Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Mencintai Ayna
Ayna duduk di samping Alex dengan kedua orang tua suami di depannya. Mereka sedang makan malam bersama.
"Bagaimana kalian bisa saling mengenal?" Tanya Mama disela makannya.
Ayna mulai bingung, ia tidak tahu harus menjawab apa. Jika pun dijawab bagaimana reaksi kedua orang tua suaminya itu nanti padanya.
"Mama masa lupa, semalam aku sudah cerita semua sama Mama, kan!" Jelas Alex melirik sang Mama.
"Sayang, semalam Mama datang ke kantor. Dan aku menceritakan semua tentang kita. Makanya Mama menyuruh kita ke rumah, karena Mama ingin bertemu dengan wanita yang sudah mencuri hati anaknya." Alex menatap wajah Ayna yang tampak gugup.
'Anak ini!' Mama mendumel dalam hati. Alex sangat pandai bersilat lidah dan ucapannya itu penuh gombalan.
"Kamu kerja?" Kini Papa yang bertanya, ingin tahu juga.
"Dulu, Pa. Sekarang saya sudah tidak bekerja lagi, Pa." Jawab Ayna cepat.
"Aku tidak mengizinkan Ayna bekerja lagi, Pa. Biar Ayna fokus mengurus diriku, anak-anak kami nanti dan mengurus aku lagi." Pria itu tersenyum lebar. Ia sengaja mencairkan suasana yang terasa canggung tersebut.
Setelah selesai makan, Ayna akan membereskan piring-piring kotor.
"Sudah tidak usah, nanti ada yang membereskannya." Ucap Mama memberitahu.
Ayna mengangguk, ia meletakkan kembali piring-piring itu.
"Malam ini, kalian menginap saja di sini!" Pinta Mama.
"Siap, Ma. Baiklah Papa dan Mama. Aku bawa Ayna ke kamar dulu."
"Nanti Papa dan Mama mau bicara sama kamu." Ucap Papa yang memasang wajah serius.
"Siap, bos! Ayo... sayang!" Alex menarik tangan Ayna segera.
"Sa-saya permisi Pa, Ma." Ayna pun permisi pada kedua paruh baya itu.
"Sudah, Pa. Mukanya biasa saja!" Ledek Mama setelah pasangan itu pergi.
"Kan, Mama yang memaksa Papa memasang wajah seperti ini." Pria paruh baya itu menormalkan kembali wajahnya.
"Menurut Papa gimana Ayna?" Tanya Mama yang juga sudah menormalkan wajahnya.
"Sepertinya anaknya baik dan polos. Mama jangan masang wajah seram gitu, kasihan anak orang ketakutan." Papa mentoel hidung Mama.
"Biarkan saja! Alex itu sudah keterlaluan, Pa. Bisa-bisanya anak bandel itu menikah tanpa mengatakan apapun pada kita." Mama masih kesal. Karena sedang berlibur saat itu, ia tidak dapat melihat anak semata wayangnya menikah.
"Kan Alex juga sudah jelaskan, Ma!"
"Pa, kita nggak mengunduh pernikahan mereka. Mama juga mau ada di foto pernikahan Alex. Kita nggak punya anak lagi selain anak bandel itu!"
"Ya sudah, nanti kita atur dengan keluarga Ayna."
###
"Mas, apa kita akan menginap?" Tanya Ayna setelah mereka sampai di kamar Alex.
Pria itu mengangguk.
"Mas, aku nggak ada bawa baju lho." Ayna mengingatkan, mereka tidak membawa pakaian karena tidak berpikir akan menginap.
"Pakai pakaianku saja." Ucap Alex santai. Dengan bibirnya menunjuk lemari.
"Ta-tapi Mas, itunya gimana." Ayna memelankan suaranya.
"Itu apa?" Alex jadi bingung. Istrinya itu bicara setengah-setengah.
"I-i-itu dalammanku, apa Mas juga punya itu?" Tanya Ayna memasang wajah polos.
Alex tertawa, istrinya itu ada-ada saja. Masa ia menyimpan yang begituan.
"Mana aku punya, Ay. Lagian untuk apa kamu tidur pakai itu. Dilepas saja, jadi biar enak aku pegangnya."
"Mas Alex!!! aku serius ini!" Ayna yang kesal mencubiti perut Alex. Ia sedang serius sekarang , tapi pria itu tanggapannya selalu mesum saja.
"Sayang, sakit." Alex menahan tangan Ayna, lalu menggendong Ayna seperti anak koala.
"Mas, turuni!" Ayna menggeliat minta turun.
