PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marah part dua
"Gita," panggil Wely mencegah Nagita.
"Ya...." Untung saat ini ada Shifa dan Nilda di sampingnya.
Saat ini mereka sedang berjalan menuju parkiran.
"Malam ini bisa ke rumah?" todong Wely langsung.
"Jangan macam macam, Wel. Ingat calon istri," ketus Nilda mengingatkan.
Wely tertawa. Dia hanya senang menggoda saja. Dia juga udah harus hati hati, karena udah tau siapa tunangan Nagita.
"Serius sama Dewa, nih? Kapan ke pelaminannya?" selanya dalam tawanya.
"Mau tau aja," ejek Nilda juga tertawa berderai.
Nagita hanya tersenyum saja.
"Harusnya dijemput, Git," ucap Wely sambil berlalu pergi. Tangannya pun masih sempat melambai.
"Iya, Git. Kok, Dewa ngga jemput," tanya Shifa terpengaruh juga.
"Kenapa harus dijemput, sih." Senyum Nagita tampak melebar.
Dia malahan ngga pernah berkomunikasi dengan Dewa, batinnya menjawab.
"Ya iyalah. Harus itu," ujar Nilda melanjutkan.
Nagita hanya tersenyum saja
Dia juga masih bingung. Dewa sama sekali ngga pernah mengatakan apa pun tentang perjodohan mereka.
Padahal Nagita ingin minta kejelasan. Dia ingin mengaku pada laki laki ini, kalo sekarang dia belum memiliki perasaan padanya.
"Gita, kamu langsung pulang?" tanya Nilda.
"Ya, mau dijemput mama," jawabnya. Nagita belum bisa bercerita kalo keluarga Dewa mau datang ke rumahnya. Hatinya melarangnya.
"Okee kalo gitu. Rencananya mau ngajak kamu nge mall. Ya udah, kita duluan, ya," senyum Shifa.
'Ya, hati hati." Nagita balas tersenyum.
"Kamu itu yang hati hati," ucap Nilda mengingatkan kemudian tersenyum lebar.
Nagita balas tersenyum. Hari masih siang, dan masih rame mahasiswa berlalu lalang. Dia ngga terlalu khawatir.
Lagian Nagita tau, Om Herman pasti ada di dekat situ.
Setelah kedua sahabatnya menjauh, sudut mata Nagita menangkap sosok Aaron dengan sepedanya. Langkah kaki Nagita langsung saja mengayun ke sana.
"Hai," sapanya membuat Aaron yang sedang melihat ponselnya mengangkat wajahnya.
"Hai, juga." Senyum Aaron nampak teduh.
"Belum dijemput?" tanya Aaron sambil melihat sekitarannya.
"Belum." Nagita menggelengkan kepalanya.
"Mau aku temenin?" tawar Aaron dengan wajah teduhnya.
"Boleh." Ngga lama kemudian keduanya sama sama melebarkan senyum.
"NAGITA!"
Tubuh Nagita hampir saja melonjak saking kagetnya.
Mamanya.
Terdengar langkah langkah cepat mamanya yang datang mendekat.
Wanita paruh baya itu sengaja menjemput putrinya. Setelah bertengkar dengan suaminya, dia harus menemui Nagita. Untuk mengatakan keburukan saudara tirinya. Agar mata putrinya bisa terbuka lebar kalo kalo saudara tiri yang selama ini dia baikin, sekarang sudah menikungnya.
Tapi kenyataan yang dia dapatkan membuat dia seakan terlempar ke laut paling dalam, dengan dasar yang dipenuhi batu batu tajam.
Putrinya sedang mengobrpl akrab dengan seorang laki laki bule yang hanya menggunakan sepeda biasa.
Amarahnya langsung melesat tinggi.
Dia.pun menarik paksa lengan putrinya untuk menjauh dari lingkaran kemiskinan yang nantinya akan mereka dapatkan akibat salah pergaulan Nagita.
"Ma..... Ada apa?'" Nagita hanya mengangguk pada Aaron sebelum pergi. Wajahnya agak ngga enak dengan sikap mamanya.
Laki laki bule itu hanya mengangguk dan tersenyum santai, seolah sikap sombong mama Nagita ngga berpengaruh apa apa padanya.
Mamanya-Nirma ngga menjawab. Dia terus menarik paksa Nagita hingga mereka berdua tiba di dekat mobilnya.
Beberapa pasang mata mahasiswa dan mahasiswi menatap heran.
"Masuk!" seru Nirma penuh tekanan saat membuka pintu mobil.
Nagita yang tau mamanya dalam keadaan marah berat, hanya bisa menurut.
Dalam hati bersyukur karena mamanya ngga memarahinya di sini. Nagita dapat rasakan tatapan mamanya yang penuh dengan kemurkaan besar.
BRAK!
Nagita berjengit ketika mendengar bantingan keras pintu mobil mamanya.
Sambil memutari mobilnya, Nirma melayangkan tatapan galaknya pada Aaron, laki laki setengah bule yang berani mengobrol dengan putrinya.
Tapi Aaron tetap mempertahankan senyum ramahnya sambil mengayuh sepedanya.
Nirma menjalankan mobilnya tanpa mengatakan apa pun pada Nagita.
