Tentang masalalu yang belum selesai, cinta karena terpaksa, rasa yang tak lagi sama, Restu yang tak berpihak, dan penyesalan yang selalu menghantui. terkadang, Kehilangan sering terjadi karena kesalahan kita sendiri. Begitu juga dengan Ares, Dia tidak pernah menganggap Kartina ada selama masalalu nya belum selesai. padahal jelas-jelas Kartina bertekad membantu Ares untuk lepas dari masalalu. Namun setelah berhasil, hubungan mereka terhalang restu, hingga pada akhirnya, keduanya memilih mengakhiri meski keduanya kembali ingin memiliki. akankah mereka kembali bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RESKI OEY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. POV ELISA
Bandung....
Malam ini, Elisa. terlihat sedang duduk di atas kasur. entah kenapa, perasaan nya tiba-tiba gelisah. pikirannya tertuju pada Kartina dan Lilis. sepertinya, Elisa. sangat merindukan moment bersama kedua sahabatnya, dimana mereka selalu melakukan hal yang sama bareng-bareng, Elisa. sadar jika prilakunya itu berlebihan apalagi itu kepada kedua sahabatnya. Rasanya, Elisa. Ingin meminta maaf atas perbuatannya. namun, gengsi nya terlalu tinggi untuk dia berkata Maaf.
Elisa, berdiri. Dia berjalan ke arah meja belajar. Lalu dia mengambil sebuah Foto di dalam pigura. dimana di dalamnya terdapat Foto Elisa bersama kedua sahabatnya tengah berada di pantai anyer.
Elisa menatap foto di tangannya berkaca-kaca. bahkan air matanya terjatuh jika dia harus mengingat kenangan dulu bersama kedua sahabatnya.
"Maafin aku. tin, cuma karena satu cowok. persahabatan kita jadi hancur." Elisa terlihat merasa bersalah atas perbuatannya.
"Aku pengen mengulang kebersamaan kita dulu sama kalian."
••••••
Di sisi lain, Kartina terlihat sedang memperhatikan sebuah foto bersama kedua sahabatnya dulu. sama persis dengan Elisa. jujur, Kartina. Bingung, dengan cara apalagi agar sahabatnya bisa kembali seperti dulu. Elisa, cewek itu masih keras kepala. Egonya masih tinggi hingga mereka harus menunda dulu kebersamaan yang mereka Rindukan.
"Andai saja dari dulu aku sadar akan perasaan kamu sa. mungkin aku bakalan jaga jarak aku buat dekat sama, Fahri." Kartina terlihat menyalahkan dirinya.
Tak lama, Kartini. masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu belum tidur tin?" Kartini duduk di sebelahnya.
Kartina menggeleng kepalanya pelan seraya tersenyum miris melihat Sebuah foto yang dia genggam.
"Belum selesai juga masalah kamu sama. Elisa?"
"Belum, dia masih marah kak sama aku. kira-kira cara apalagi ya biar,Elisa. Maafin aku kak. aku gak mau kita terus-terusan musuhan kaya gini." Kartina, terlihat bingung, kepalanya serasa ingin pecah cuma karena satu masalahnya.
"Kamu di sini gak salah, tin.Tapi, Elisa. dia yang salah. Elisa emang gak pernah beruntung punya sahabat kayak kamu. yang ada di pikiran dia itu tuh cuma prihal cowok. lagian kan kamu sama. Fahri, juga kan gak pacaran?" Kartini berusaha menasehati saudaranya.
"Menurut kakak aku harus gimana kak?" Kartina terlihat meminta pendapat dari kakaknya.
"Kamu gak harus gimna-gimna tin. kamu cukup diam, biarin dia yang minta maaf sama kamu. Lagian toh dia sendiri yang ngerasa kehilangan kamu nanti."
••••
"Tin kamu gapapa?"
Fahri. Yang melihat Kartina dari tadi melamun berusaha menanyakan keadaannya. Saat ini, Fahri, Kartina, dan Lilis. tengah berada di kantin menikmati jam istirahat yang sudah di mulai sejak sepuluh menit yang lalu.
"Gapapa, aku cuma lagi mikirin. Elisa, Ri, mau sampai kapan kita kayak gini terus ngebiarin. Elisa, sendirian?" jawab Kartina. Pikirannya dari semalaman terus memikirkan, Elisa.
"Kamarin aku sempat nasehatin dia. Tin, semoga aja dia sadar sendiri. udah, gak usah kamu pikirin lagi." timpal. Lilis, berusaha menenangkan, Kartina.
"Benar yang di bicarakan. Lilis, barusan, tin. pokonya kita doain aja semoga. Elisa, dia bisa sadar dan kalian bisa kembali kayak dulu lagi." Fahri ikut menenangkan, Kartina.
Kartina, mengangguk paham, tatapannya tertuju pada Elisa yang tengah berdiri di belakang, Fahri. Lilis, pun menyadari itu.
Kartina dan Lilis menatap tidak percaya dengan kedatangan.Elisa, yang tiba-tiba.
"Kamu gak salah tin, aku di sini yang salah."
Elisa, duduk di sebelah, Fahri. menatap, Fahri. Sambil tersenyum tipis. Begitu juga dengan. Fahri, namun, cowok itu tampaknya ragu membalas senyuman, Elisa.
