NovelToon NovelToon
Di Buang Ayah Dan Ibu

Di Buang Ayah Dan Ibu

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Cerai / Mengubah Takdir / Wanita Karir / Keluarga
Popularitas:7M
Nilai: 4.7
Nama Author: Uul Dheaven

Setelah orang tua nya bercerai, Talita dan kedua adiknya tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, semua itu hanya sebentar. Talita dan adik-adik nya kembali terusir dari rumah Ibu kandung nya. Ibu kandungnya lebih memilih Ayah tiri dan saudara tiri nya. Bukan itu saja, bahkan ayah kandung mereka pun menolak kedatangan mereka. Kemana Talita dan adik-adik nya harus pergi? Siapa yang akan menjaga mereka yang masih sangat kecil? Jawaban nya ada di sini. Selamat membaca. Ini novel kedua ku ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

"An-jing?"

"Iya, benar Bu. Tadi ada rombongan nya datang ke sini. Mungkin lapar kali ya."

"Ku-rang a-jaaaaaar, kau pikir aku an-jing?"

"Maaf, tapi Talita nggak bilangin buat Ibu."

Bu Romlah pun berteriak dan memanggil semua tetangga yang ada di depan rumah mereka. Kini, di depan rumah Talita sudah di penuhi dengan ramai nya para tetangga yang penasaran.

"Ada apa ni, Bu Romlah? Kok teriak-teriak gitu sih. Ini kan masih pagi."

"Iya, benar. "

"Kalian tahu, Talita mengatakan kalau saya ini an-jing. Memang ini anak nggak punya sopan santun kepada orang yang lebih tua dari nya." Ucap Bu Romlah sambil menangis dan memainkan perannya.

"Ah, masak sih. Aku kok nggak percaya ya."

Tania dan Rian hanya duduk manis mendengarkan perdebatan di antara Ibu-ibu. Mereka asyik menyeruput teh hangat yang di buat oleh Tania.

"Om, kira-kira siapa yang menang?"

"Entah lah. Seperti nya Ibu yang memakai gincu merah itu, agak lain ya."

"Itu lah dia yang tadi Tania bicarakan."

"Dia, si Gincu Menor?"

"Iya, Om. Nggak lihat apa? Sampe kalau ngomong, nampak tu gincu nya masih menempel di gigi."

Mereka berdua pun memperhatikan Bu Romlah yang sedang orasi. Mungkin cita-cita nya dulu ikut demo saat menjadi mahasiswa. Namun nggak kesampaian.

"Bu Romlah, sudahlah untuk hari ini. Kami belum masak lagi. Lagian Ibu kenapa sih suka sekali mencari masalah dengan Talita? Udah dulu mengambil rejekinya, dan sekarang juga. Tapi sayang, malah nggak laku."

"Iya, benar. Bu Romlah ini agak lain emang ku tengok. Mana mungkin Talita ngomong kayak gitu kalau nggak ada alasannya."

"Benar Ibu-ibu, saya nggak pernah memanggil Bu Romlah dengan sebutan an-jing. Tadi kondisi kedai saya hancur lebur begini. Bu Romlah datang dan bertanya. Ya saya jawab aja kalau rombongan an-jing yang telah memporak porandakan kedai kecil saya ini."

"Berarti, Bu Romlah kah yang sudah menghancurkan kedai milikmu, Talita?"

"Nggak kok, bukan aku. Beneran." Ucap bu Romlah takut-takut.

"Ya kalau bukan, kenapa kamu marah?"

"Permisi semua Ibu-ibu, saya Rian sedang mencari dimana tersangka yang menyebabkan kedai milik Talita menjadi seperti ini."

"Kamu ini, siapa?"

"Saya dari kantor polisi xx. Tadi Talita melaporkan ada nya tindakan yang melanggar hukum di rumah nya."

Bu Romlah yang tahu ada anggota kepolisian yang datang, langsung menciut. Ia langsung menunduk dan tidak berani menampakkan wajah nya.

"Kami sih tidak tahu pak polisi. Tadi ada beberapa orang yang datang, wajah nya nggak terlihat karena memakai topeng."

"Ya sudah tidak apa-apa. Kita bisa melihat sidik jari yang di tinggalkan. Jika ia mau mengaku, mungkin hukuman nya akan ringan. Tapi, jika ia tidak mau jujur, hukuman nya akan bertambah berat."

"Seperti apa itu hukuman nya?"

"Ya, di penjara. Dengar ya Ibu-ibu, di penjara itu nggak enak. Maka nya jangan suka buat yang aneh-aneh. Belum lagi nanti pas masuk penjara, anak kita tinggal di rumah sendirian. Anak kita pun akan di ejek karena memiliki orang tua yang di penjara. Emang mau?"

" Enggaaaaaa." Para Ibu-ibu serentak menjawab.

" Gimana? Mau ngaku sekarang? Atau nanti di bawa ke penjara. Trus nggak bisa lihat dunia luar lagi."

Rian sengaja menakut-nakuti Ibu-ibu yang ada di sana. Ia yakin, pasti mereka ada sangkut paut nya dengan kejadian ini.

