Apa jadinya jika dalam suatu pernikahan hadir orang ketiga?
Begitulah nasib Mayang yang harus menghadapi kehidupan pernikahannya yang penuh dengan lika-liku.
Mertua, dan ipar menganggapnya sebagai benalu.
Ditambah dengan lima tahun pernikahannya dengan Adam, mereka belum juga dikaruniai buah hati.
Sanggupkah Mayang menghadapi semua kemelut kehidupan?
Akan kah Mayang memilih untuk meninggalkan suaminya atau tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Sayup-sayup aku mendengar percakapan mas adam dan istri siri nya. Yang tidak sengaja aku dengar saat mau kembali ke kamar. Padahal badan ku sudah gerah sehabis bertempur di dapur untuk memasak makan malam kami bersama ART yang mas adam carikan untuk membantu pekerjaan di rumah. Dengan langkah yang pelan dan mendekati pintu yang setengah kebuka.
"Mas, belikan aku rumah baru. Aku tidak betah di rumah ini. Mba mayang terlalu banyak aturan. Aku mau punya rumah ku sendiri" rayu wanita ular itu ke mas adam.
"Bukan nya mas tidak mau membelikan kamu rumah baru nov. Mas saat ini belum ada uang. Semua uang dan tabungan mas sudah habis buat pesta pernikahan kita. Kamu harus mengerti dong."jawab mas adam dengan lembut ke wanita ular itu.
"Tapi mas kamu kan bisa mengajukan pinjaman di kantor?? Dan gaji kamu juga cukup besar di kantor!! Masa jabatan Manager gaji nya kecil sih. Huuuft...".
"What the f**k.. apa maksud nya?? Jabatan mas adam manager. Wooow. Kebohongan apa lagi nih yang kamu sembunyikan dari ku mas. Sedangkan kamu bilang gaji mu kecil. Dan itu kamu bagikan ke ibu mu, putri dan sisa nya aku setelah bagian mu. Waaaaah.... wah... Untuk urusan rumah sebisa mungkin aku memutar otak agar tercukupi. Dan gaji ART mengunakan uang ku saat dulu bekerja. Lalu kamu menikah lagi?? Sungguh otak udang."batin ku bergejolak mendengar nya.
"Bukan kah gaji mu dan tabungan mu juga ada nov. Kan bisa kamu pergunakan??"
"Apaaaaa... Enak aja. Enggak. Gaji dan tabungan ku. Milik ku sendiri mas. Enak aja klo ngomong." Teriak wanita ular itu
"Ssssttttt... jangan teriak nov. Kamu mau kalau sampai may tahu."ucap nya lirih sambil membekap mulut wanita ular itu.
"Denger ya mas. Aku ga mau tahu. Aku mau punya rumah sendiri. Aku ga mau tinggal satu rumah dengan mbak mayang. Ingat mas, saat ini aku sedang mengandung anak kamu. Anak yang selama ini kamu impikan."jawab wanita ular itu tanpa bantahan.
"Iya nanti mas coba ya. Semoga mas bisa mewujudkan impian kamu."dengan pasrah mas adam menjawab.
"Wkwkwkkwk.. emang enak mas. Syukurin. Siapa suruh menikah lagi. Dikira punya istri dua gampang apa. Jangan sok-sok an kalau tidak bisa. Gaji mu memang besar mas. Tapi kamu harus membagi sana sini. Awas aja kalau sampai uang bulanan buat rumah ini kamu kurangin mas. Aku pastikan hidup kamu dan wanita ular itu menderita".batin ku. Sambil ku melangkah ke dalam kamar untuk melanjutkan tujuan ku yang tertunda.
Sehabis membersihkan diri. Dan memakai pakaian rumahan. Aku melakukan perawatan mengunakan skincare yang biasa ku pakai. Biar ibu rumah tangga urusan kecantikan jangan sampai terlewatkan.
CKlek
Bunyi pintu dan langkah kaki memasuki kamar terdengar.
Walaupun wanita ular itu ada di rumah ini. Mas adam tidak leluasa untuk dekat-dekat wanita itu. Mungkin karena ancaman yang aku berikan waktu itu. Sehingga membuat mas ada tidak bisa berkutik alias mati langkah. Mas ada mengambil waktu-waktu yang tidak orang sadari istilah kata nya maling. Hahahaha.
"Baru pulang mas?? Mau mandi dulu atau makan dulu"tanya ku dengan tampang polos.
"Iya may. Mas baru pulang. Mas mandi dulu habis itu masakan" jawab nya lesu.
"Kenapa mas? Muka nya kok ketekuk begitu. Jelek banget. Ga ada ganteng ganteng nya."