Alex meletakkan Ayna perlahan di atas tempat tidur. Ia juga ikut naik dan mengungkung tubuh Ayna. Wajah itu begitu menggemaskan di bawah kungkungannya.
"Mas..." Ayna mendorong pelan tubuh Alex yang mulai mendekat padanya.
"Kenapa? ruangan ini kedap suara, Ay. Mau kamu teriak-teriak sambil mendeesah pun, Papa dan Mama tidak akan mendengar kita." Bisik Alex mulai menunjukkan wajah genitnya.
"Mas Alex!!!" Pekik Ayna mendorong tubuh Alex cukup kuat.
"Kamu kenapa? kamu masih malu?"
Ayna menggeleng lalu mengangguk. Ia pun melihat suaminya.
"Sini aku bisikin." Ayna mengisyaratkan Alex untuk mendekat.
Pria itu mendekatkan telinganya segera.
"Aku lagi M, Mas." Bisik Ayna lalu menutup matanya dengan kedua tangan.
Alex menggenggam tangan Ayna, ia mengecup kelopak mata Ayna.
"Maaf, Mas!" Ucap Ayna lirih. Ia takut Alex kecewa padanya.
"Maaf kenapa?" Tanya Alex lembut.
"Ya, itu-"
"Kita baru menikah, sayang. Biarkan saja semua berjalan dengan semestinya." Potong Alex segera.
Ayna mengangguk. "I-iya, Mas."
###
"Pa... enak lho kukisnya." Ucap Mama yang melahap kukis buatan Ayna.
"Habis ya, Ma." Ledek Papa melihat toples sudah kosong. Padahal Papa baru memakan satu.
"Itu Alex, Pa." Bisik Mama segera meletakkan toples di meja. Wanita paruh baya itu meminum teh, lalu memasang wajah serius.
"Ada apa, Pa, Ma?" Tanya Alex duduk di sofa ruang tamu. Ia melirik toples kukis dari Ayna yang sudah habis tidak tersisa.
"Begini, Alex." Ucap Mama dengan nada datar.
"Papa dan Mama merasa, kamu dan Ayna sangat tidak cocok. Jadi kalian harus segera bercerai!" Ucap Mama tanpa basa basi.
Papa ikut saja mengangguk.
"Papa, Mama-"
"Ada banyak wanita yang cocok dengan keluarga kita. Nanti Mama akan carikan satu untuk menjadi istrimu." Ucap Mama dengan sorot mata tajam.
Alex menarik nafas, lalu membuangnya kasar.
"Papa dan Mama ingin aku bahagia, kan?" Tanya Alex menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Jelas kami ingin melihat kamu bahagia!"
"Maka dari itu, sumber kebahagian Alex itu adalah Ayna, Pa... Ma."
"Tapi, Lex."
"Ma, Alex mencintai Ayna. Aku harap Papa dan Mama dapat menerima dia. Dan bisa menganggap Ayna seperti putri kalian juga." Alex berharap, Papa dan Mamanya juga menyayangi Ayna seperti menyayangi dirinya.
Mama tersenyum samar, putranya itu begitu sangat tulus.
"Apa kamu benar-benar serius dengan Ayna?" Tanya Papa kemudian.
"Iya, Pa." Alex mengangguk yakin.
"Bagaimana dengan Mona?" Tanya Papa. Selama ini orang tua Alex tahu jika putranya menyukai salah satu karyawan di kantor.
"Mona tidak pernah menyukaiku."
"Apa jangan-jangan kamu menganggap Ayna hanya pelampiasan kamu, Lex?" Sebagai wanita, Mama tidak mau Alex menyakiti hati wanita lain.
"Tidak, Mama! Saat Mona membuat Alex kecewa, aku sudah mundur dan bertekad melupakannya." Alex menarik nafas.
"Dan di saat itu, Ayna tiba-tiba datang dan menawarkan sebuah hubungan yang serius. Yakni pernikahan. Saat itu aku yakin menikah dengan Ayna."
Papa dan Mama menatap Alex dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Papa dan Mama tidak mau kamu mempermainkan pernikahan, Lex. Jika kamu memang tulus mencintai Ayna, cintailah dia selamanya." Saran Papa. Alex sudah menentukan pilihannya. Sebagai orang tua, Papa harus mendukungnya.
Alex mengangguk. Tanpa disuruh pun, Alex akan mencintai Ayna selamanya. Seumur hidupnya.
"Kalau sampai kamu menyakiti Ayna, Mama campakkan kamu keluar angkasa!"
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