"Kedatangan aku ke sini aku cuma mau minta maaf sama kalian. Maafin aku kalau selama ini, aku udah buat jahat sama kalian. terutama sama kamu. Tin, Aku emang egois, cuma bisa mikirin perasaan aku sendiri tanpa mikirin persahabatan kita. sekarang aku baru sadar, kalau sahabat itu lebih penting di banding sama cowok, sekali lagi aku minta maaf, Tin." ucap Elisa tulus dari dalam hati.
"Aku senang, Sa, kamu udah sadar, jujur aku kepikiran kamu Mulu dari semalam. aku udah maafin kamu kok. aku pengen kita kaya dulu lagi." Kartina terlihat bahagia mendengar penjelasan dari, Elisa.
"Aku juga minta maaf, Sa, karena udah ngebiarin kamu sendirian" timpal Lilis merasa bersalah.
"Kamu gak salah Lis, makasih udah nyadari aku kalau semua kelakuan aku itu salah. aku yang harusnya minta maaf sama kamu." Elisa, menatap Lilis tulus. dia benar-benar menyesali perbuatannya.
Tatapan Elisa tertuju pada. Fahri, yang sedari tadi nampak diam.
"Aku juga mau minta maaf, Ri. Sama kamu. Maaf kalau selama ini aku ada salah sama kamu. aku harap, kamu bisa maafin kesalahan aku, Ri."
Fahri. terdiam sejenak, lalu dia tersenyum tipis seraya merangkul, Elisa. Yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.
"Maafin gak ya." Fahri terlihat menggoda nya.
"Jangan kali ya." lanjutnya.
Kartina dan Lilis ikut tertawa. begitu juga dengan Elisa.
"Hahahhaha."
"HAHAHHA."
•••••
Saat tengah berjalan ke arah Parkiran, tatapan. Ares, tertuju pada Sri yang terlihat hendak pulang bersama cowok lain. entah siapa, Ares. Tidak tau. Amarahnya seketika memuncak. Ares, tidak bisa diam saja. Dia harus tau siapa cowok itu sebenarnya.
Ares berlari menghampiri keduanya yang terlihat hendak ingin pergi dari parkiran. Ares, berdiri menghalangi sepeda motor yang dimana motor itu di tumpangi oleh.Sri, pacarnya.
"Turun!"
Keduanya masih tidak turun dari atas motor. Ares, menghampiri. Sri, meminta penjelasan.
"Dia siapa?"
"Jalan aja, Zal, gak usah di dengerin." Sri tidak mempedulikan ucapan. Ares, barusan.
"By, jawab dulu dia siapa!" Ares benar-benar tidak tau siapa cowok itu. Dia tidak terima jika.Sri, harus di antar pulang cowok lain.
"Udah. Zal, jalan aja."
Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan nya dengan sepeda motor. jujur, Ares. tidak mengerti kenapa. Sri, tiba-tiba berubah. perasaan mereka berdua tidak ada masalah.
"ARGHHH!!"
••••••
Sri, meminta Rizal, sepupunya untuk berhenti di toko kue. Mereka berdua pun segera turun dari atas motor. jujur, Rizal takut kalau nanti. Ares, akan memberi pelajaran. Jujur, ini bukan kemauan dia, tapi. Sri, yang memintanya.
"Lagian, kenapa sih Lo pake ikut pulang bareng gue segala, kan jadi gue yang kena." Rizal,menggerutu. Pasalnya dia takut pada. Ares, kakak kelasnya.
"Gue lagi ngerjain dia, besok dia ulangtahun. Udah sih santai aja, nanti juga dia tau sendiri kalau Lo sepupu gue, buruan masuk."
Sri berjalan masuk ke toko kue. begitu juga dengan Rizal yang mengikutinya dari belakang.
"Selamat sore kak, ada yang bisa saya bantu?"
Sri tersenyum tipis pada salah satu pegawai yang barusan menyapanya.
"Saya lagi cari kue ulangtahun kak buat pacar saya. kira-kira ada rekomendasi gak buat kue nya?" Sri terlihat memilih kue-kue yang berada di depan nya.
"Yang ini kak, Oreo cheese, campuran Oreo sama keju. kebetulan ini juga menu terbaru dari kita kak."
"Udah itu aja. mbak, biar gak lama." Rizal terlihat kesal.
"Yang beli gue, ya terserah gue lah." timpal Sri tidak mau kalah.
"Yang punya motor juga gue, Lo mau gue tinggal?"
Sial! Sri kehabisan kata-kata.
"Yaudah, itu aja mbak, kasihan teman saya kelamaan nunggu nya." ucap, Sri. sekaligus menyindir Rizal yang terlihat tengah berada di sampingnya.
"Sambil nunggu saya bungkus kuenya. boleh di tulis dulu ya buat ucapan selamatnya." pegawai itu memberikan satu kertas dan pulpen kepada, Sri.
Sri pun mulai menuliskan sesuatu di dalam kertas itu.
'Selamat ulangtahun sayang, aku gak bakalan ngucapin apapun sama kamu. aku cuma mau bilang. aku janji gak bakalan ninggalin kamu. kamu juga kan? hehe.'
••••••