"Lagi banyak masalah di kantor may. Mas mandi dulu ya." Lanjut mas adam ke dalam kamar mandi.
"Ceek.. ceek.. masalah kantor atau masalah istri muda mu yang minta di belikan rumah. Apa lagi tuntutan ibu mu dan adik mu."ujar ku lirih sambil geleng kepala.
Setelah aktivitasku di kamar. Aku dan mas adam turun ke bawah menuju ruang makan. Sudah ada ibu, putri, dan ular betina di kursi masing-masing. Sambil berbincang-bincang.
"Dam, jangan lupa gajian nanti jatah ibu. Awas aja kalau sampai dikurangin."ucap ibu mertua. Pas mas adam duduk di kursi makan.
"Putri juga mas, jangan lupa uang jajan putri dan ongkos putri ke kampus. Sama uang semester putri."sahut putri sambil senyum ke arah mas adam.
"Mas, jangan lupa uang bulanan buat kebutuhan rumah dan buat makan kita udah pada habis. Jangan lupa juga uang buat bayar listrik, internet, sampah, dan gaji ART."lanjut ku
"Loh.. loh... may. Kebutuhan rumah kan tanggung jawab kamu. Makan dan biaya lain nya kan urusan kamu. Bukan urusan adam".respon ibu.
"Tapi kan bu, itu semua tanggung jawab mas adam. Semua kebutuhan di rumah harus dari uangnya mas adam. May kan tidak bekerja. Jadi otomatis semua biaya di rumah mas adam yang keluarkan. Bukan kah ibu dan mas adam yang menyuruh mas berhenti kerja". jawabku dengan enteng tampa berdosa.
"Tapi kan kamu masih punya simpanan mas hasil dan kerja kamu dulu!!".
"Maaf bu, uang simpanan may yang dulu sudah habis. Kan selama ini semua kekurangan di rumah may yang tutupin. Dan gaji mbok, mamang dan pak udin kan may yang bayar pakai uang pribadi may."
"Tapi kan??..."
"Cukup bu, may." Bentak mas adam sambil membanting sendok dengan keras.
Kami semua langsung diam tak bersuara. Sedangkan wanita ular itu ingin bicara tidak berani karena bentakan mas adam.
"Bu, nanti uang ibu adam kasih. Kamu put nanti abang kasih. Dan kamu may, mas akan kasih bulanan sesuai kesepakatan kita. Jadi sekarang makan dengan tenang. Adam ga mau dengar ini itu."ucap mas adam dengan raut wajah yang menahan geram.
Setelah makan yang kurang menyenangkan. Membuat kopi kesukaan ku dan membawa nya ke balkon kamar. Sambil memandangi suasana malam. Tiba-tiba mas adam menyentuh pundak ku.
"May??"tanya mas adam
"Kenapa mas??"jawabku sambil menoleh ke arah mas adam.
"Apa bener uang simpanan kamu habis?? Tidak ada sisa sedikit pun??"
"Iya mas. Sisa pun hanya 50rb."
"Kenapa mas??"
"Kalau ART nya di kurangin bisa tidak may?"
"Loh.. kenapa?? Bukan nya sudah kesepakatan kita berdua ya mas?"
"Gaji mas ga cukup may untuk membayar semua itu. Belum lagi ibu dan putri. Mas pusing may.!!"ujarnya dengan frustasi.
"Ya.. bisa aja sih mas. Tapi putri dan novi mau tidak bantu-bantu di rumah??"tanya ku
"Kamu kan tahu sendiri may. Sejak kecil putri mana pernah melakukan pekerjaan rumah. Dan novi kan juga kerja may!! Mana ada waktu dia buat bantuin." Ujar mas adam dengan nada lemah.
"Ya.. kalau gitu may tidak bisa mas. Bukan may menolak. Rumah kita besar. Mana sanggup may mengerjakan semuanya sendirian tanpa bantuan orang lain. Kecuali adek mu dan sepupu mu mau membantu. May tidak masalah. Lagian putri kan anak perempuan dan sudah sewajarnya putri ikut bantu merapikan rumah."dengan enteng aku menjawab mas adam.
"Huuuuft.." helaan mas adam ku dengar.
"Ya udah mas istirahat dulu. Kepala mas pusing mikirin semua nya."lanjut mas adam sambil berjalan kearah tempat tidur dan membaringkan tubuh nya.
"Resiko mu mas. Siapa suruh menikah lagi. Derita mu lah. Bukan derita ku."ujar ku lirih. Kalau kamu tidak berbohong dan selingkuh. Mungkin aku akan membantu mu. Tapi sayang kamu sudah menyakitkan hati ku.
Dan aku pun masuk kedalam kamar tak lupa menutup pintu balkon dan merebahkan diri di samping mas adam.