Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perebutan Gelang Sakti.
Mendapat penolakan dari bocah kecil ini, wajah Hek Bin Kui li (Hantu betina berwajah hitam) pun langsung berubah, yang semula sudah jelek terlebih dahulu itu, kini kian bertambah jelek saja, mata nya yang putih besar itupun tiba tiba berubah menjadi merah darah.
"Hik hik hik hik!, bocah kecil, coba pikir pikir lagi, berikan gelang itu dan aku akan memberi mu Tail emas dua ratus keping, bagai mana?, kau bisa kaya raya dengan Tail emas dua ratus keping" ucap Hek Bin Kui li kembali mencoba membujuk Xiao Yuen dengan iming iming dua ratus keping Tail emas.
"Berikan kepada ku saja bocah, aku akan memberi mu tiga ratus keping Tail emas!" tiba tiba terdengar suara seorang pria menggema di tempat itu.
Belum lagi gema suara pria itu menghilang, tiba tiba di depan Xiao Yuen berjarak kira kira beberapa tombak, muncul seorang pemuda tampan mengenakan jubah sutra hijau.
Xiao Yuen menatap kearah pemuda berbaju sutra hijau yang baru tiba itu dengan seksama, sekilas saja dia sudah tahu jika pemuda itu tingkat kultivasi nya setingkat dengan wanita tua renta tadi, yakni di alam Brahmana menengah, satu tingkat yang cukup tinggi bagi tataran manusia biasa.
Wajah jelek wanita tua renta itu kini terlihat semakin jelek saja jadi nya, melihat kedatangan pemuda berjubah sutra hijau ini.
"Hei anak muda, menyingkirlah kau dari tempat ini, gelang itu sudah menjadi milik ku, bawa nyawa busuk mu itu menjauh dari tempat ini sebelum pikiran ku berubah!" bentak Hek Bin Kui li marah.
"Hai dengarlah nek, Pak Ong Ya tidak takut dengan apapun jenis hantu dan siluman, kaulah yang harus pergi dari tempat ini, kalau Pak Ong Ya menginginkan sesuatu, maka tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi nya, kau tahu?" tantang pemuda yang baru datang ini.
Pemuda yang baru datang ini sebenar nya bukan lah seorang pemuda, namun seorang tua yang usia nya nyaris delapan puluh tahun sudah, namun karena ramuan ajaib, tubuh nya tidak terlihat menua.
Dahulu beberapa puluh tahun yang lalu, saat dia malang melintang di Dunia persilatan, julukan nya sebagai Pak Ong Ya (pangeran dari utara) sangatlah dikenal orang banyak, baik karena ilmu silatnya yang tinggi, atau wajah nya yang tampan, juga karena watak nya yang mata keranjang.
Pak Ong Ya (pangeran dari utara) ini memang benar benar seorang pangeran yang memiliki istana di dalam lembah Hong Yun di sisi Utara Gunung Tao lun.
Wanita tua itu menatap kearah Pak Ong Ya dengan tatapan marah.
"Aku tidak tahu, juga tidak mau tahu!, tidak kenal dengan segala macam Ong Ya, juga tidak mau kenal!, pergilah dari tempat ini cepat cepat sebelum Hek Bin Kui li murka!" ujar wanita tua renta itu.
"Jangan berpesta tanpa piceng!, piceng juga berminat!" terdengar suara pria menggema.
Belum hilang gema suara nya, di tempat itu muncul seorang Hwesio bertubuh subur dengan jubah nya yang terbuka di bagian perut nya.
Melihat siapa yang datang, mendadak wajah Hek Bin Kui li dan Pak Ong Ya menjadi tegang seketika.
Meskipun Hwesio ini termasuk angkatan tua, namun sepak terjang nya di Dunia persilatan tetap dikenal orang sebagai Thou Tiat Hwesio (Hwesio kepala besi), salah seorang Hwesio sesat dari Gunung Sai Ong.
Hwesio ini tidak seperti Hwesio pada umum nya yang berpantang makan daging atau mahluk bernyawa, dia malahan sangat doyan dengan daging, minum arak dan wanita nakal, sehingga dia lebih dikenal sebagai Sai Ong Hwesio Bai (Hwesio buruk dari Sai Ong).
Nyaris seluruh usia nya yang Beratus ratus tahun itu dia habiskan untuk memuaskan hawa nafsu nya saja.
Karena tindak tanduk nya yang tidak pernah puas menuruti hawa nafsunya itulah, maka hampir seluruh angkatan generasi mengenal Hwesio ini.
Hek Bin Kui li menatap kearah Hwesio gendut itu dengan tatapan tidak senang nya.
"Hei tua bangka sialan, untuk apa kau mencampuri urusan kami heh?" bentak nya nyaring.
"He he he he, hei hantu tengkorak, piceng tidak punya urusan dengan segala jenis hantu, piceng hanya punya urusan dengan bocah kecil ini saja, pergi!, pergilah jauh jauh, atau kalau kalian ingin bermesraan, carilah hutan jangan di tempat ini, takut anak kecil sawan!" ucap Hwesio itu.
