"Aahh apa yang kak Angga lakukan?" teriak Nara dengan kencang sambil mendorong tubuh Angga menjauhi nya, Angga pun terjatuh dari ranjang yang otomatis penyatuan yang baru separo jalan pun terlepas karena Nara sadar dari obat tidurnya.
Dengan bibir bergetar dan air mata yang sudah mengalir deras di wajah, Nara mencoba turun dari ranjang tapi sayangnya Angga telah sigap dan menjatuhkan tubuh Nara kembali ke ranjang serta menaiki tubuh Nara kembali.
"Lepas kak lepasin Nara, jangan sakiti Nara, please." iba nya disela tangisan dan suara yang serak karena lelah berteriak. Tetapi bukan nya iba Angga malah menarik paksa selimut yang menutupi tubuh polos Nara.
Nasib sial di alami Nara, gara-gara ia menolak cinta Angga, berakhir dengan kesuciannya yang terenggut oleh kakak tingkatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Positif
Pagi hari nya Nara segera membuka laci yang berada didalam lemari pakaian dan mengambil beberapa alat test kehamilan yang dibelinya kemaren sore, mumpung Angga masih bergelung di dalam selimut, ia buru- buru masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil wadah untuk mengambil air seni nya.
Nara pun membuka semua alat uji kehamilan dini itu dan mencelupkan semua satu persatu kedalam wadah yang berisi urine nya.
Sambil menunggu hasilnya, ia pun mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih untuk menghilangkan sedikit kekhawatiran nya, ia juga bolak balik tanpa arah untuk sekedar menunggu hasil.
Ketika sudah 5 menit berlalu Nara membuka salah satu hasil testpack yang harusnya kini telah ada hasilnya, dan ketika dibuka ia begitu shock, mulutnya membulat dan dengan tangan yang gemetaran memegang hasil tespack..... " po...positif ...!!!" Ucapnya lirih dengan bibir bergetar.
Ternyata inilah hasil dari kekhawatiran Nara dari kemaren, mengingat begitu seringnya ia melakukan hal terlarang bersama Angga.
Rasa bingung dan sedih membuncah, air mata nya menetes jatuh di wajah cantiknya. Kebingungan yang Nara hadapi bukan hanya sekedar hamil di luar nikah, namun ia pun masih kuliah dan belum lulus.
Dan satu hal yang lebih ia takutkan adalah akan nanti kemarahan Erlangga ayah kandung pacarnya. Bukan karena apa hubungan mereka terganjal restu.
Tak percaya akan hasil testpack yang berada di tangannya, Nara membuka satu persatu testpack yang lain yang ia beli berjumlah 5 dan tetap saja hasilnya dua garis merah.
Dan ketika ia merasa tenang, Nara keluar dari kamar mandi setelah ia membersihkan diri, ia melangkah menuju dapur untuk membuat sarapan untuk Angga.
Setelah semua siap Nara bergegas ke kamar untuk membangunkan Angga.
Namun sebelum itu, Nara menyimpan semua hasil testpack itu kedalam lemari pakaian nya dan menyelipkannya di antara tumpukan pakaian. Ia belum berani ambil keputusan dan jujur akan kehamilannya pada Angga.
"Bangun kak sudah siang"
"Okey" jawab Angga namun masih terlihat berat untuk membuka matanya.
"Tapi mandi dulu sana, baru sarapan."
Setelah itu Angga masuk kedalam kamar mandi, menghidupkan shower dan mulai membersihkan dirinya, dan hanya waktu 10 menit Angga telah tampan dengan pakaian santainya, ia keluar dari kamar dan mulai mencari keberadaan Nara.
Nara terlihat cantik mengenakan daster berbahan satin tanpa lengan berwarna violet, Angga mendekat Nara yang sedang menyiapkan piring dan lauk pauk, Angga memeluk pinggang Nara dari belakang dan menciumi tengkuk kekasihnya.
"Kamu masak apa sayang....??"
"Aku masak sop ayam kesukaan kakak."
"Beruntungnya kakak dapat kamu sayang, selama kamu tinggal di sini Kak Angga merasa dirawat baik olehmu. Jika kita menikah aku ingin sepulang kerja sudah ada masakan kamu, aku ingin kita memiliki banyak anak supaya rumah kita ramai anak- anak."
Deg
Anak...??? Hampir saja ia melupakan hal itu, bahwa ia kini telah mengandung janin lelaki yang dulu sering memaksa dan menodai dirinya hingga ia kehilangan kesuciannya, namun lelaki itu pula yang sudah sering melindungi dirinya hingga cinta dihati Nara lambat laun tumbuh untuknya.
"Ayo makan kak" ia menarik tangan Angga dan mendudukannya di meja makan, tak lupa ia mengambilkan makanan untuk Angga.
Nara bagaikan seorang istri yang melayani suaminya dengan baik, Angga senang sekali diperlakukan seperti ini, rasanya ingin selalu bersama sampai menua bersama Nara.
Pagi itu Nara hanya makan sedikit, ia pun langsung memuntahkan cairannya saat Angga sudah berangkat ke kampus.
Lega setelah Nara mengeluarkan muntahannya, tangannya bergerak ke bawah hingga mencapai perutnya yang masih rata.
"Kau dengar itu sayang, papamu menginginkanmu. Kamu senang bukan??" lirih Nara dengan mengusap perutnya berulang kali.
Nara berencana akan secepatnya mengatakan kehamilannya kepada Angga, bagaimana pun pria itu berhak tahu. Terlebih Angga juga telah melamarnya, itu berarti sebentar lagi mereka akan menikah.
"Aku menyayangimu, juga papamu." senyum Nara yang merasa hatinya menghangat saat ia mengelus perutnya.
***
Di kantor Erlangga pintu dibuka oleh seorang gadis cantik yang seumuran anak gadisnya nada, ya gadis itu adalah Raline.
"Ada apa Raline..." menoleh ke arah Raline yang seketika langsung terduduk di sofa.
"Om, pokoknya aku gak mau tau, om harus bisa pisahkan Angga dari gadis kampungan itu"
Erlangga yang sedang berkutat dengan layar di laptopnya pun seketika menghela nafas dan menutup laptopnya, melangkah menuju Raline gadis manja kesayangan anak teman bisnisnya.
"Suudah kamu tenang saja, om sudah berusaha untuk memisahkannya...." yang mendudukan pantatnya di sofa berhadapan dengan Raline.
"Om punya rencana apa??" Tanya Raline kepo.
"Aku sudah mengancam gadis itu dan telah memberikan cek senilai fantastis, semoga saja dia mau menuruti dan pergi jauh dari Angga"
"Tapi bagaimana kalo Nara tidak mau menerimanya??" Tutur Raline yang mulai cemas jika rencana calon papa mertuanya tak berhasil.
"Kita lihat saja nanti, kamu gak perlu terlalu cemas"
"Baiklah om" Raline lalu berdiri dari sofa nya dan langsung pergi keluar dari ruangan papi nya Angga.
"Ckk anak itu gak punya etika " gerutu Erlangga melihat anak gadis temannya yang tanpa pamit langsung pergi begitu saja. Ia hanya menghela nafas berat.
Semoga saja keinginannya untuk menjauhkan Angga dari Nara berhasil jika tidak ia tak tau apa yang harus dilakukan secara Ricky sering banyak membantu bisnisnya dan itulah yang membuatnya menyetujui perjodohan itu karena hutang budi.