Fahira Salsabila, seorang wanita yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai satu anak perempuan bernama Yumna Arsyila.
Dia yang berstatus janda dinikahi oleh seorang pria yang bekerja sebagai Manager perusahaan ternama yang bernama Arka Ardinatha karena dijodohkan oleh orangtua Arka.
Fahira dinikahi tapi tak pernah disentuh oleh suaminya sampai dua tahun lamanya hanya dengan alasan tidak mencintainya.
Lalu bagaimana dengan perasaan Fahira yang tulus padanya, Apakah Fahira akan tetap terus bertahan dengan siksa batinnya ?
Atau justru dia akan pergi meninggalkan Arka ?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Tak Tersentuh
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 16
Malam hari Fahira sengaja menunggu kepulangan suaminya di ruang keluarga sambil menonton Tv dan melihat Yumna bermain dengan bonekanya.
Saat sedang menyeruput kopinya, Fahira mendengar langkah seseorang dari luar, tak ada lagi itu pasti Arka pikirnya.
"Dari mana saja kamu Mas ?"
Langkah Arka terhenti saat mendengar Fahira mengeluarkan suara yang menggelegar di seluruh ruangan. Arka yang memang salah hanya menghembuskan nafasnya pelan dan menyahut pertanyaan Fahira.
"Aku sedang banyak masalah di Perusahaan, makannya aku nggak pulang.." sahut Arka dengan wajah tanpa rasa bersalah.
"Masalah di Perusahaan kamu bilang ? Kenapa nggak menjawab telfonku ? Kenapa nggak membalas pesanku ? Dan kenapa ada seorang wanita yang berani mengangkat telfon dari ponselmu !" seru Fahira bertanya dengan nada yang sedikit tinggi. "Kau anggap aku apa Arka !"
Panjang lebar Fahira mengajukan beberapa pertanyaan pada suaminya. Namun Arka yang memang bersalah tetap tak mau mengakui kesalahannya.
"Fahira ! Aku baru pulang ! Jangan mengajakku berdebat !" teriak Arka tak terima dengan pertanyaan yang Fahira ajukan padanya.
"Baru pulang dari mana ? Baru pulang dari Club dan menghabiskan malam indahmu disana ! Hah !"
"Fahira ! Jaga ucapanmu ! Aku suamimu ! Tidak pantas kau meneriaki aku seperti itu !"
Keduanya berdebat sengit, hal itu membuat Yumna ketakutan dan memeluk kaki sang Bunda dengan begitu eratnya sambil sesenggukkan menangis. Fahira yang mendengar Arka mengucapkan kata suami tersenyum sinis.
"Apa kau bilang ? Suami ? Suami macam bagaimana yang menikahi aku ini ? Dengan bergonta ganti wanita jalang dan meniduri beberapa wanita murahan, tapi tak menganggap istrinya ada.. Kau pikir aku wanita bodoh ! Yang bisa kau bodohi begitu saja Arka !"
Mendengar Fahira bicara semakin meninggi Arka melempar tas kerjanya diatas sofa, dan melepas jas kemudian melangkah mendekati Fahira lalu menatapnya tajam dengan jarak lima senti.
"Sudah mulai berani kau sekarang. Karena kau sudah bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri, lalu kau berani berteriak padaku ! Hah !"
Dengan tatapan tajam dan suara penuh penekanan tanpa berteriak, wajah Arka merah padam menahan emosi dengan sikap Fahira yang sudah mulai berani menantangnya berdebat.
"Aku berani karena aku sudah lelah Mas ! Hampir dua tahun kau tak pernah secuil pun mau menyentuhku ! Dengan diam ku bukan berarti kau bisa bertingkah seenaknya Arka, Aku punya hati. Aku punya perasaan ! Aku bukan boneka yang bisa kau perlakukan semau mu !" jelas Fahira penuh penekanan dengan tatapan yang tak kalah tajam dengan mata yang sudah merah menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Kau mengerti itu Arka !"
Plaaakkk...
Teriakan Fahira di ucapan terakhirnya mendapat tamparan dari Arka. Fahira menyentuh pipinya yang panas lalu kembali menatap Arka tajam. Arka sudah berani main tangan dengan Fahira.
Sedangkan Fahira yang tak terima kembali berteriak mencengkram kemeja Arka.
"Pukul aku Arka ! Pukul aku sampai kau puas ! Pukul aku sampai aku mati Arka !"
Fahira histeris terus berteriak di depan wajah Arka. Arka yang kemeja nya di cengkram tubuhnya terguncang karena Fahira terus mengguncangnya. Sedangkan Yumna terus menangis di kaki Fahira.
"Diaaamm...!"
Tangan Fahira di cengkram oleh Arka hingga membuatnya terdiam, Fahira menatap Arka begitu tajam dengan nafas yang terus memburu. Arka yang melihat Fahira terdiam menghempaskan cengkraman ditangan Fahira dengan kasar.
