Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Duel
Mendapat kabar bahwa markas yang menjadi penyimpanan barang yang akan di eskpor keberbagai negara, Edwin begitu marah karena masih saja ada musuh yang ingin menjatuhkan dia, Padahal selama ini dia sudah tak pernah mengusik mereka yang sebenar nya sama saja bisnis nya. Hanya mereka yang tetap ingin merebut markas besar milik Edwin tersebut, Sejak dulu markas itu memang menjadi rebutan para mafia yang beroperasi di dunia hitam yang sangat berat dan penuh saingan, Mereka semua di tuntut harus kuat dan bisa melawan siapa pun musuh nya, pokok nya mereka harus bisa menang apa pun yang terjadi. Tidak peduli nanti akan bersimbah darah karena memperjuangkan hak yang mereka miliki, inti nya mereka harus berjuang.
Mana Edwin juga sedang kesal karena Nara pulang kampung, entah lah dia juga tidak tahu kenapa hati nya bisa sangat kesal hanya karena di tinggal Nara pulang. Padahal itu memang sudah hak nya Nara karena cuti memang selalu di adakan bagi mereka yang bekerja keras, tapi Edwin tidak rela dan ingin seterus nya Nara ada di sini bersama diri nya. Tidak, pria ini masih tidak menyadari bahwa yang di rasakan nya ini adalah cinta, dia hanya mengira bahwa itu perasaan biasa saja karena mereka memang terbiasa bersama. berusaha menyangkal cinta nya yang mulai berkembang, padahal sejak dulu cinta itu sudah ada.
Karena banyak nya faktor yang membuat Edwin kian emosi, maka dia pun sangat kesal sekarang sehingga mudah saja mengamuk dan langsung berangkat menuju markas. Sampai sana keadaan sangat sepi, mungkin saja mereka sedang ingin menjebak Edwin agar masuk kedalam dan mereka nanti bisa membantai beramai ramai. Edwin memberi kode pada para anak buah nya agar bergerak menyebar sehingga mudah untuk mengalahkan musuh, nanti nya akan dengan mudah mengalahkan mereka yang merasa Edwin lengah. padahal anggota Edwin sangat pintar dalam merancang rencana yang mantap, sehingga nanti nya mereka tak akan mudah di kalahkan oleh musuh nya, sebab mereka adalah mafia yang sangat terlatih.
"Ohohoooo, datang juga kau ternyata." Raul tertawa puas.
"Ternyata anjing hitam ini yang mencari masalah dengan ku." ejek Edwin.
"Jangan sombong sekali kau, Bangsat! sebentar lagi kau akan habis di tangan ku." geram Raul.
"Bagai mana bila kau yang ku bantai?!" Edwin mendatangi Raul yang berdiri sangat sombong.
Pria berdarah india ini menantang Edwin karena merasa musuh nya akan kalah telak karena markas ini sudah di penuhi dengan anak buah nya, Raul tidak tahu bahwa di luar sana pun anak buah nya Edwin sudah berjaga dengan senjata yang sangat lengkap.
"Aku sudah berulang kali berbaik hati dengan mu, sialan!" Edwin sangat geram dengan pria ini.
"Itu salah mu, itu justru membuat ku berambisi ingin membunuh mu." balas Raul.
"Dasar binatang tidak tahu diri!"
Buaaak.
Tendangan Edwin menghantam batang leher nya Raul, namun di hadang dengan lengan sehingga kaki dan lengan itu beradu dengan keras nya. kaki Edwin bergetar keras karena lengan Raul juga sangat lah kuat, namun dia kembali menyerang dengan tangan kosong dan para anak buah nya sudah baku tembak untuk berebut markas ini, mereka saling membela bos masing masing karena status mereka hanya lah anak buah saja.
"Ssshh!"
Edwin mendesis karena tinju Raul tepat menghantam dada nya, namun dia tak boleh tumbang hanya karena tinju saja karena dia sudah terbiasa menghadapi hal seperti ini. namun bukan hanya satu kali karena Raul sangat lincah gerakan nya, yang bagian rahang pun Edwin tak bisa mau menghindari nya, terpaksa bagian dalam berdarah banyak.
"Kau lemah! Terima saja nasib mu itu." Raul mengejek sengit.
Duaaak.
Baru saja Raul berkata demikian, dari belakang ada tendangan yang menghantam kepala nya hingga membuat pria ini terjungkal kedepan dan langsung di sambut tinju Edwin juga di bagian lambung nya, sehingga dia puyeng seketika mau muntah.
"Jangan cari masalah dengan Tuan ku!" Celia menggeram marah.
"Biar aku saja! Kau malah mencampuri urusan ku, urus saja yang lain." Edwin agak tak terima karena Raul jatuh akibat di keroyok.
Celia menghembuskan nafas kasar karena Edwin tak tahu terima kasih kepada nya, padahal dia berbuat baik menolong, namun tetap saja salah karena Edwin memang tidak menyukai Celia. padahal Celia juga sudah tak seberapa menunjukan cinta nya, namun Edwin tetap merasa tidak nyaman karena gadis ini pernah mati matian mengejar cinta nya. Celia cukup tahu diri dan berusaha untuk menerima kenyataan bahwa Edwin memang tak punya perasaan kepada diri nya, lagi pula cinta memang tidak bisa mau di paksakan.
"Padahal aku ingin menolong dia." Celia menggeram.
"Lupakan saja dia, nanti kau bertambah sakit." nasihat Arjun.
"Bukan kah aku terlihat sangat sakit bila habis bicara dengan nya?" tanya Celia menatap Arjun.
"Tapi kau menyukai rasa sakit itu!" Arjun berkata sambil memasukan peluru kedalam pistol.
"Bila dari orang yang kita cintai, maka tak akan terasa rasa sakit itu." Celia sudah terlanjur bucin.
"Susah bicara dengan orang yang di mabuk cinta, kau bodoh sekali rasa nya." geram Arjun.
Celia tertawa karena merasa ucapan Arjun benar, dia terlalu mencintai Edwin sehingga mengabaikan rasa sakit nya sendiri. Semua akan baik baik saja bila bukan Edwin yang sakit, tak peduli sebesar apa rasa sakit yang Celia miliki karena perasaan ini tak pernah di hargai oleh orang yang di cintai nya. Celia juga bertahan dengan cinta ini karena dia tidak melihat Edwin mencintai wanita lain, andai saja Edwin sudah punya pacar, maka pasti Celia akan mundur secara perlahan dan melupakan rasa cinta nya. walau pasti nya tidak akan mudah karena cinta ini sudah tertanam delapan tahun lama nya, dan sampai saat ini yang bertahta di dalam hati adalah Edwin, tak bisa di ganti dengan pria mana pun lagi.
Dor, dor.
Suara tembakan masih terus berlangsung karena anak buah begitu banyak di sini, yang bo ada di dalam dan sedang duel bersama, Edwin tak mau bila sampai kalah dari Raul yanh sangat tengil sekali. Sesakit apa pun tubuh nya dan berdarah banyak, Edwin tidak mau menyerah begitu saja.
Kraaak.
"Aaaaggkkhhh!"
Raul melolong tinggi karena satu tangan patah di hajar Edwin, iblis dalam diri mafia muda ini sudah bangun sehingga dia tak mengenal kasihan lagi pada pria yang menjadi lawan nya, Edwin tertawa puas karena Raul merintih kesakitan seperti anak kecil yang memohon untuk di ampuni.