Memang kejadian sepele, hanya saja jika di biarkan berlarut-larut, maka akan bertambah besar masalah nya.

"Pak Polisi, saya mau mengaku. Saya di suruh oleh Buk Romlah. Tolong jangan bawa saya ke kantor polisi. Nanti anak saya di rumah sama siapa?"

"Heh, sembarangan saja kamu menuduh saya."

"Saya nggak menuduh. Kan buktinya tadi malam Bu Romlah ke rumah saya. Mentang-mentang saya ada hutang sama Ibu. Ibu jadi memanfaatkan kesusahan saya."

"Jangan mengada-ada kamu ya, Surti."

"Aku nggak mengada-ada. Ni buktinya kalau nggak percaya."

Surti memang pintar. Ia memiliki bukti rekaman suara dengan bu Romlah. Ternyata, Surti menyuruh suami nya untuk melakukan perbuatan buruk itu.

"Jadi, gimana pak polisi?"

"Jangan,,, jangan bawa saya ke kantor polisi. Talita, maaf kan Ibu. Ibu khilaf."

"Yeeeee, khilaf kok berulang-ulang Romlaaah."

Para Ibu-ibu bersorak sorai mengejek bu Romlah. Mereka sudah sangat kesal dengan kelakuannya yang selalu mencari masalah dengan Talita.

Jika tadi pagi para Ibu-ibu itu tidak datang dan berteriak, bisa jadi rumah Talita pun hancur di buat mereka.

Talita setelah shalat subuh langsung pergi ke pemakaman untuk mengunjungi Tasya. Maka dari itu, kursi dan meja hanya di letakkan seadanya saja. Karena begitu pulang, ia akan langsung berjualan.

"Bagaimana Talita? Di maafkan?"

Bu Romlah hanya menunduk sambil mengelap ingus dan air mata yang terus tumpah. Ia sudah pasrah kali ini jika akan di bawa ke kantor polisi.

"Saya memaafkan Bu Romlah." Ucap Talita sambil tersenyum.

"Apaaaaa? Nggak saaalahhh?"Ucap Ibu-ibu serentak seperti paduan suara.

"Akan tetapi ada syarat nya."

"Boleh, apapun akan Ibu lakuin asal nggak di bawa ke penjara."

"Mulai sekarang, Ibu bekerja di kedai saya, bagaimana?"

"Benarkah? Hanya itu?"

"Jangan Talita, nanti habis lagi kedai mu di kerjain lagi sama si Romlah."

"Ibu-ibu, kan bu Romlah udah minta maaf. Saya yakin bu Romlah begini karena ada alasannya. Bu Romlah. Saya mohon jangan mengulang hal ya sama, ya."

"Iya Talita. Ibu janji akan rajin bekerja. Sekali lagi ibu minta maaf."

"Sudah Talita maafkan."

"Wah, Talita memang baik ya. Yaudah kalau gitu kami permisi ya. Mau pulang dulu. Yuk Ibu-ibu semua nya."

Akhirnya rombongan Ibu-ibu pun pulang ke rumah nya masing masing. Drama yang di lakukan Romlah pagi ini membuat Talita bersyukur. Setidak nya, untuk ke depan Talita harus lebih berhati-hati lagi dengan orang yang tidak menyukai nya.

Bukan nya Talita ingin terlihat baik, hanya saja ia tidak ingin memelihara dendam. Talita takut, suatu saat dendam yang besar malah akan membuat bu Romlah semakin membenci Talita.

Semoga Bu Romlah berubah menjadi baik setelah di maafkan. Dan semoga tidak ada lagi bu Romlah lainnya yang akan menjadi pengganggu di kehidupan Talita dan Tania.

1
Yuyun Rohanah
lanjut dong tour cerita yh soalnya seruuu kerennn
firdaus daus
terbaik
Surya Hermawan
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Oom aqilla zalfa Bulandari
baru bab 1 udah ikut mewek baca'a
Surya Hermawan
Luar biasa
TANIAACR
daterjen
Putri Azah
Kecewa
Putri Azah
Buruk
TANIAACR
bondan siapa thor?
Ros Simbolon
ibu yang begitu sadis akan dapat karma.
Ros Simbolon
Kecewa
Ros Simbolon
Buruk
TANIAACR
why? bagas pacaran sama andini?
Uul dheaven: Pacar nya si Andini.
total 1 replies
Fiqih Ramadhan
Biasa
Fiqih Ramadhan
Buruk
Sugi Yatmi
Luar biasa
Ruli Felicia
Duh pinjem ke renternir bikin susah aja
Marianti Lim
kecewa aku thor sama rian...jd polisi tapi kok gak bisa tegas.
Marianti Lim
inilah sifat manusia yg sulit utk dihilangkan...belum ada memohon kpd tuhan n mencoba segala cara eee sekali udah dapat sering dilupakan atau tidak dipedulikan, paling parah tiba2 jadi beban hidup.
Sri Rahayu
ya Allah aku nangis sampai sesegukan karna cerita ini mirip sama kisah masa kecilku punya ibu tiri BP tiri tp Alhamdulillah semuanya baik tp aku sama Kakaku diurus nenek Krn mamah dan Bpku JD TKW diarab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!