Nagita pun diam saja. Dia tau mamanya sudah menyimpan amarah sebelum menemuinya. Jadi dia dan Aaron hanya menjadi sasaran buangan akhirnya saja.
Tapi Nagita cukup nalu melihat tatapan merendahkan mamanya terhadap Aaron.
Mungkin besok dia akan minta maaf dengan laki laki bermata biru itu.
Tiba tiba mamanya membelokkan mobil cukup tajam dan melakukan pengereman mendadak.
Untung Nagita mengenakan seatbelt. Tapi jantung Naguta hanpir melompat juga saking kagetnya.
"Katakan! Siapa laki laki itu!" teriak mamanya tiba tiba. Nafasnya terlihat memburu.
"Teman, ma."
"Hanya teman?" tatap matanya ngga percaya.
"Dia yang mengantar aku pulang malam itu, ma. Dia yang menolong di saat ngga ada orang yang bisa menolong," jelas Nagita lembut.
"Oooh.... Sekarang dia minta imbalan?" sinis mamanya menuduh.
"Bukan begitu, mam. Aaron ngga kayak gitu," bela Nagita. Hatinya tercubit juga.
Karena Aaron nampak miskin?
Emosi Nirma jadi meledak melihat pembelaan anak perempuan kesayangannya.
"Kamu belum tau taktiknya laki laki!" semprotnya.
Nagita ngga menjawab. Dia ngga mau mamanya tambah semakin marah.
Nirma menghembuskan nafas panjang untuk meredakan kemarahannya
"Tadi papamu mengatakan, kalo Emily yang akan dijodohkan dengan Dewa."
Nagita langsung merasa heran.
Kok, bisa?
Jadi maksud perkataan kembarannya itu apa?
"Kamu kecewa, kan? Makanya mama bilang, jangan baik baik dengan Emily," kesal mamanya masih dengan nada marahnya.
Nagita masih diam. Dia tidak berusaha menyangkal. Hatinya masih dipenuhi dengan tanda tanya besar.
Dia malah ngga tau kalo Dewa dan Emily ada hubungan.
Mereka sudah sedekat itu? Sejak kapan?
Hanya itu saja rasa hatinya. Sama sekali ngga ada kemarahan di sana.
"Malas mama nanti menyambut mereka datang ke rumah. Mama ngundang buat acara kamu dengan Dewa. Bukan buat Emily." Masih dengan nada penuh emosi, Nirma mengeluarkan unek uneknya.
Nagita masih menyimak.
"Tapi barusan opamu menjanjikan mantu yang sama kualitasnya dengan Dewa, kalo nanti hubunganmu gagal dengan Deva."
DEG
Nagita mulai merasa ngga nyaman.
Siapa lagi? Dia jadi merasa malu sendiri.
"Kata Pak Nathan, kamu dan Deva belum saling menyukai. Apa benar begitu? Jangan katakan kamu menyukai Dewa," selidik mamanya dengan nada penuh intimidasi.
Reflek Nagita menggeleng.
"Kami baru kenal, mam. Gimana bisa langsung saling menyukai," kilahnya cepat.
"Trus kenapa Emily dan Dewa bisa saling menyukai? Kapan mereka kenalnya?" tanya Nirma penasaran. Dalam hati, dia benci mengakui kalo Emily sudah berhasil mencuri start Nagita.
Nagita kembali menggelengkan kepalanya.
Dia juga tidak tau.
Waktu pertandingan di kampus, gerak gerik Emily dan Dewa sama sekali ngga mencurigakan. Mereka bahkan sama sekali ngga mendekat.
Nagita juga ngga melihat Emily berada di sekitaran Dewa pada saat itu.
"Jangan jangan gara gara proyek itu. Dasar, papamu sudah sengaja mendekatkan anak emasnya pada mereka," kesal mama Emily dengan hati tambah panas
"Wajar kalo Dewa gampang terpincut dengannya. Tau sendiri, kan, dia anak wanita malam. Pasti sangat pintar merayu," dengus mama Nagita dengan nada merendahkan.
"Ma, Emily tidak seburuk itu," bela Nagita pelan. Dia yakin memang Dewa yang tertarik duluan dengan Emily. Selama mengenal Emily, Nagita tau, saudara tirinya itu tidak genit. Malahan termasuk ngga pedulian, apalagi sama laki laki.
Kembali mama Nagita mendengus.
"Otakmu memang sudah dicuci Emily, sampai ngga bisa melihat betapa jahatnya dia."
Nagita hanya bisa menghela nafas melihat kemarahan mamanya yang masih tampak meluap luap.
"Nanti opa akan mengenalkan kamu dengan sepupu Dewa. Dia sama tajir melintirnya dengan Dewa."
Nagita terdiam. Dia mau menolak tapi saat ini sepertinya kurang tepat membahas Aaron. Darah tinggi mamanya bisa bisa melonjak pesat. Nagita ngga mau kalo sampai ada pembuluh darah mamanya yang pecah karenanya.
rasakan kau Baron.. sekarang rasakan akibatnya mengusik calon istrinya Dewa... 😫😫
sudah tahu bakal besan juhan orang berkuasa mlh cari masalah muluk baron
kalau mereka ketemu gimana ya...
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
atau nanti Agni juga ikut-ikutan bersandiwara... buat ngetes calon menantu... he he he he ..