Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Lasya menyengir kuda saat Andrian membenarkan arahnya. Dia mengedipkan mata dan...
" Makasih ya mas." Ucapnya dengan genitnya.
Andrian tidak menjawab, dia hanya menggeleng kecil lalu mendorong Lasya agar kembali berjalan.
Langkah demi langkah terus melaju. Lasya terus mengedarkan pandangannya menikmati suasana keindahan alam di pantai ini. Ini sangat tenang, rasanya hidupnya sangat sempurna tanpa ada beban sedikit saja.
" Oh ya mas. Kenapa ya papa sampai mau nyewa tempat ini buat kita."
" Nggak tahu."
Lasya menoleh. Dia menggerakkan bibirnya mengerucut mendengar jawaban dingin Andrian. Ya walaupun ini bukan pertama kalinya.
Langkah mereka sudah sampai di halaman Vila. Mereka melewati halaman luas yang memiliki taman kecil serta air mancur. Di tambah lagi di dekat sana juga ada kolam ikan.
Lasya mengulurkan tangannya hendak membuka handle pintu, namun ternyata Andrian melakukan hal yang sama juga. Sejenak mereka saling pandang, hingga Andrian menepis tangan Lasya kasar lalu membuka pintu ini dan masuk ke dalam lebih dulu.
Lasya hanya menghela napas kecil. Dia ikut masuk dan menyusul suaminya yang menuju kamar.
" Mas, kamu nggak mau nonton tv dulu? Masa kamu di kamar terus." Kata Lasya yang berjalan di belakang Andrian.
" Malas."
" Ada camilan lo mas. Kita nonton dulu yuk."
Lasya meraih sebelah tangan Andrian, hendak mengajaknya untuk menonton bersama.
Tapi...
SRET....
Dengan tatapan tajam, Andrian menghempaskan tangan Lasya. Lasya seketika terdorong dan terpeleset dari tangga. Dia jatuh! Badannya tergelinding dari 6 anakan tangga.
" ARGH..."
Lasya merintih ketika mendarat di bawah dengan posisi tubuhnya tengkurap.
Andrian hanya berdiam diri. Dia hanya melihat Lasya saja tanpa berniat membantunya.
" Lain kali jangan paksa aku dalam hal apapun, PAHAM!"
Andrian berbalik langsung pergi. Dia benar-benar tidak memperdulikan Lasya.
Sedangkan Lasya terus merintih. Mremegangi kepalanya yang terasa pusing. Seluruh badannya terasa sakit. Dia hanya bisa menggerakkan kepalanya saja, sebelum akhirnya dia benar-benar bangkit.
DRRT...
Andrian langsung mengangkat teleponnya saat Bianka menelpon.
" Hallo."
" Andrian, kamu jemput aku sekarang An. Aku nggak bisa kesana. Aku di halangi oleh orang-orang suruhan papa mu An."
Mendengar ini Andrian seketika memijat keningnya. Dia tidak menyangka kalau papa-nya benar-benar sudah tahu hubungan dia dan Bianka.
" Andrian! Kamu dengar aku kan! Kamu jemput aku sekarang, atau kalau perlu kamu pulang sekarang. Aku nggak suka ya An kamu di sana sama wanita culun itu. Kamu itu milik ku An."
" Aku nggak mau tahu, pokoknya kamu harus jemput atau pulang sekarang."
Wanita di balik telepon ini terus saja mengoceh tiada henti, sudah bagaikan burung kelaparan saja.
" ANDRIAN! KAMU DENGAR AKU KAN!"
" Hem." Andrian membalas dengan kata yang sangat singkat.
" Jadi gimana?"
" Nggak bisa."
" Kenapa? Jangan bilang kamu senang di sana? Kamu lupa kalau kamu adalah milik ku An!"
Suara Bianka terdengar sedih. Mungkin saja dia di seberang sana tengah berpura-pura mengusap air matanya.
" Aku benar-benar kecewa dengan mu An."
Setelah mengucapkan itu, Bianka menutup telepon ini begitu saja.
Melihat sambungan yang sudah terputus, Andrian menjadi memijat keningnya sendiri. Pusing sendiri dia menanggapi kemauan Bianka ataupun papa-nya. Mereka berdua sama-sama keras kepala.
Suara pintu kamar ini terdengar terbuka. Sontak saja Andrian langsung menoleh saja ke arah suara. Lasya datang dengan tangan yang memegangi lengan. Wajahnya terlihat sendu, serta di bagian dahinya ada goresan luka.
