PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai curiga
"Kelihatannya happy?" Shifa menatapnya curiga karena tadi dia melihat bayangan Aaron di dekat Nagita.
Nagita masih menyisakan tawanya tanpa mau menjawab kecurigaan temannya.
"Kamu jangan maen api, Gita.Tadi aku lihat kamu ngobrol dengan Aaron," tuduh Nilda.
"Orang tuamu bisa kena serangan jantung kalo kamu lebih milih Aaron dari pada Dewa," pungkas Shifa.
Otak temannya sudah miring tiga puluh derajat agaknya, sampai mau sama Aaron.
"Aaron memang tampan, apalagi dia bule. Tapi secara materi dia zero. Kamu mau kemana mana dibonceng pake sepeda gunungnya?" sarkas Shifa ikut menasehati.
Nilda melayangkan tatapan khawatirnya.
Nagita tambah berderai tawa saat mendengarnya.
Kalo saja mereka tau dengan apa Aaron memboncengnya malam itu
Mungkin mereka bisa pingsan.
Walaupun diakui Aaron milik temannya, tetap saja Nagita ngga bisa mempercayai sepenuhnya.
"Kalian ngomong apa, sih," sangkalnya. Dia ngga bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat ini. Mungkin itulah yang membuat teman teman terdekatnya curiga.
Kedua temannya makin intens memperhatikannya
"Kamu mengkhawatirkan kami, Nagita," kesal Nilda.
Sudah jelas akan bertunangan dengan Dewa yang memiliki segalanya, ngga hanya modal tampan doang. Malah kepleset selingkuh dengan Aaron yang hanya punya modal tampang yang tampan dan bule doang, tapi kismin.
"Apa kurangnya Dewa sampai kamu milih Aaron," tuduh Shifa dengan perasaan cemas dan kesal.
"Kalian kenapa, sih, mikir yang aneh aneh. Tadi Aaron nanya soal anggarannya sisa berapa?" bohong Nagita kemudian tergelak.
"NAGITA! KAMU YANG BUAT KITA BERPIKIR ANEH ANEH.....!" seru Nilda kesal.
Sedangkan Shifa langsung mencubit lengannya gemas. Hampir dia kena serangan jantung kalo Nagita menukar Dewa dengan Aaron.
Sematre inikah teman temannya?
Padahal mereka sudah kaya raya.
Pantas saja Aaron tadi bertanya begitu.
Apa Aaron menyukainya?
Membayangkan wajah Aaron dengan sepasang mata biru jernihnya membuat hati Nagita berdesir.
Apa yang akan terjadi jika dia memilih Aaron?
Kedua temannya aja sampai panik begitu.
Nagita merasa Dewa maunpun Deĺva tidak tertarik dengannya.
Entahlah, feelingnya merasa begitu.
*
*
*
Aaron juga ngga bisa menyembunyikan raut senangnya.
Oooh, jadi yang dia suka laki laki yang bertanggung jawab dan pekerja keras. Oke, batin Aaron sambil mengambil ponselnya.
Dia menelpon daddynya.
"Ada apa? Tumben kamu telpon?" sambut daddynya
"Mulai besok aku akan rajin ngantor, Dad."
"Tumben?"
Aaron tersenyum lebar karena daddynya langsung menyalakan video callnya.
Wajah daddynya tampak ngga percaya.
"Mami mengancam ngga akan transfer lagi?" tanya daddynya penuh selidik.
"Enggak, dad," kekeh Aaron sambil tergelak
"Hemm.... Kamu mencurigakan."
Aaron tambah tergelak gelak
Bryan-daddy Aaron masih menatap putra tunggalnya beberapa lama, kemudian menatap jam di pergelangan tangannya.
"Daddy harus meeting. Oke, daddy harap kamu serius dengan perkataanmu tadi. Jangan khawatir, rekeningmu akan daddy gemukkan. Tapi jangan bilang mami," di akhir kalimatnya Bryan tergelak.
"Oke, Dad. Thank's," kekeh Aaron tambah senang.
Aaron yakin suatu saat nanti dia pasti akan ketemu papa Nagita, calon mertuanya di masa depan.
Saat itu terjadi, Aaron ngga perlu repot repot menjelaskan siapa dirinya pada Nagita.
*
*
*
"Emily," panggil Nagita ketika mereka bertemu di parkiran.
Nagita dengan dikawal Pak Herman, sedangkan Emily bersama Pak Wira.
"Hai," senyum Emily.
"Kata papa kamu tinggal di apartemen." Tadi pagi saat sarapan terjadi kehebohan.
Mama, kakek dan neneknya marah karena papanya mengijinkan Emily tinggal di apartemen.
Nagita ngga menyadari kalo sejak kemaren Emily tidak ada di rumah karena kesibukannya mengurus partai final voli.
Dia baru tau tadi pagi saat sarapan.
