Cintanya pada almarhumah ibu membuat dendam tersendiri pada ayah kandungnya membuatnya samam sekali tidak percaya akan adanya cinta. Baginya wanita adalah sosok makhluk yang begitu merepotkan dan patut untuk di singkirkan jauh dalam kehidupannya.
Suatu ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis namun sayangnya gadis tersebut adalah kekasih kakaknya. Kakak yang selalu serius dalam segala hal dan kesalah pahaman terjadi hingga akhirnya.........
KONFLIK, Harap SKIP jika tidak biasa dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Dari masa lalu.
Dilan memperhatikan keadaan sekitar saat baru pertama kali menaiki burung besi. Suasana yang nampak asing baginya. Suaranya menggelegar dan begitu menakutkan.
"Ayo..!!" Ajak Bang Rama sembari membenahi letak senjata laras panjang di punggungnya.
Dilan masih berhenti di tempat dan Bang Rama yang tau rasa ketakutan Dilan segera membantu Dilan memakai penutup telinga yang sudah di berikan Bang Rama tadi kemudian menggandengnya.
...
Benar saja, Dilan yang tidak biasa dengan perjalanan akhirnya merasakan mabuk udara yang luar biasa.
Kedua ajudan sampai ikut lemas karena ibu Danton mereka terus memejamkan matanya. Namun mereka dengan jelas melihat ketelatenan seorang Letnan Rama merawat istrinya meskipun minim kata.
"Abaaang, Dilan tidak kuat lagi..!! Ayo turun..!!" Pinta Dilan.
"Sabar, lima belas menit lagi. Kita sekarang masih melayang di udara." Kata Bang Rama membual padahal perjalanan mereka masih amat panjang dan kurang lebih empat jam lagi mereka akan tiba di lokasi.
Sekuatnya Dilan menggenggam pakaian seragam Bang Rama.
"Tidur dulu, kalau sudah sampai nanti Abang bangunkan..!!" Bujuk Bang Rama.
-_-_-_-_-_-
Pukul dua puluh tiga lewat lima puluh menit waktu bagian timur para rombongan tiba di wilayah pesisir timor.
Dilan yang baru menginjakkan kakinya disana langsung saja kesal karena merasa di tipu oleh suaminya sendiri.
"Katanya hanya lima belas menit, ternyata kita tiba disini sampai malam." Protes Dilan.
"Maaf..!! Kalau Abang bilang masih lama dalam perjalanan, pasti rasa mualmu semakin menjadi." Jawab Bang Rama.
Dilan berjalan mendahului, Bang Rama hanya bisa menggeleng kepala pasalnya Dilan tidak mungkin tau arah sekitar. Apalagi kondisi landasan pasti banyak yang tidak tersorot lampu penerangan.
"Dek.. jalannya disini..!!" Kata Bang Rama.
Bawaan bumil memang sungguh luar biasa. Dilan tidak memperhatikan arah sekitar hingga Bang Rama meminta para staff bandara militer untuk mengarahkan lampu sorot menuju tempat yang di pijak Dilan.
Begitu lampu mengarah ke lokasi tersebut, yang terlihat hanya hutan lindung yang sudah di batasi kawat berduri, namun demikian hawa horor begitu terasa.
Langkah kaki Dilan terhenti. Ingin melanjutkan langkah tapi gengsi, ingin berhenti namun dirinya sedang marah.
Bagai paham kelakuan wanita, Bang Rama mengambil bunga liar di sekitar landasan kemudian menghampiri Dilan.
"Ijin ibu Danton. Kami selaku ajudan memohon maaf atas tindakan penipuan yang telah kami lakukan. Atas kelalaian tersebut, kami bersedia menanggung akibatnya..!!" Ucap Bang Rama kemudian menyerahkan satu tangkai bunga yang ukurannya hanya sebesar kuku pria dewasa.
"Apa tidak ada bunga yang lain??" Dilan memalingkan wajahnya melihat bunga liar yang jika di sentuh sedikit saja mungkin kelopaknya akan berguguran.
"Ijin ibu. Kami akan usahakan di pagi hari ini." Jawab Bang Rama.
Dilan malas menjawabnya dan berlalu begitu saja. Kejadian langka ini nyatanya mampu membuat anggota yang menjemput Letnan Rama tersenyum tipis, kantuk mereka seakan lenyap melihat keunikan Ibu Danton namun mereka juga masih bisa memaklumi kondisi sebab ibu Danton sedang hamil empat bulan.
"Ijin Bang. Pagi nanti saya bantu carikan bunga di kota." Kata Letda Fajri.
Bang Rama mengangguk, fokusnya hanya pada Dilan apalagi istrinya itu tidak ingin satu mobil dengannya. Istrinya itu malah ikut dengan rombongan kawal.
"Dek.. Cantik.. Ayo sini sama Abang..!!" Bujuk Bang Rama lembut. "Om-omnya kesempitan kalau kamu duduk disana..!!"
Dilan diam dan tidak menjawabnya. Dengan lembut Bang Rama mengangkat Dilan untuk pindah ke mobilnya sendiri. "Ini sudah pagi. Jangan merepotkan om-om..!! Kasihan mereka juga butuh istirahat." Tak lupa Bang Rama meninggalkan satu kecup hangat di atas puncak kepala Dilan.
