Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32 - Perjodohan
Namun tiba-tiba...
Bruuukkk!
Raisa terjatuh ke pelukan Bian dan tidak sadarkan diri. "Raisa? Raisa!." Bian pun segera menggendong Raisa dan membaringkannya di tempat tidur.
Setelah itu, ia merasa bingung dan tidak tau apa yang harus di lakukan. "Tuan... Aku sudah kehabisan nafas...." Seketika Bian teringat perkataan terakhir Raisa yang ia duga jika Raisa memang butuh bantuan pernafasan.
Tanpa pikir panjang, Bian pun langsung memberi pertolongan pertama dengan memberikan Raisa nafas buatan secara langsung.
Satu kali...
Bibir Bian dan Raisa kini bertemu namun laki-laki itu tidak merasakan hal apapun saat itu karena yang dia pikirkan adalah hanya untuk menolong Raisa.
Dua kali...
Raisa belum juga tersadar, namun saat ciuman yang ketiga kali dan pas bibir mereka menyatu, Raisa membuka matanya perlahan dan langsung membelalakan kedua matanya saat menyadari jika Bian sedang menciumnya.
Bian yang juga langsung menyadari keadaan Raisa yang sudah siuman, hanya mematung sejenak dan membiarkan bibirnya masih menempel di bibir ranum Raisa dan kali ini ada perasaan berbeda dalam dirinya.
Deg deg! Deg deg! Deg deg!
Spontan wajah Bian kini menjadi merah seperti udang rebus saat nafas Raisa dna dirinya saling menghembus dan bertukar. Lalu, dalam hitungan detik Bian pun melepaskan bibirnya yang sudah dia rasakan nikmat dan membuat birahinya muncul.
Raisa segera bangkit dari tidurnya perlahan karena masih agak lemah. "Apa yang kamu lakukan di dalam sana?!," tanya Bian dengan suara yang agak keras namun tidak melihat ke arah Raisa.
Mendapat pertanyaan langsung, Raisa pun segera melupakan kejadian yang baru saja terjadi di antara mereka dan meminta maaf.
"Maaf Tuan... Tadi... Tadi aku sedang beres-beres lalu mendengar Tuan keluar dari kamar mandi, aku... Aku hanya takut Tuan merasa tidak nyaman saat aku melihat Tuan tidak memakai baju, jadi... Jadi aku bersembunyi di dalam lemari.
"Kamu ini bodoh sekali, bagaimana jika kamu mati di dalam sana, hah?." Kali ini Bian bicara sambil menoleh... namun, tatapannya langsung tertuju pada bibir Raisa yang berwarna merah jambu yang membuatnya merasa berdebar dan mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
Bian berpaling lagi dan menghindari tatapan Raisa. "Mengapa jantungku berdegup kencang?," batin Bian sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri.
Menyadari rasa canggung di antara mereka, Raisa pun segera turun dari kasur yang berukuran king size milik majikannya itu dan segera pamit undur diri. "Aku permisi dulu Tuan... Maaf sudah mengganggu Anda."
Raisa pun keluar dari kamar Bian sambil mengipas-ngipaskan tangannya karena kepanasan walaupun di rumah itu full ase. Kemudian, saat Raisa baru beberapa langkah meninggalkan kamar Bian, tiba-tiba saja tangannya di tarik seseorang ke belakang.
"Radit?."
Raisa langsung melepaskan tangannya yang di genggam erat oleh Radit dan hendak pergi namun Radit menahannya kembali. "Raisa tunggu! Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Tapi aku rasa tidak perlu!."
"Raisa! Sebenarnya aku ingin jujur padamu tapi aku takut kamu tidak akan menerimaku dan tidak ingin berteman denganku!."
...
"Radit, tidak lebih dari menganggapmu sebagai teman, aku tidak peduli tentang siapa dan apa statusmu sebenarnya, tapi... Kamu sudah berkhianat pada istrimu dengan menyukai gadis lain... Aku sungguh tidak menyangka jika kamu laki-laki seperti itu!."
Raisa pun berbalik dan beranjak pergi meninggalkan Radit dengan keputusanasaannya. Tanpa mereka sadari, Bian telah melihat kebersamaan mereka walaupun hanya sejenak namun menimbulkan beberapa pertanyaannya dalam hatinya.
Hari-hari telah berlalu dan berjalan normal seperti biasanya. Raisa bekerja secara profesional meskipun ia tau status Radit di rumah itu sebenarnya dan tidak berniat membedakan pelayanan untuk seorang majikan.
