Saphira Aluna, gadis berusia 18 tahun yang belum lama ini telah menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas.
Luna harus menelan pil pahit, ketika detik-detik kelulusannya Ia mendapat kabar duka. Kedua orang tua Luna mendapat musibah kecelakaan tunggal, keduanya pun di kabarkan tewas di tempat.
Luna begitu terpuruk, terlebih Ia harus mengubur mimpinya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Luna kini menjadi tulang punggung, Ia harus menghidupi adik satu-satunya yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah pertama.
Hidup yang pas-pasan membuat Luna mau tak mau harus memutar otak agar bisa terus mencukupi kebutuhannya, Luna kini tengah bekerja di sebuah Yayasan Pelita Kasih dimana Ia menjadi seorang baby sitter.
Luna kira hidup pahitnya akan segera berakhir, namun masalah demi masalah datang menghampirinya. Hingga pada waktu Ia mendapatkan anak asuh, Luna malah terjebak dalam sebuah kejadian yang membuatnya terpaksa menikah dengan majikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ina Ambarini (Mrs.IA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luluhnya Hati Khafi
Khafi menghela nafasnya, "ada yang mau Saya beli," jawab Khafi.
Setelah memarkirkan mobilnya, Khafi turun dari mobil. Namun Khafi mengerutkan keningnya, melihat Nuka yang masih duduk di dalam mobil.
"Kenapa gak turun?" Tanya Khafi.
"Kenapa Nuka harus turun, Pak. Kan yang mau belanja Bapak, bukan Nuka." Nuka menjawab dengan polos.
Khafi menghela nafasnya, dan meminta Nuka untuk ikut bersamanya.
"Turun, ikut Saya masuk!" Pinta Khafi.
Nuka terlihat begitu senang, Ia dengan cepat turun dari mobil.
"Wah, akhirnya Nuka bisa masuk ke Mall. Dari dulu Nuka ingin masuk ke Mall, Kak Luna juga. Tapi Bapak bilang, yang gak punya uang gak boleh masuk ke Mall."
Khafi kembali terharu, lalu Ia menggandeng Nuka untuk masuk ke dalam Mall.
"Wah, luas banget." Nuka mengedarkan pandangannya.
"Suka?" Tanya Khafi.
"Suka, Pak. Oh iya, kalau Nuka boleh tahu, Bapak mau beli apa?" Tanya Nuka.
Khafi menghentikan langkah kakinya, lalu beralih menatap ke arah Nuka.
"Emm, panggil Saya Kakak. Kayaknya panggilan 'bapak' kelihatan tua," ujar Khafi.
Nuka tertawa kecil, "baik, Pak. Eh... Baik, Kak." Nuka mencoba untuk menyesuaikan.
Khafi kembali berjalan, Ia masuk ke dalam sebuah toko sepatu.
Nuka yang begitu menginginkan sepatu, sontak merasa kagum dengan berbagai merk sepatu yang ada di dalam toko itu.
"Wah, sepatunya bagus semua. Kakak mau beli sepatu?" Tanya Nuka.
Khafi menganggukkan kepalanya, meraih sepasang sepatu lalu menunjukkannya pada Nuka.
"Ini bagus, gak?" Tanya Khafi.
"Bagus, Kak. Kakak mau beli ini?" Tanya Nuka.
"Ya nggak lah, masa Saya pakai sepatu kayak gini. Ini buat Kamu!" Seru Khafi.
Nuka terkejut, Ia masih tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Buat Nuka?" Tanya Nuka.
"Iya. Kamu pilih yang mana aja!" Pinta Khafi.
"Kakak beneran? Nuka boleh pilih yang mana aja?" Tanya Nuka.
"Iya." Khafi menegaskan jawabannya.
"Alhamdulillah, makasih Kak." Nuka yang merasa bahagia, refleks memeluk Khafi dengan erat.
Khafi terkejut, perlahan Khafi mengangkat tangannya dan membalas pelukan Nuka.
"Sama-sama. Kamu ambil yang mana aja!" Seru Khafi.
"Nuka ambil yang di pilihin sama Kakak, yang mana aja Nuka pasti suka." Nuka menuturkan.
Khafi tampak tersanjung, Ia pun memilih sepasang sepatu dan memberikannya pada Nuka.
"Yang ini. Semoga Kamu suka," ujar Khafi.
Nuka meraih sepatu pemberian Khafi, Ia begitu bahagia saat itu.
Setelah melakukan pembayaran, Khafi dan Nuka keluar dari toko dan kembali berkekeling.
"Sekarang mau kemana lagi, Kak?" Tanya Nuka.
Khafi kini masuk ke sebuah gerai ponsel, lagi-lagi hal itu membuat Nuka terkejut.
"Jangan bilang Kakak mau beliin Nuka hp?" Tebak Nuka dengan peraya diri.
Khafi tertawa melihat kepercayaan diri Nuka, "tahu aja. Kamu mau hp apa?" Tanya Khafi.
"Gak usah, Kak. Nuka kan udah di beliin sepatu," ucap Nuka.
Khafi tak menimpal, Ia langsung memilih dua buah ponsel dan membayarnya saat itu juga.
"Ini hp buat Kamu!" Seru Khafi.
"Ya ampun, beneran, Kak?" Nuka begitu tak percaya dengan apa yang didapatkannya hari ini.
"Iya. Dan satu lagi, ini buat Kakak Kamu. Kasih sama Dia di hari ulang tahun Kakak Kamu!" Pinta Khafi.
"Ya ampun, alhamdulillah. Kak Luna pasti seneng banget punya hp baru, bagus pula. Makasih banget, Kak. Nuka berhutang banyak sama Kakak," ujar Nuka yang kembali memeluk Khafi.
"Sama-sama. Pakai hp ini buat Kamu belajar, ya. Jangan di salah gunakan!" Pinta Khafi.
"Siap! Nuka janji sama Kakak, Nuka bakal belajar lebih giat lagi. Udah ada sepatu baru, hp baru, Nuka pasti tambah semangat sekolahnya!" Seru Nuka dengan antusias.
Khafi menganggukkan kepalanya, Ia merasa senang karena bisa berbagi kebahagian pada orang lain.
"Kenapa anak ini mudah banget bikin Aki nyaman? Apa karena Aku juga pernah ngalamin apa yang Dia alami?" Khafi masih tak percaya Ia akan sedekat ini dengan orang baru, sebelumnya Khafi adalah orang yang begitu sulit untuk dekat dengan orang lain bahkan seorang anak sekalipun.