"Cuih!, Hwesio sesat terkutuk, siapa juga yang ingin bermesraan dengan tengkorak berjalan ini!" umpat pak Ong Ya marah.
"He he he he, jangan marah marah, aku hanya mengira ngira saja, aku tidak punya urusan dengan kalian berdua, aku hanya punya urusan dengan bocah ini saja, teruskan lah!, teruskan kencan kalian, maaf sudah mengganggu, aku hanya ingin bocah ini saja!" ucap Thou Tiat Hwesio sambil melompat kearah Xiao Yuen berdiri.
"Blarrr!" ....
Baru separo jalan Thou Tiat Hwesio melompat, tiba tiba seberkas energi yang sangat kuat menabrak diri nya diudara, sehingga tubuh besar Hwesio itu terpelanting beberapa tombak jauh nya.
Baru saja Thou Tiat Hwesio bangkit berdiri, mata nya terbelalak melihat seorang wanita cantik berdiri di depan Xiao Yuen.
Thou Tiat Hwesio yang sudah malang melintang ratusan tahun di Dunia persilatan ini, tentu saja mengenal siapa wanita cantik yang baru datang itu.
Seratus tahun yang lalu, dia pernah dibuat babak belur dan terluka parah oleh wanita cantik ini, hal itu bermula dari sifat mata keranjang Hwesio sesat ini yang ingin berbuat tidak senonoh dengan wanita itu, saat dia bertemu di tengah jalan di hutan yang sepi.
Tetapi itu seratus tahun yang lalu, saat itu tingkat kesaktian nya tidak setinggi sekarang ini.
Mengingat kisah masa lalu nya yang nyaris tewas ditangan wanita itu, bara dendam di dalam hati Thou Tiat Hwesio pun berkobar lagi.
"HM!, rupanya kau masih hidup Pek Ngo Sian Li?, syukurlah, syukurlah, hari ini piceng bisa bertemu dengan mu lagi, akan piceng bayar semua hutang piutang piceng seratus tahun yang lalu, bersiaplah Pek Ngo Sian Li!" ucap Thou Tiat Hwesio.
Pak Ong Ya yang tidak mengenal wanita itu, biasa saja, namun tidak dengan Hek Bin Kui yang pernah mendengar cerita tentang pek Ngo Sian Li dari sang guru nya dahulu, wajah nya berubah pucat, antara takut dan takjub juga.
Takut karena menurut guru nya, Pek Ngo Sian Li adalah pendekar tak terkalahkan pada masa nya, takjub karena wanita yang begitu tua itu ternyata masih terlihat sangat muda dan jelita juga.
"Hhh!, Biksu sesat, rupanya umur mu cukup panjang juga, tidak letih kah kau dengan perbuatan bejat mu itu, sedari usia mu muda, hingga sekarang, kelakuan mu tidak juga berubah, kalian berdua juga!, mengapa menginginkan hal yang bukan milik kalian?" Pek Ngo Sian Li menunjuk kearah Hek Bin Kui li dan Pak Ong Ya.
"Dewi!, kau orang bijak, mengapa mencampuri urusan yang bukan menjadi urusan mu?" ujar Hek Bin Kui li.
"Mencampuri urusan kalian?, bagai mana bisa aku dibilang mencampuri urusan kalian, yang ingin kalian rampok itu murid ku, bagai mana bisa aku membiarkan orang lain merampok murid ku, guru macam apa aku ini?" ucap Pek Ngo Sian Li.
"Murid?" tanya Hek Bin Kui li heran.
Bahkan Thou Tiat Hwesio juga terheran heran mendengar Pek Ngo Sian Li memiliki murid.
"Piceng sudah tidak perduli, jauh punya murid atau tidak, piceng akan akhiri semua petualangan hidup mu sekarang!" ucap Thou Tiat Hwesio sembari melesat kearah Pek Ngo Sian Li dengan gerakan yang sangat cepat serta energi yang besar sekali.
Niat hati Thou Tiat Hwesio adalah ingin melenyapkan wanita cantik itu dengan sekali pukulan saja.
Namun Pek Ngo Sian Li bergerak dengan santai, seakan serangan Thou Tiat Hwesio tidak ada arti apa apa baginya.
Setiap pertemuan tangan kedua nya, terdengar suara dentangan yang cukup nyaring, diiringi percikan bunga api, seolah olah tangan kedua nya adalah batang besi baja.
"Ku pikir waktu yang panjang akan membuat mu menjadi lebih arif lagi Thou Tiat Hwesio, tetapi ternyata tidak, kau semakin menjadi jadi saja!" kata Pek Ngo Sian Li sambil terus menangkis serangan dari Biksu sesat itu.
Sementara itu, Thou Tiat Hwesio yang merasa setiap serangan nya selalu bisa di gagalkan oleh Pek Ngo Sian Li, menjadi semakin murka saja.
...****************...