Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maukah Bersamaku?
Nirmala kebingungan dengan apa yang harus dia lakukan saat ini. Dia masuk ke dalam ruangan VVIP, dimana Galen terdiam disana dengan ponsel ditangannya. Kerutan di dahinya menunjukan jika dia sedang kesal. Entah apa yang dia lihat di layar ponselnya.
"Tuan"
Dengan ragu Nirmala memanggilnya. Membuat Galen langsung mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Tatapannya kali ini benar-benar terlihat sangat tajam dan begitu dingin. Nirmala jadi takut sendiri dengan tatapan pria itu.
Aduh, bagaimana caranya aku menjelaskan? Tatapannya saja sudah membuatku takut. Nona Muda, kau benar-benar membuatku dalam masalah.
Galen bersandar di sofa, menatap Nirmala dengan lekat. Bahkan tatapannya terlihat begitu tajam dan dingin. Gadis di depannya yang hanya menunduk dengan tangan meremas rok yang dia kenakan.
"Kau datang kesini untuk memberitahu jika Laura pergi?"
Nirmala mendongak, menatap Galen dengan takut, lalu dia mengangguk saja. Ternyata memang Galen sudah mengetahui tentang itu. Karena Laura sudah mengirimkan pesan padanya, jika dia mendadak ada urusan dan harus segera pergi.
"Tidak apa, sekarang kau yang akan menemaniku makan" ucap Galen santai.
Nirmala langsung terdiam, dia merasa takut sekarang. Suasana hati pria itu yang tidak baik, sudah terlihat jelas dari wajah dinginnya. Namun, Nirmala harus berada disini karena ulah Laura. Dan sekarang dia harus ketakutan sendiri menghadapi mood pria ini.
"Kenapa kau hanya diam disana, duduk disini!" Galen menepuk ruang kosong disampingnya.
Nirmala hanya bisa mengangguk, dia berjalan ke arah Galen. Duduk disampingnya. Nirmala melihat makanan yang sudah tersedia di atas meja, dapat dipastikan jika pasangan kekasih ini bahkan belum makan malam bersama.
"Em, saya benar-benar minta maaf karena Nona Muda terpaksa pergi"
Galen menatap gadis disampingnya dengan lekat. Perlahan tangannya meraih dagunya dan mengangkat wajahnya yang menunduk sejak tadi. Hal yang di lakukan, tentu saja membuat Nirmala sangat terkejut.
Dia mau apa? Nirmala memejamkan matanya saat wajah Galen semakin dekat dengannya. Dalam pikirannya, jika pria itu mungkin akan mencium bibirnya.
"Kau selalu bisa melanjutkan cerita drama itu?"
Hah? Nirmala langsung membuka matanya, ternyata wajah pria itu sudah kembali menjauh darinya. Dia mengutuki pikirannya sendiri yang sudah terlalu jauh. Lagian mana mungkin pria seperti Galen akan menciumnya.
Bisa-bisanya aku berharap dia menciumku. Ah.. Nirma, kamu benar-benar sudah tidak beres.
Nirmala tersenyum tipis saat Galen sudah mulai dengan makanannya. Sementara dia yang masih tegang dan berdebar dengan apa yang dilakukan oleh Galen barusan.
"Ayo makan dulu, nanti kau bisa ceritakan kelanjutannya sambil kita minum" ucap Galen yang menoleh pada Nirmala.
"Em, i-iya Tuan"
Nirmala mengambil sumpit, dan mulai makan. Rasa makanan yang sebenarnya kurang cocok di lidahnya ini. Dia tidak terlalu suka dengan makanan luar seperti ini. Apalagi makanan yang terbuat dari daging ikan mentah.
"Kenapa sedikit sekali makannya? Kau tidak suka?"
Nirmala menggeleng pelan, dia mengambil minum dan meminumnya. "Lidah saya saja yang tidak terbiasa dengan makanan seperti ini"
"Kenapa tidak bilang? Kita bisa pesan lagi"
"Tidak, tidak usah Tuan. Saya sudah kenyang juga, tadi di bawah sudah pesan cake coklat"
Galen menatap Nirmala sambil tersenyum tipis. Bahkan seketika rasa kesalnya pada Laura yang pergi begitu saja, lenyap seketika.
