodohin dng Bagas gk kasian apa dng Harsa kl bgini. jd sahabat hrse Dava gk cm dngerin satu pihak hrs dua belah pihak. Berati yg korban Harsa di sini korban keserakahan ortu franda.
sungguh ironis rela misahin anak demi dpt besan kaya raya.
semoga franda dan Harsa bersatu lagi krn kl franda dpt laki kaya cm pingin harta dan tahta saja.
ortu gila harta tu ortu franda.
semoga franda tau kebenarannya kl itu ulah ortunya dan bisa rujuk dng Harsa kasian korban fitnah ortu franda biar mereka pisah.
tanpa mikirin anak dan cucu. obsesi ortu gila ya bgini.
Lebih baik kl yg franda dan Harsa bisa rujuk krn sebetulnya mereka korban ortu franda.