Sepanjang hari ini dia pun ngga sempat bertanya. Baru bisa sekarang.
"Iya," jawab Emily memutus pemikiran Nagita.
"Boleh tau alamatnya? Aku janji akan merahasiakannya."
Emily tentu saja sangat percaya dengan Nagita.
Dia pun memberitau nama apartemen mewahnya.
"Dekat, kok, dari sini," ujarnya lagi.
Nagita tertegun. Dia masih ingat dengan pengakuan Aaron kalo apartemen itu tempat tinggal temannya.
"Sesekali aku boleh nginap di tempat kamu?" Nagita jadi tergelitik untuk menyelidiki kebenaran kata kata Aaron.
Dia ngga yakin kalo teman laki laki bermata biru itu yang tinggal di sana. Tapi mungkin saja sebenarnya Aaron sendiri yang tinggal di sana.
"Tentu boleh.".
"Oke, kapan kapan aku kabari, ya," senyum Nagita tampak hangat.
Emily juga balas tersenyum hangat.
Om Wira dan Om Herman saling pandang dan saling melempar senyum. Bersyukur kedua putri tuannya akur.
*
*
*
Di ruangannya Dewa masih tersenyum senyum mengingat reaksi Emily.
Setelah dari kampus Emily, Dewa dan Dewa balik ke perusahaannya. Sean dan Ziyan masih tertahan dengan anak anak kampus mereka yang akan merayakan kemenangan tim voli di sebuah restoran di dekat kampus keduanya.
Wajah gadis itu yang menegang saat berada di pelukannya membuat jantungnya masih berdebar keras hingga kini.
Jantungku ngga normal kalo dekat dia, batinnya masih dengan bibir yang selalu mengembangkan senyumnya.
Tapi dia segera menyimpan senyumnya ketika Deva tiba tiba membuka pintu ruangannya.
"Hei, Wa. Aku belum bilang mami dan daddy tentang undangan Nagita."
"Tinggal bilang aja," sahut Dewa kalem. Dia yang tadinya sedang berdiri dengan menyandarkan bokongnya di meja kerjanya, kini mulai melangkah ke arah kursi kerjanya.
"Kalo mami sama daddy nanya kita mau yang mana, kamu nanti jawab apa?" Deva menumpukan telapak tangannya di atas meja Dewa sambil menatap intens kembarannya yang baru saja menduduki kursinya.
"Terserah kamu mau bilang apa." Dewa masih belum bisa menghilangkan kekesalannya pada Deva.
Deva malah terkekeh sambil duduk di atas meja kembarannya.
"Kenapa? Masih marah?" ledeknya.
"Hemm....," dengus Dewa sambil membuka laptopnya.
Buat apa memberi saran kalo Deva selalu saja bersikap seenaknya. Sia sia.
Setelah puas tertawa, Deva memainkan pulpen yang ada di atas meja, memutar mutarnya perlahan.
"Jangan jangan kamu memang suka dengan Emily," tuduhnya.
Kalo iya kenapa? jawab Dewa dalam hati.
Deva memperhatikan ekspresi datar Dewa.
"Ooh, enggak, ya. Jadi beneran Nagita?"
Dewa menatapnya kesal.
"Bagaimana, ya, tanggapan Vina kalo dia tau kamu masih suka mencium perempuan?" sinisnya. Hatinya ngga terima kalo Deva sudah mencium Emily.
Dia.aja baru sekedar rangkul. Itu pun di momen yang ngga disengaja.
"Mana dia peduli. Lagi pula dia ngga pernah larang larang aku," kekeh Deva santai.
"Hemm.... Tunggu aja sampai Vina nemuin laki laki lain," ucapnya setengah berdo'a.
"Ngga mungkin ada."
"Bisa Sean atau Ziyan."
"Mereka bakalan ditolak Vina," ujar Deva yakin.
Dewa menatapnya heran.
"Kamu suka dia, tapi kamu selalu menyakitinya."
"'Senang aja lihat wajah marahnya."
"Siap siap aja dilupakan."
Deva terkekeh.
Dewa belum tau aja, sebenarnya Vina sudah menolaknya berkali kali.
Tapi selama gadis itu belum punya kekasih, Deva masih merasa aman. Apalagi orang tua mereka bersahabat. Dia pasti didukung, yakinnya dalam hati
Memang perasaannya rada aneh. Dia suka Vina karena ngga pernah mengekangnya. Dia juga ngga pernah jaga image di depan gadis itu. Malah cenderung memanas manasinya.
Tapi ngga bisa dipungkiri Deva akan merasa senang kalo gadis itu ada di sampingnya.
DevaVina sama2 Suka
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih Iklan
emang. kamu tu aneh Deva...
baru nyadar...????
🤣🤣🤣🤣🤣
Aaron modusin Nagita
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan