Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERCENGKRAMA
Gomesh datang bersama Pablo dan Fabio juga istri mereka. Pria raksasa itu memang diminta mengerjakan semua pekerjaan dan menyusul kemudian.
"Jadi Babies kemarin berhasil melarikan diri?" tanya Pablo tak percaya.
"Lihat tuh!" tunjuk Haidar pada tiga anak yang berhasil membuat jantung orang tua bekerja lebih cepat.
"Mashaallah Nak ... apa kalian tak tau jika itu bahaya?" tanya Aisya pada tiga bayi yang kini bergelayut manja padanya.
"Pidat Mumi ... tan tamih zadhoan!" sahut El Bara jumawa.
"Sayang ... beruntung kalian dijaga oleh para malaikat," ujar istri Fabio menciumi tiga bayi pemberani itu.
Pablo berdecak kagum melihat rekaman aksi ketiganya. Gomesh memarahi semua pengawal karena membiarkan bayi berkeliaran.
'Sudah sayang ... jangan marahi lagi!' tegur Khasya.
"Memang anak-anakmu yang tak bisa diam," lanjutnya kesal.
Gomesh cemberut, pria raksasa itu juga bingung dari mana otak kecil semua anak-anak bisa mengerjai lapisan penjagaan yang terlatih.
"Mereka keturunanku apa kau lupa?" sahut Herman bangga.
Puspita tengah mengamati semua orang. Wanita yang telah lama berada di rumah mengurusi pekerjaan dan anak-anak.
"Kalau aku bisa melewati semua penjagaan. Apa yang dilakukan sayangku?" tanyanya bergumam.
"Kakak mau apa?" tanya Terra.
'Sssh ... diamlah sayang!' Puspita meminta Terra tak kepo.
"Te aduin sama Kak Vir!' ancam Terra.
Puspita berdecak menatap adik sepupu suaminya itu. Kini ia paham dari mana sifat semua anak-anaknya.
"Te ikut kalau kakak mau kabur," bisik Terra.
'Kau tak takut dengan suamimu?" tanya Puspita.
"Kakak nggak takut sama Kak Vir?" tanya Terra balik.
Puspita berdecak lagi, nyalinya seakan bangkit. Ia mau menyusahkan semua pengawal. Tapi ia takut akan kemarahan suaminya.
"Budiman bisa ia penggal kalau aku berhasil lolos," gumamnya ngeri sendiri.
"Jangan deh ya, anak-anak kemarin saja dia jahat banget sama semua pengawal," lanjutnya menggeleng.
"Kita emang nggak bisa kemana-mana kak," ujar Terra memberi pengertian pada kakak iparnya itu.
"Eh ... di sini apa ada lapangan trail gitu?" tanya Puspita.
"Ada nyonya!" sahut staf hotel tiba-tiba.
"Eh ... kaget aku!' Terra dan Puspita mengelus dadanya.
"Maaf, bukan maksud saya ...."
"Sudah ... tidak apa-apa!" ujar Terra.
'Memang di mana lapangan itu?" tanya Puspita tertarik.
"Ada di selatan hotel, jaraknya ada sekitar empat kilo meter. Nyonya bisa naik kendaraan kemarin selama setengah jam," jawab staf hotel menjelaskan.
"Nyonya ada even kecil dilaksanakan di tempat itu besok. Apa nyonya mau mendaftar?" tawar pemuda itu lagi.
"Memang bisa?" tanya Te. "Tanpa ada seleksi?"
"Eummm ... sebenarnya itu pertandingan ilegal Nyonya ...," pemuda itu berhenti bicara.
Terra penasaran, ia sangat ingin ikut pertandingan itu. Ia memberi uang tips di saku baju staf itu.
"Saya bisa atur nyonya berdua akan ada di lapangan tanpa ada yang mengetahuinya," ujar pemuda itu berjanji.
"Tugas nyonya adalah datang ke sana bersama keluarga. Di sana ada wahana juga, jadi bisa menjadi alibi anda berdua," terang pemuda itu.
Terra dan Puspita mengangguk antusias. Dua wanita itu memang sangat suka tantangan. Setelah menikah mereka tidak lagi beraksi.
"Apa kamu masih bisa kebut-kebutan? Kakak kan mantan sport motor," Puspita menatap Terra ragu.
"Jangan anggap remeh Kak," sahut Terra santai.
Ketika berbalik, keduanya dikejutkan oleh tatapan tajam Safitri. Wanita bermata abu itu sangat curiga dengan aksi dua ibunya itu.
"Mommy sama Mama lagi rencana bandel ya?" tanyanya langsung.
"Nggak!" sanggah Terra dan Puspita berbarengan.
"Mama ... Mommy, tau kan kalau aku dijuluki Red Rose?" tanya Saf.
Terra dan Puspita merasakan tekanan hebat dari menantunya ini. Safitri Aurelie Velareal, seorang putri dari mafia legenda Jonas Velareal.