Radit selalu mencoba mengambil kesempatan untuk bisa bicara dengan Raisa namun selalu nihil karena Raisa selalu menghindari Radit.
Gerak-gerik Radit nyatanya sering di perhatikan Bian yang semakin membuat adik iparnya itu merasa penasaran dengan maksud Radit yang selalu cari perhatian di depan Raisa. Namun, demi menjaga perasaan kakaknya, Bela, Bian pun tidak ingin mempermasalahkan hal yang belum jelas.
~
"Selamat malam...."
Suatu hari, tante Rose menyambut hangat kedatangan sebuah keluarga yang tak lain keluarga Laura terdiri dari dirinya sendiri, Ayah dan ibunda Laura.
Beberapa saat kemudian seluruh keluarga Aryana menyambut kedatangan ayah dan ibu dari Laura juga dan mereka kini sedang berbincang hangat tidak terkecuali Radit yang ikut bergabung juga.
"Pak Romi... Aku datang kesini bukan untuk bertele-tele, kita tau sendiri bukan... Jika Laura dan Bian itu sudah saling mengenal sejak mereka masih kecil... Dan aku rasa, bagaimana jika hubungan itu kita semakin eratkan dengan menikahkan mereka berdua, bagaimana?."
"A ha ha ha... Tidak ada hal apapun yang akan membuat aku menolak Laura sebagai menantu di rumah ini dan aku merasa sangat bahagia jika Pak Charles yang ingin berbesan denganku...," ucap Romi.
"Baguslah, kalau begitu kita tunggu apa lagi? Bukankah hal baik itu harus segera di laksanakan?."
"Memang benar, tapi di balik semua itu... Aku tidak bisa langsung memutuskan hal besar ini sendiri, karena yang memiliki hak penuh atas diri Bian itu adalah dirinya sendiri... Oleh karena itu, kita harus cari tau dulu bagaimana dengan perasaan Bian... Dan aku harap Pak Charles tidak merasa keberatan."
"Oh, ya tentu saja... Itu juga hal yang penting... Kalau untuk anakku, kami sudah tidak ragu lagi kalau dia sangat mencintai Bian dan kami harapkan Bian pun tidak sampai mengecewakan kami a ha ha ha...," canda ayahnya Laura sambil tertawa menggelegar.
Tidak lama berselang, Bian pun baru tiba pulang dari kantornya dan di sambut hangat oleh semua orang yang berada di di ruang tamu tersebut.
Ayah Laura sangat antusias bicara dan memeluk laki-laki yang ia harapkan menjadi menantunya. Begitupun dengan Laura yang melihat Bian malu-malu hingga membuat Bian bertanya-tanya dalam hati.
"Kebetulan sekali kamu sudah datang Nak... Duduklah," seru kakek Romi menyuruh Bian duduk di sampingnya dan Bian pun mematuhinya.
"Nak... Apakah kamu merasa lelah hari ini?," tanya kakek Romi lagi. "Tidak Kakek... Ada apa?."
"Nak... Sebenarnya Pak Charles sekeluarga berkunjung lemari karena mereka memiliki niat khusus untukmu."
"Ya... Lalu?."
"Mereka ingin tau, apakah kamu setuju untuk menjadi menantu mereka dan menikah dengan Laura?."
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Seketika Bian tersedak selamat saat mendengar pertanyaan yang begitu mendadak itu. Lalu Laura pun mengambilkan minuman untuk Bian dan membantunya minum.
Melihat sikap putrinya terhadapnya Bian, orang tua Laura semakin yakin jika di antara mereka berdua ada hubungan lain selain hubungan persahabatan hingga membuat orang tua Laura itu senyum-senyum berdua sama.
"Terima kasih Laura," ucap Bian di angguki Laura yang tersenyum manis dan penuh harap.
"Kakek... Hal ini sangat mendadak, aku pikir... Aku perlu waktu untuk memikirkan hal ini."
"Tentu saja... Kami juga tidak terburu-buru, untuk hal ini memanglah harus di pikirkan lebih matang demi kebahagiaan kalian berdua," timpal Charles yang sudah sangat bersemangat.
Akhirnya, setelah perbincangan yang cukup lama, keluarga Laura pun pamit undur diri dengan bahagia dan percaya diri. Charles juga berpesan pada Bian agar tidak berpikir terlalu lama karena khawatir putrinya itu di ambil orang, candanya.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