Kehidupan rumah tangga Chatlea dan Hendra sangatlah harmonis apalagi setelah mereka di karuniai dua anak kembar. Namun saat memasuki tahun ke lima, bencana rumah tangganya mulai menerjang.
Suami yang selama ini dia sayangi dan cintai ternyata menyimpan wanita lain di belakangnya.
"Aku ingin menikah lagi. Kamu setuju atau tidak, aku tetap akan menikah dengannya." Ucap Hendra.
Dunianya seakan runtuh saat itu juga mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya.
Hatinya menjerit ingin berteriak sekencang-kencangnya namun lidahnya keluh.
Air matanya terus mengalir tanpa henti menunjukkan betapa sakit, perih, dan kecewa yang teramat dalam yang ia rasakan.
Setelah suaminya menikah, dia malah dijadikan pembantu dan baby sitter di rumahnya sendiri.
Mampukah Chatlea bertahan tinggal seatap dengan madunya?
Ataukah Cathlea memilih mundur dari pernikahan yang sudah dia jalani selama bertahun-tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah Untuk Mommy
Keesokan harinya Cathlea bangun dari tidurnya, ia menuju dapur untuk membuat sarapan seperti biasanya. Setelah selesai ia kembali ke kamar untuk membangunkan anak-anaknya, mereka bersiap-siap untuk ke sekolah sedangkan Cathlea bersiap-siap untuk ke butik.
"Ayo sayang kita sarapan." Ajak Cathlea.
Mereka duduk di kursi masing-masing lalu menikmati sarapan yang di buat oleh Cathlea. Tidak lama kemudian Bella dan Hendra datang dan duduk di kursi.
Tidak ada obrolan saat mereka makan, sekali-kali Bella dan Hendra memperhatikan penampilan Cathlea.
Hari ini Cathlea memakai dress warna peach dan high heels warna senada yang ia beli dari butik Ririn, ia memoles wajahnya dengan makeup tipis dan aroma parfum kesukaannya sejak masih kuliah.
"Mau kemana kamu?" Tanya Hendra saat mereka selesai makan.
"Mau antar anak-anak ke sekolah." Jawab Cathlea.
"Mau antar anak-anak ke sekolah atau mau pergi jual diri? Lo kan udah nggak di kasi uang dengan mas Hendra, kalo nggak dari mana Lo dapet pakaian semahal itu dan biaya mereka sekolah." Ketus Bella karena dia tau bahan dress yang Cathlea pakai terbuat dari sutra yang lembut.
"Gw nggak perlu jual diri untuk memenuhi kebutuhan gw dan anak-anak. Manusia punya rejekinya masing-masing dan gw percaya Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak gw kelaparan hanya karena mas Hendra tidak memberikan mereka makan." Jelas Cathlea.
"Ayo sayang kita berangkat, Mommy sudah pesan taksi onlinenya." Ajak Cathlea.
"Sebentar Mom, kami ambil tas dulu." Ucap Zidan kemudian mengambil tasnya di kamar bersama Zarah.
"Aku tanya baik-baik kamu mau kemana?" Bentak Hendra.
"Apa perlu aku ijinmu lagi mas? jangan lupa kita sudah bukan suami istri lagi yang harus tau kemana pasangannya pergi ketika keluar rumah. Aku bukan siapa-siapa kamu lagi, kamu sudah memutuskan hubungan diantara kita, saya bebas kemanapun dan dengan siapapun saya akan pergi." Jelas Cathlea.
Sontak membuat Hendra langsung berdiri.
"Prakkkk."
Hendra menampar pipi Cathlea.
"Kamu masih tinggal di rumahku dan harus ikut aturan rumahku." Bentak Hendra.
Cathlea memegang pipinya yang memerah lalu menatap tajam mata Hendra.
"Aturan yang mana yang nggak aku ikutin mas, katakan padaku yang mana?" Teriak Cathlea.
Hendra diam dan berpikir.
"Semua aturan yang kau buat sudah aku ikutin tapi apa yang kudapat? kau membawakan madu untukku sebagai balasannya? madu yang sangat manis untukmu namun bagiku dia racun yang mematikan." Ketus Cathlea.
"Apa Lo bilang, gw racun?" Bella mengangkat tangannya namun di tahan oleh Hendra.
"Kenapa kamu menahan ku mas?" Kesal Bella.
"Anak-anak menuju kemari." Ucap Hendra.
"Kalo kamu bukan racun, lalu apa namanya? pelakor atau wanita penggoda atau perebut suami orang?" Ketus Cathlea.
"Jaga bicara mu Lea." Bentak Hendra.
"Emang itu kenyataannya." Cathlea menaikkan bahunya.
Cathlea melihat Zidan dan Zarah sudah berada di dekatnya.
"Ayo sayang kita pergi, pamitan dengan Daddy kalian." Ucap Cathlea dengan sangat lembut.
Zidan dan Zarah mencium punggung tangan Hendra dan Bella.
"Aku belum selesai bicara denganmu Lea." Ucap Hendra.
"Nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan di rumah ini selain masalah anak-anak mas, bukankah kamu sudah menganggap aku sebagai babu di rumahku sendiri?" Jelas Cathlea.