Andrian terdiam melihat pemandangan ini. Sedangkan Lasya yang merasakan badannya sakit memilih untuk berlalu begitu saja dan merebakan diri di atas ranjang dengan posisi miring memunggingi Andrian.
•
Tanpa sadar ternyata Lasya ketiduran. Dia mulai mengerjapkan mata dan hendak bangun. Dengan posisi duduk, dia memijati bahunya secara bergantian. Dia mengusap rambut atas nya, tapi gerakannya seketika terhenti saat tanpa sengaja dia merasakan menyentuh sesuatu di dahinya.
" Apa ini."
Dia mengambil ponselnya, menyalakan fitur kamera. Dia bingung sekaligua kaget saat melihat sebuah plaster melekat menutupi lukanya. Jarinya bergerak pelan mengusap plaster ini.
" Siapa yang mengobati luka ku? Apa jangan-jangan mas Andrian?"
Lasya bergumam sendiri. Dia mengedarkan pandangan mencari Andrian, tapi pria itu tidak ada di sana.
" Dimana mas Andrian?"
Dengan secara hati-hati Lasya beranjak bangun. Dia berjalan ke sisi kamar mandi, mengetuk pintu itu tapi suara di dalam sana hanya terdengar hening.
Andrian saat ini memangku laptopnya, duduk di sofa ruang keluarga. Sudah 2 jam lamanya dia berdiam diri di sini seorang diri. Walaupun dia tidak di kantor, tapi beberapa dokumen dan pekerjaan menumpuk di email-nya.
Lasya sudah berdiri di ujung tangga lantai dua. Dia berdiri di sana dengan netra menatap Andrian. Dia masih berdiri tegak seorang diri.
Dia menatap Andrian dengan tatapan yang sulit di artikan. Kadang keningnya berkerut, kadang juga wajahnya tiba-tiba menjadi datar.
Tap..
Tap..
Tap..
Lasya melangkahkan kaki jenjangnya menuruni anakan tangga. Sudah sangat jelas langkah kakinya ini di dengar oleh Andrian. Tapi pria itu sama sekali tak menoleh.
Lasya sedikit ragu saat ingin mendekat. Dia meremat jarinya dan menunduk beberapa saat.
Tanpa Lasya ketahui, Andrian menutup laptopnya dan menatap lurus ke depan dengan ekspresi dingin.
" Kenapa diam di sana." Ucapnya. Membuat Lasya sedikit kaget.
" Ehm, nggak apa-apa kok mas. Kamu... kamu sibuk ya? Mau aku buatin kopi?"
" Terserah."
Andrian kembali membuka laptopnya, dia melanjutkan mengetik papan keyboard itu.
Lasya berjalan pelan menuju dapur. Dia merebus air lalu meracikkan kopi hitam untuk suaminya. Tak hanya untuk Andrian, dia juga buat teh lemon untuk dia sendiri.
Minuman ini sudah siap. Lasya kembali berjalan dengan pelan menuju tempat Andrian. Sebelum sampai di tempat, Lasya menarik sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.
" Mas, ini minum mu."
Lasya meletakkan nampak kecil ini ke atas meja. Dia mendudukkan diri di sebalah Andrian. Kepalanya menoleh, memperhatikan Andrian yang terlihat memang sangat tampan dan menawan. Entahlah, bagiamana ceritanya Lasya kembali jatuh cinta dengan Andrian.
Padahal mereka sudah terpisahkan dalam jangkan waktu cukup lama. Hingga takdir menggariskan mereka menjadi sepasang suami-istri karena perjodohan.
•
Di sisi lain, Bianka dari tadi terus mondar-mandir di kamar apartemennya. Ponselnya sama sekali tidak lepas dari genggaman tangannya. Berkali-kali dia menyalakan layar ponsel ini, hanya demi melihat Andrian menghubunginya ataukah tidak.
" Andrian Andrian Andrian, kenapa kamu sama sekali nggak menelpon ku!" Bianka menggenggam ponselnya sendiri dengan sangat erat. Dia kesal, dia semakin kesal saat membayangkan hal apa saja yang di lakukan Andrian dan Lasya di sana, sampai-sampai Andrian tidak menghubunginya sama sekali.
" Argh..."
Dengan kasar Bianka menggusar rambutnya sendiri.
" Ini semua gara-gara om Hendrik. Bisa-bisanya dia mengirim Andrian bulan madu."
Mengingat dia yang tidak bisa melakukan apa-apa Bianka semakin kesal. Dia tadi sebenarnya sudah turun dengan membawa koper hendak menyusul Andrian. Tapi tiba-tiba saja dua orang pria mencegatnya dan melarang dia menyusul Andrian.