"Dengar baik-baik ! Aku tidak menyentuhmu bukan karena aku tidak menganggapmu ! Aku tidak menyentuhmu karena aku tidak ingin menyakitimu lebih dari ini ! Aku tidak mau jika suatu saat kita bercerai akan meninggalkan luka dalam hatimu ! Dan sekali lagi, jangan terus memaksa atau berusaha menggodaku dengan pakaian menjijikanmu itu ! Kau mengerti !"
Setelah mengucapkan itu Arka melangkah pergi menuju kamarnya setelah mengambil Jas dan tas kerjanya di sofa. Namun Fahira yang sudah melihat Arka menggebrak pintu kamarnya runtuh seketika.
Fahira terduduk dan menangis sejadi-jadinya. Dia memeluk sang Putri untuk menghilangkan rasa sakit hatinya yang begitu perih ia rasakan. Entah harus bagaimana lagi Fahira bersikap. Rasanya dia sudah sangat lelah sekali.
*
Pagi harinya, Fahira tak membuat sarapan. Tubuhnya terasa pegal dan langkahnya begitu berat. Dia dengan sekuat tenaganya berusaha untuk tetap berangkat mengajar di sekolah.
Setelah siap, Fahira menenteng tas nya dan menggandeng Yumna untuk pergi ke sekolah. Dia akan sarapan diluar pagi ini. Berada dirumah melihat Arka akan membuatnya semakin sakit jiwa.
"Mau kemana kamu ?"
Pertanyaan Arka menghentikan langkah Fahira dan Yumna. Fahira menyahut pertanyaan suaminya tanpa menoleh ke belakang karena tak ingin menatap suaminya itu.
"Kerja !"
Setelah menjawab, Fahira kembali melangkah untuk keluar. Namun langkahnya kembali terhenti karena lagi-lagi mendengar Arka bertanya.
"Kau tidak membuatkan sarapan untukku ?"
Pertanyaan itu membuat Fahira menoleh ke belakang dan menatap Arka dengan tatapan sinis.
"Aku bukan pembantumu, suruh para jalangmu itu untuk membuatkan makanan untukmu ! Aku pergi ! Assalamualaikum !"
"Tidak bisa begitu Fahira ! Hey Ra kau dengar aku ! Fahiraa...!"
Langkah Fahira tak lagi berhenti meski Arka terus berteriak memanggilnya. Dengan langkah lebar dan tegas, Fahira terus berjalan menggandeng Yumna menuju warung untuk sarapan lebih dulu.
*
Di Sekolah, Fahira menjadi pusat perhatian. Dengan wajah yang cemberut, dan mata yang bengkak. Sudah bisa dipastikan wanita itu habis menangis semalaman.
Wibowo yang memang menyukai Fahira sejak awal bertemu, membuat jiwa penasarannya bergejolak. Wibowo melangkah mendekati meja Fahira dan mengeluarkan suaranya.
"Selamat pagi Bu Fahira.."
Ucapan Wibowo hanya mendapat tatapan sekilas dari Fahira dan senyuman simpul darinya.
"Pagi Pak.." sahut Fahira singkat sambil membereskan bukunya di meja kerjanya.
"Bu Fahira nanti pulang naik apa ? Mau nggak pulang bareng aku ?"
Pertanyaan Wibowo sangat garing di telinga Fahira. Baru saja datang akan mengajar dipagi hari, sudah di ajak pulang pikirnya.
"Naik helly kopter !"
Setelah menjawab itu Fahira berdiri membawa buku nya untuk menuju ke kelasnya sambil menggandeng Yumna ditangan kirinya.
Semua yang ada dikantor mendengar jawaban Fahira pada Wibowo membuat semua nya cekikikan menertawakan nya. Karena Wibowo tak berhasil merayunya.
Sesampainya di kelas, Fahira tak mengembangkan senyumnya. Hanya bibir diam dan wajah datar yang terlihat di wajahnya. Hingga membuat murid yang ada dikelasnya berbisik membicarakannya.
"Selamat pagi anak-anak.."
"Pagi Buuu..."
Fahira menaruh bukunya di atas meja. Dia membuka lembaran demi lembaran, tugas apa yang akan Fahira berikan pada muridnya dikelas itu.
"Kita akan tes ujian praktek pagi ini !"
Ucapan Fahira mendapat banyak protesan oleh semua muridnya. Fahira yang hatinya sedang tidak baik-baik saja, tak memperdulikan itu.
"Yah Bu, kok praktek sih.."
"Jangan praktek dong Bu.. Kita kan belum siap buat belajar.."
"Iya nih Bu Fahira, tiba-tiba ujian. Nggak asik.."
Fahira masih diam tak menanggapi protesan demi protesan dari muridnya. Saat ada lagi yang protes Fahira kembali mengeluarkan suaranya.
"Jika tidak suka silahkan keluar ! tidak usah mengikuti pelajaran saya selama satu bulan !"
Ucapan tegas Fahira mendapat bisikan dari semua muridnya. Fahira melampiaskan amarah dan kekesalannya dengan menghukum muridnya yang protes akan perintahnya.
Semua yang mendengar ucapan Fahira akhirnya menyerah, mau tidak mau mereka harus mengikuti ujian praktek tersebut dari pada tidak mengikuti pelajaran Fahira selama satu bulan.
...----------------...
Bersambung...