"Sudah mas, biarkan mereka pergi. Kita juga harus berangkat ke kantor." Sela Bella.
"Dengarkan kata-kata Istri kesayangan mu itu, kan hanya dia yang kamu anggap ada di rumah ini? kamu hanya melihat dan mendengar ucapannya saja? Jadi jadilah suami penurut untuk istrimu." Cathlea berbalik memegang tangan anak-anaknya keluar dari rumah.
"Sialan kamu Lea, berani-beraninya kamu bicara seperti itu padaku." Kesal Hendra mengepalkan kedua tangannya.
"Nanti malam aja mas kita kasi pelajaran untuk Lea. Mulutnya sekarang sudah tidak bisa di kontrol." Bella ikut kesal.
"Kamu benar sayang. Ambilkan tasku dikamar, aku tunggu di mobil." Ucap Hendra kemudian keluar menuju mobilnya.
Cathlea mengantar Zidan dan Zarah ke sekolah kemudian menuju Butik Queen.
Saat mobil yang Cathlea tumpangi pergi, Zidan dan Zarah menunggu pemilik apartemen di pos satpam. Tidak lama kemudian seseorang datang menghampiri.
"Maaf dek, bos saya ada janji dengan tuan Zidan, adek tau nggak orangnya yang mana?" Tanya sekertaris pemilik apartemen.
"Aku Zidan, aku menunggu Tuan Ramon pemilik apartemen Royal." Tegas Zidan.
Sejenak sekertaris Ramon tertegun memperhatikan Zidan dan Zarah.
"Hahahaha kalian kerjain om ya?" Tanya Sekertaris Ramon.
"Nggak, kalo nggak percaya tanya aja satpamnya, ia kan pak? nama saya siapa?" Tanya Zidan pada satpam yang menemaninya sejak tadi.
"Ia Tuan, mereka Zidan dan Zarah." Ucap Satpam.
"Sudah, sekarang dimana Tuan Ramon, kita harus selesaikan secepatnya, Karen sebentar lagi kami masuk kelas." Jelas Zidan.
Sekertaris Ramon geleng-geleng kepala karena tidak percaya.
"Mari Om antar ke mobil." Ajak sekertaris sambil berjalan menuju mobilnya.
"Kenapa Lo bawa anak kecil kemari? Gw janjian dengan Tuan Zidan." Kesal Ramon.
"Saya Zidan Om yang mau beli apartemen Om." Ucap Zidan dengan suara anak-anaknya.
"Hahahaha anak ini suka bercanda juga, kalian kembar ya? siapa nama kalian." Tanya Ramon.
"Saya kan sudah perkenalkan diri, kalo ini adik Zidan namanya Zarah." Kesal Zidan.
Ramon dan sekertarisnya saling pandang.
"Jangan buang-buang waktu ku Om, mana berkas dan kuncinya, aku akan transfer pembayarannya sekarang." Tegas Zidan.
"Kalian beneran mau beli apartemen Om? nggak lagi main-main kan?" Tanya Ramon.
"Kan Zidan sudah transfer 100 juta, masa main-main." Kesal Zidan karena mereka tidak percaya.
"Ambilkan dokumennya di dalam." Perintah Ramon pada sekertarisnya.
Sekertaris Ramon mengambilnya di dalam mobil lalu menyerahkan dokumennya ke Zidan.
Zidan dan Zarah membacanya dengan teliti seolah mereka sudah sangat tau dokumen apa saja yang akan mereka dapatkan.
"Apa kalian mengerti itu apa?" Selidik Ramon saat melihat ekspresi serius di wajah mereka saat membaca dokumennya.
"Dokumen administrasi izin prinsip, izin mendirikan bangunan, izin lokasi, izin kelayakan unit apartemen, dan sertifikat hak milik (SHM). AJB nya nanti Mommy aku aja yang urus, Om mana kuncinya." Ucap Zidan.
Ramon dan sekitarnya melotot tidak percaya dengan kecerdasaan yang dimiliki Zidan.
"Om mana kuncinya, sebentar lagi kami masuk kelas." Tegas Zidan membuat Ramon tersentak.
"Ini." Singkat Ramon.
"Zarah, transfer sisanya pembayarannya." Perintah Zidan, Zarah segera mengambil ponselnya lalu mentransfer sisanya.
"Sudah kak." Jawab Zarah.
"Tunggu, tunggu, kalian membeli apartemen tanpa sepengetahuan orang tua kalian? Kalian dapat uang dari mana?" Selidik Ramon.
"Rahasia Om, apartemennya hadiah dari kami untuk Mommy." Ucap Zidan kemudian pergi bersama Zarah meninggalkan Ramon dan sekertarisnya yang masih melamun.
"Bos, kok bisa anak sekecil itu beli apartemen? Bagaimana jika mereka sudah besar ya? apa yang akan mereka beli?" Tanya Sekertaris Ramon.
"Bodo amat lah, gw pusing mikirin mereka, yang penting apartemen gw laku." Ucap Ramon memijit pelipisnya.
.
.
.
Bersambung...
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
.