"Apa Mama nggak asing dengan nama Red Rose selain hacker?" tanya Saf.
"Sayang?" Terra menggeleng.
"Besok mama akan tau jika masih ingin balapan," bisik Saf yang membuat Terra merinding.
Saf pergi, Puspita mencium gemas Terra.
"Kau dapat dari mana menantu seperti itu?"
"Kak!" rengek Terra.
"Dia menyeramkan sekali!" desis Terra.
"Mommy belum liat Azizah marah?" Puspita menggeleng.
"Lebih seram dari Saf," jawab Terra.
"Azizah pendiam beda dengan Saf sayang," ujar Puspita.
"Tapi paling serem Lidya kalau marah," sambung Terra.
"Ah ... bahkan Virgou juga akan ikut jadi monster jika Lidya beraksi seperti itu," keluh Puspita.
"Mom," panggil Terra memeluk kakak iparnya.
"Hemmm," sahut Puspita membalas pelukan Terra.
"Menantu kita seperti memang orang hebat ya?" tanya Terra.
"Ya, sepertinya begitu," jawab Puspita.
"Te mau Sean menikahi Tiana kak," ujar Terra mengagetkan Puspita.
"Kenapa Tiana?"
"Kakak lihat aksinya yang melompat untuk menahan laju troli agar tak menghantam pintu kayu?" Puspita mengangguk.
"Nilai akademiknya juga tinggi Kak. Te belum uji dia di IT," lanjutnya.
"Apa mau kau uji sekarang?" tanya Puspita.
"Sean masih kecil," sahut Terra.
"Biar Tiana untuk Kean atau Calvin kalau begitu!" ujar Puspita.
"Ah ... jangan!" protes Terra.
"Ya sudah kau tinggal uji dia jadi mantu. Aku akan mencari pengawal wanita yang cocok untuk putraku nanti!"
"Kakak nggak cari tempat lain?" Puspita menggeleng.
"Para perempuan yang menjadi bodyguard sudah teruji kualitas dan juga dedikasinya pada keluarga. Aku hanya tinggal memastikan siapa yang cocok dengan dua putraku yang polos itu. Terutama Kean," jelas Puspita panjang lebar.
Terra mengangguk, ia juga akan memastikan dulu apa Tiana cocok untuk Sean, Al atau Daud.
"Anak-anak angkat Grandpa juga cakep-cakep, pinter-pinter dan genius semua!" sahut Terra sampai Puspita menoleh.
"Anggi akan jadi dokter gigi," lanjut Terra menatap gadis cantik berhijab yang tengah bermain bersama adik-adiknya.
"Ambar juga dokter umum," sahut Puspita.
"Ah ... biar saja lah Te. Jangan jodohkan putra-putri kita. Nanti pasti ada datang dan itu yang terbaik," Terra mengangguk setuju.
"Buktinya Demian dan Jac. Dua pria itu tak kita kenal dengan dekat. Tapi bisa jadi satu bersama kita," lanjutnya.
Semua anak bersantai, mereka menatap matahari yang akan tenggelam di lautan biru.
"Atuh pahu teunapa mamit delap palau balam!" sahut Xierra.
"Teunapa?" tanya Meghan.
"Talna batahali teundelam!" jawab Xierra.
"Eh ... atuh tuh binun woh!" sahut Arsh sambil menghela napas.
Semua orang dewasa berdecak mendengar helaan napasnya. Zack memangku Zora. Bayi cantik itu kini berada di tangan pria itu.
Setelah aksinya yang begitu fantastis kemarin. Zack tak mau melepas Zora.
"Pa'a yan puwat tamuh binun Paypi!" tanya Maryam sok bijak.
"Tan batahali peundelem nih?" tanya Arsh mulai mengungkap kebingungannya.
"Biya ... tewus?" tanya Al dan El bersamaan.
"Beulalti sinal batahali padam tena ain walut tan?" tanya Arsh lagi.
"Woh ... wiya!" seru semua bayi tercerahkan.
"Nah ... pas padhi batahali buncul ladhi pama sinalna!" sahut Arsh.
"Spasa yan batal batahali pial telan ladhi ya?" lanjutnya bertanya.
Semua bayi menatap orang dewasa. Tentu saja pemikiran para bayi di luar pikiran orang dewasa.
"Bukan begitu Baby," sahut Dinar.
"Matahari tenggelam bukan sinarnya langsung padam karena air laut," jelasnya kemudian.
"Tapi karena kuasa Allah. Bumi berputar mengelilingi matahari jadi di bagian bumi lain lah yang terang sedang bumi kita yang gelap," lanjutnya.
"Nanti kalau kalian sudah sekolah. Pastinya tau dan diajarkan,"
Semua bayi mengangguk tanda mengerti.
Bersambung.
ah ... begitu deh!
next?
semoga pas bangun gak lupa......🥰
2b continue