"Kau suka makanan manis?"
Nirmala langsung tersenyum dan mengangguk dengan wajah antusias. "Aku suka makanan manis. Dan aku suka makanan apapun berasa coklat"
Galen tersenyum, dia memanggil pelayan saat itu. "Berikan satu puding coklat"
"Baik Tuan"
Nirmala menatap Galen dengan bingung, dia tiba-tiba memesan puding coklat saat Nirmala menceritakan tentang makanan kesukaannya.
"Teman untuk kau bercerita padaku" ucap Galen.
"Ah, begitu ya"
Galen menyangga kepalanya dengan satu tangan yang bertumpu pada sandaran sofa. Menatap Nirmala yang duduk disampingnya.
"Jadi, bagaimana kelanjutan cerita drama yang kau tonton itu?"
"Em, jadi karena sebuah kejadian membuat keduanya sepakat untuk bersama. Namun, tanpa sepengetahuan sahabatnya. Dan keduanya mulai merasakan cinta yang sebenarnya dan ... bla ... bla ... bla"
Lagi, Nirmala terus menceritakan tentang drama yang dia tonton. Dan Galen selalu merasa tenang dan nyaman saat mendengarkan Nirmala bercerita. Bibirnya yang bergerak dengan sesekali akan menjilat bibirnya sendiri yang kering. Hal itu membuat Galen merasa lucu.
"Aku juga baru nonton sampai situ, belum lanjut lagi" ucap Nirmala saat dia selesai bercerita.
"Kalau begitu, kapan kau ada waktu? Kita bisa menonton bersama"
"Em, memangnya anda tidak akan sibuk bekerja?"
Seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka. Satu puding coklat, dan sebotol wine pesanan Galen.
"Aku senggang malam hari. Bagaimana jika aku pulang bekerja, kita menonton bersama?"
"Em, boleh"
Aduh, aku tidak mungkin menolaknya. Aku tidak berani.
Nirmala melirik puding coklat di atas meja, sudah tidak tahan untuk menyantapnya. "Em, Tuan, puding ini buat saya 'kan? Boleh dimakan sekarang?"
Galen tersenyum lucu dengan mimik wajah Nirmala itu. "Tentu saja, makanlah"
Nirmala begitu bersemangat, dia langsung memakan puding coklat itu. Lumer coklat dan lembutnya puding langsung meleleh di mulut. Nirmala sangat menyukainya, sampai dia memejamkan matanya dengan sedikit menggerakan kepalanya karena merasa puding yang dia makan begitu enak.
"Kau suka?" tanya Galen dengan tersenyum, tingkah gadis ini benar-benar membuatnya gemas.
Nirmala mengangguk dengan senyuman penuh kebahagiaan. Bahkan hal sekecil ini bisa membuatnya bahagia.
"Ini enak, saya suka. Terima kasih, Tuan"
Galen mengangguk, dia menatap Nirmala yang melanjutkan memakan pudingnya. Segelas wine di tangannya, dia teguk sampai tandas. Satu tangannya memegang saku jasnya, disana ada sebuah kotak kecil yang tidak jadi dia keluarkan karena Laura yang pergi sebelum mereka memulai acara makan malam ini. Mengingat itu membuat dia kembali menuangkan wine ke dalam gelasnya, langsung meminumnya sampai tandas.
"Tuan, sudah, anda mabuk"
Nirmala jadi panik sendiri melihat Galen yang sudah menghabiskan satu botol wine, dan sudah masuk ke botol kedua. Namun, segera dia hentikan saat melihat pria itu sudah mabuk.
"Kau ..." Galen menatap Nirmala dengan matanya yang menyipit, lalu dia tersenyum. "... Maukah bersama denganku? Menemaniku, dan selalu disampingku?"
Deg...
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