Zaky Wijaya diantara dua wanita bernama Zaskia dan Shannon. Kia sudah dikenal sejak lama dan disayangi laksana adik. Shannon resmi menjadi pemilik hati dalam perjumpaan di Bali sebelum berangkat ke Zurich.
Hari terus bergulir seiring cinta yang terus dipupuk oleh Zaky dan Shannon yang sama-sama tinggal di Swiss. Zaky study S2 arsitektur, Shannon bekerja. Masa depan sudah dirancang namun komitmen berubah tak sejalan.
"Siapanya Kia?" Tanya Zaky dengan kening mengkerut. Membalas chat dari Ami, sang adik.
"Katanya....future husband. Minggu depan khitbah."
Zaky menelan ludah. Harusnya ikut bahagia tapi kenapa hati merasa terluka.
Ternyata, butuh waktu bertahun-tahun untuk menyimpulkan rasa sayang yang sebenarnya untuk Kia. Dan kini, apakah sudah terlambat?
The romance story about Kia-Zaky-Shannon.
Follow ig : authormenia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Ingin Pulang
Sepekan sudah berlalu sejak Zaky mendengarkan cerita Shannon tentang peluang karier di kantor pusat. Kecurigaannya terbukti. Ternyata internship pertama yang diikuti Shannon adalah prasyarat atau kualifikasi untuk menjadi karyawan tetap di kantor pusat di Washington. Dan sekarang menjadi final seleksi. Empat orang yang lolos di tahap kualifikasi akan memperebutkan dua kursi empuk. Ini menjadi impian siapapun. Bekerja di kantor pusat pengembangan software dan produk komputasi raksasa dunia dengan gaji tinggi. Begitu antusiasme Shannon saat bercerita dengan mata berbinar.
Zaky benar-benar menjadi pendengar tanpa mendebat seperti permintaan Shannon. Dan diam selama perjalanan menaiki trem menuju apartemen. Sudah cukup diamnya itu membuat Shannon tidak nyaman.
"Zaky, bukankah...use your youth as good as possible."
"True. Aku kan cuma minta no LDR. As simple as that. Buat apa LDR selagi kita bisa bersama. Selagi gak ada alasan urgent."
"Kita bisa bersama di Washington, Babe. Aku yakin apply kamu akan diterima. Banyak perusahaan archi yang akan nerima kamu."
"Sayangnya US gak masuk dalam list choice. Dan kamu udah tahu itu, Sha. Aku udah sangat terbuka sama kamu."
"Bisakah US jadi last choice, Babe? Demi aku. Aku cinta sama kamu. Tapi aku juga ingin ambil kesempatan berkarir di sana. Memang tidak ada dalam planning sebelumnya. Tapi kesempatan itu ada saat aku tinggal disini."
Zaky menggeleng. "Aku masih konsisten dengan three choice. Swiss, Jepang, or Singapura. Kalau kamu tetap bekerja di Zurich, berarti aku akan membuat apply di Zurich saja. Tapi kalau kamu malah memilih Washington, aku akan mikir ulang."
"Zaky...." Shannon menatap sayu.
"Sepertinya memang rencana lamaran harus dipending dulu, Sha. Komitmen kita belum sejalan. Dua tahun relationship ternyata tak cukup. Masih butuh waktu buat saling memahami keinginan masing-masing."
Itu menjadi dialog perdebatan saat Zaky mengantar Shannon sampai pintu apartemen. Meski hubungan tensinya sedikit hangat, ia tetap mengantar Shannon hari ini ke Zurich airport.
"Aku akan kabari kalau udah sampai."
Zaky mengangguk. Meski komunikasi selama sepekan ini cenderung masif, ia tetap perhatian. "Fii amanillah. Semoga Allah selalu menjagamu."