Prada Decky dengan setia tetap mengikuti Bang Rama kemana pun melangkah.
"Saya mohon maaf atas drama malam ini. Bumil saya sedang tidak enak badan." Ucap Bang Rama tetap menghargai para anggotanya.
***
Sejak naik ke dalam mobil, Dilan sama sekali tidak membuka matanya. Ia tertidur dalam pelukan Bang Rama dan begitu tenang.
"Setelah ini kalian kembali ke barak dan istirahat..!!" Perintah Bang Rama.
"Siap, Danton..!!"
Palang Ksatrian terbuka. Pagi ini mobil dinas tersebut langsung berbelok ke arah kanan memasuki asrama.
:
"Ijin.. kami kirim makan dulu, Bang..!!" Kata Bang Fajri.
"Tidak usah. Istri saya kalau sudah tidur malam, gempa bumi pun tidak terasa. Gampang lah kalau soal makan." Jawab Bang Rama sembari mengangkat Dilan menuju kamar.
Hati-hati sekali Bang Rama membaringkan Dilan kemudian membuka selimut dan menutup tubuh istrinya.
Disana Prada Decky dan Prada Jubair masih sibuk menurunkan barang milik Bang Rama.
Tak sampai hati Bang Rama melihat para anggotanya, ia pun melangkah menuju ruang tamu. "Tolong kamu siapkan makan saja untuk seluruh anggota yang menjemput Abang malam ini..!! Itu si Decky dan Jubair biar setelah ini lajur ke barak, besok mereka lapor datang sama Abang." Arahan Bang Rama pada juniornya.
"Siap Bang. Sudah di laksanakan."
:
Setelah para anggota pergi, hanya tinggal Bang Rama dan Dilan di rumah dinas barunya. Bang Rama mengambil wadah dan mengisinya dengan air hangat kemudian menuju ke kamar depan.
Bang Rama melepas pakaian Dilan di bawah selimut lalu membersihkan tubuh Dilan. Lembut hingga Dilan tidak merasakan apapun yang di lakukan Bang Rama.
Setelah selesai membersihkan tubuh Dilan, Bang Rama pun mengganti pakaian istri kecilnya.
"Dasar.. buat sakit kepala saja..!!" Gumam Bang Rama. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya berniat mengecup kening Dilan namun entah kenapa kecupan itu malah mendarat di bibir mungil sang istri. Dengan nakalnya Bang Rama sedikit menggigitnya gemas. "Selamat tidur Dilan, sayang..!!"
-_-_-_-_-
Dilan terbangun, di atas meja makan sudah tersedia sarapan pagi dan susu yang masih hangat. Berarti Bang Rama belum lama pergi meskipun langit masih cukup gelap.
JANGAN LUPA SARAPAN DAN WAJIB HABIS..!!!!!!
Dilan menghela nafas panjang membaca pesan pada secarik kertas di atas meja.
"Tidak ada kata pamit. Apa bagus begitu??" Gumam Dilan kemudian meneguk susu ibu hamil. "Ini makanan banyak sekali. Urusan makan saja harus di bawah ancaman. Apa begini rasanya punya suami tentara??"
//
Bang Rama sudah tiba di Markas daerah. Kali ini DanMarkas meminta seluruh anggota Perwira yang baru tiba untuk langsung menghadap ke Markas daerah.
"Selamat pagi.. kami Letnan Satu Kibar Maharaja Sambas ijin menghadap."
Kursi panglima daerah berbalik menghadap pada Bang Rama dan para rekan Perwira. "Selamat pagi, selamat datang rekan sekalian. Silakan duduk..!! Mohon maaf saya minta rekan sekalian untuk datang di pagi buta karena saya akan melaksanakan kunjungan kerja di luar daerah."
"Siap.. terima kasih..!!" Para anggota pun duduk.
Tatapan mata Bang Rama menatap tajam pada pria yang duduk pada kursi 'kebesaran' tersebut. Bang Rama tidak mengambil duduk seperti rekan yang lain.
Pandang mata panglima daerah pun menangkap ada sorot mata tak biasa dari Letnan Rama. Ia berdiri dan menghampiri Letnan Rama.
Senyum panglima menyambut putra kedua sahabat satu letingnya. "Apa kabar, Le."
"Siap.. kami dalam keadaan baik, panglima."
Panglima daerah menepuk bahu Bang Rama.
...
Usai acara lapor datang usai. Bang Rama pun hendak keluar dari ruang panglima namun panglima menahannya.
"Ram.. bisa kita bicara sebentar??"
Langkah Bang Rama terhenti, raut wajahnya masih nampak datar. "Entah sudah berapa lama kita tidak bertemu. Soal ibumu, Saya minta maaf..!!"
Bang Rama mengangkat seringainya. "Tidak ada yang perlu kita bahas, Om..!! Mama sudah bahagia disana. Setelah ini, mohon Om Juan tidak masuk dalam ranah pribadi saya. Kita.. tidak saling kenal..!!"
.
.
.
.