Shannon pergi, tak membuat Zaky terpuruk dalam kecewa. Memilih mengisi hari-hari dengan kesibukan. Hari-hari menunggu wisuda tujuh pekan lagi tidaklah menganggur. Ia bekerja freelance di perusahaan arsitektur dengan mengambil kontrak tiga bulan. Sebenarnya mendapat penawaran kontrak kerja full time yaitu dua tahun. Namun komitmen dengan Shannon yang mendadak tak sejalan, membuatnya ingin rehat dulu dengan pulang ke tanah air.
Seiring waktu bergulir, Zaky selalu tak ketinggalan update akun feelsogood debutan Ami dan Kia yang kini akunnya sudah centang biru dan diundang sebagai bintang tamu di sebuah acara talkshow televisi swasta. Proud. Selalu satu kata itu yang diketik sebagai komentar disetiap postingan.
Dan ada kebahagiaan tersendiri setiap kali menatap konten dimana Kia selalu mengenakan jam tangan pemberiannya. Berarti jam tangan produk asli Swiss hadiah wisudanya itu diterima dengan senang hati bukan?
Jika tujuh pekan yang lalu Zaky ke bandara untuk mengantar Shannon. Kali ini ia datang ke bandara untuk menjemput Papa dan Ibu. Orang tuanya itu sengaja datang untuk menghadiri wisuda kemudian akan melanjutkan traveling ke Jerman menengok Gina.
"Shannon gak ikut jemput? Sibuk ya?" Tanya Ibu usai berpelukan dengan anak bujang yang selama dua tahun ini tidak pulang-pulang. Rindu bertemu secara fisik terbayar hari ini. Ia sudah diberitahu tentang pakaian musim dingin yang harus dikenakan. Dinginnya udara terasa menerpa wajah begitu berada di area penjemputan.
"Shannon lagi ada tugas ke kantor pusat di Washington, Bu. Dia titip salam sama Ibu dan Papa.
Zaky tidak mau larut membahas Shannon di tengah kebahagiaan bertemu orang tua. Usai berganti berpelukan dengan Papa. Ia mengajak orang tuanya segera menuju mobil yang sudah disewanya untuk satu hari ini.Sama-sama mengeratkan mantel untuk mengusir hawa dingin.
Usai masa tinggal di asrama berakhir, Zaky beralih tinggal di homestay yang harga sewanya lebih murah dibandingkan apartemen. Dengan datangnya Ibu dan Papa, rasa ingin pulang ke tanah air semakin kuat. Rindu rumah. Rindu cuaca tropis. Ah, ada rindu yang lain di hati yang tak bisa dijabarkan.
"Kalau selama kuliah kan tinggal di asrama kampus, baru menginjak bulan kedua ini aku tinggal disini, Pa." Zaky sigap menjelaskan saat Papa menyapukan pandangan ke seisi rumah yang memiliki satu kamar itu.
Suhu di dalam rumah lebih hangat sebab memiliki pemanas sentral sehingga bisa mencopot sarung tangan, mantel, kupluk. Cukup mengenakan pakaian normal harian. Tiga cangkir hot cocholate khas Swiss baru saja dibuat Zaky dan dihidangkan di meja.
"Bu, Teh Puput nih nge chat. Nanyain Ibu sama Papa udah sampai belum." Zaky menunjukkan ponselnya pada Ibu. Yang kemudian Ibu menjawab dengan mengirim voice note.
Sehari menjadi waktu untuk menghilangkan jetlag. Usai dua malam Ibu dan Papa menginap, kini waktunya berangkat bersama menuju kampus. Zaky terlihat gagah mengenakan setelan jas hitam dengan dasi warna merah marun. Yang saat ke luar rumah akan dilapis lagi mantel.
"Selamat pagi, Zaky. Ini siapa? Orang tua ya?" Sapa seorang perempuan yang mengenakan pakaian formal begitu berpapasan di koridor kampus.
"Selamat pagi, Bu Marina. Betul, Bu. Kenalin ini orang tua saya mau menghadiri wisuda."
"Bu, Pa, ini Bu Marina. Asisten profesor di kampus ini. Beliau kepala grup riset di bagian management information systems. Srikandi Indonesia yang hebat bisa mengajar di kampus ini." Zaky dengan tulus dan bangga memuji wanita pintar lulusan S1 NUS Singapura.
"Waduh Zaky...perkenalannya bikin hidung pesek saya jadi mekar." Sahut Marina yang menyahut dengan seloroh. Lalu dengan ramah ia menjabat tangan Pak Bagja dan ibu Sekar bergantian.
"Aku sering konsultasi sama Bu Marina jika ada tugas riset. Meskipun beda disiplin ilmu, tapi materi teknisnya membantu." Zaky masih melanjutkan presentasi tentang asisten profesor berusia 42 tahun. Yang suaminya pun bekerja di sebuah perusahaan teknologi informasi di Zurich.
"Terima kasih ya, Bu Marina. Sudah membimbing anak kami." Ucap Pak Bagja.
"Sama-sama, Pak. Kalau ada mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di sini, saya ikut bangga. Sesekali kita berkumpul menjalin silaturahmi sambil ngopi."
"Betul." Zaky mengangguk membenarkan.
"Baiklah, saya tinggal dulu mau ke ruangan. Buat Zaky, happy graduation. Gimana mau lanjut kerja di Swiss aja?"
"Sekarang lagi jadi freelancer sampai Januari. Mau pulang dulu, Bu. Kangen makanan khas Sunda." Zaky terkekeh.
***
Ibu Sekar menatap penuh haru dan bangga anak laki-laki satu-satunya yang kini sedang melakukan photoshoot dengan berdiri gagah di tengah-tengah pilar-pilar tinggi dan kokoh yang berjajar dan merupakan bagian dari gedung kampus. Menggunakan jubah dan toga serta syal ciri khas kampus ETH Zurich. Zaky tersenyum merekah dan wajah yang semringah saat dibidik kamera. Lega dan penuh syukur, putranya itu lulus dengan predikat Cumlaude. Tak terasa ada air mata yang menetes selama menonton sang putra sesi foto dengan teman-temannya.
Ibu Sekar menoleh saat merasakan tangan kekar merengkuh bahunya. Segera menyusut pipi yang basah dan tersenyum simpul.
"Zaky memang anak yang membanggakan." Ucap Pak Bagja sambil mengeratkan rangkuman tangan dan memberi usapan lembut di bahu Ibu Sekar.
"Alhamdulillah. Sejak dulu Zaky anak yang gak neko-neko. Selalu menjaga perasaan ibunya. Tiap kali harus pulang malam akan selalu mengabari agar ibunya gak khawatir. Selalu cerita terbuka teman mainnya siapa saja, circle-nya gimana. Dia kalau lelah suka tiduran di pangkuan ibunya. Setiap mengambil keputusan penting selalu minta pendapat ibunya. Dia sangat sayang sama aku, Pa." Ibu Sekar terkekeh sambil menyusut air mata yang jatuh lagi dengan pandangan tetap mengarah pada Zaky.
"Sangat kelihatan. Papa juga sejak pertama kali berhadapan dengan Zaky bisa menilai itu. Kalau Zaky jadi bodyguard ibunya dengan sikap tenang tapi tatapan memindai. Kalau Ami jadi bodyguard ibunya dengan gestur dan ucapan frontal. Sampai Papa harus jawab tebakan password dulu waktu bertamu biar bisa masuk." Mengenang masa lalu saat pendekatan keluarga, membuat Pak Bagja dan Ibu Sekar tertawa bersama.
"Bu, Pa, kita foto lagi di spot yang lain yuk." Zaky menghampiri dengan semangat. Semakin siang cuaca cukup baik. Kategori hangat untuk cuaca musim dingin. Tanpa mengenakan pakaian berlapis pun masih aman.
Lima hari lamanya Ibu Sekar dan Pak Bagja berada di Zurich. Menyempatkan jalan-jalan ke beberapa destinasi wisata. Tiba waktunya harus berkemas.
"Dua minggu di Jerman? Wuih keren year end holiday." Zaky mengacungkan dua ibu jari usai mendapat jawaban yang tadinya dirahasiakan dulu oleh Ibu.
"Ibu nih katanya pengen malam tahun baru di Berlin." Pak Bagja mengerling dengan intonasi menggoda.
"Idih, yang punya inisiatif siapa coba." Ibu Sekar balik mendelik.
Zaky tertawa. Ia senang dan tenang melihat kehidupan rumah tangga ibunya bahagia. Sudah cukup lelahnya mengurus dan mendidik anak-anak hingga dewasa dan mandiri. Saatnya Ibu menikmati hari tua penuh sukacita.
"Dari Jerman insyaallah pulang tanggal 3 Januari. Kalau Zaky?" Tanya Papa.
"Rencana tanggal 30 Januari, Pa. Selesai kontrak aja. Udah kangen pulang. Raga masih disini tapi hati udah di Ciamis." Sahut Zaky diiringi tawa. Ia kemudian membantu memasukkan koper ke dalam mobil. Lalu mengantar lagi ke bandara dan berpisah untuk berjumpa lagi nanti di kampung halaman.
Hari Natal masih sepekan lagi. Namun setiap pusat keramaian dan setiap rumah sudah mulai berhias pohon cemara dan atribut lainnya. Zaky menjalani sisa waktu dengan kembali tenggelam dalam kesibukan pekerjaan. Mampu mengusir sepi kesendirian tinggal di homestay. Komunikasi dengan Shannon masih berjalan namun chat berbalas delay. Perbedaan waktu dan juga kesibukan masing-masing menjadi alasannya.
Saat libur Natal tiba, Zaky memilih menghabiskan waktu dengan berkumpul dengan komunitas Cahaya Iman. Bahkan malam pergantian tahun pun diisi dengan mengikuti kajian daripada ikut perayaan yang digagas teman-teman kantor yang akan pesta barbeque dan bersulang wine.
Januari. Bulan baru yang ditatap Zaky dengan antusias dan semangat. Sangat ditunggu-tunggu sebab ingin segera pulang ke tanah air. Rupa-rupa rindu sudah memenuhi dada. Di pertengahan Januari bahkan sudah mulai nyicil packing satu koper.
Zaky mulai menghitung hari kepulangan. Kini sudah tanggal 25 Januari. Pulang kerja mulai berburu oleh-oleh untuk keluarga dan orang-orang terdekat. Hati makin tak sabar ingin segera menginjakkan kaki di bandara Soekarno Hatta.
[Sha, fixed tgl 29 aku pulang ke Indo]
Pesan singkat itu dikirim menjelang tidur. Zaky tidak berharap segera mendapat balasan sebab memang selalu delay. Namun suara notif terdengar. Bergegas bangun di saat mata siap terpejam. Membuka pesan. Ternyata dari Ami.
Sebuah foto diterima Zaky. Dua sejoli tersenyum mengarah ke depan.
[Siapanya Kia?] Tanya Zaky dengan kening mengkerut. Membalas chat dari Ami, sang adik.
[Katanya...future husband. Minggu depan khitbah]
Zaky menelan ludah. Heran dengan reaksi tubuhnya yang mendadak menegang. Harusnya ikut bahagia tapi kenapa hati merasa terluka. Ada apa ini?
zaky sedekat itu sama ibu. gak pakai malu merayu istri di hadapan ibu. love love buat semua.
vcs gak perlu setiap hari biar ada kangen2 yg menggigit gitu.
lanjut lagi merencanakan acara resepsinya. ok... lanjutkan.
bapaknya Kia juga sehat terus ingatan pak Idrus kembali pulih.
abis itu aku ditarik ke kmr /Smile//Shy//Shhh//Smirk//Applaud/