Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 35
Di sebuah ruangan yang tampak luas dengan berbagai ornamen yang menghiasi ruangan itu, tampak seorang pria yang sedang sibuk mengemasi barang-barangnya ke dalam koper. Raut wajahnya begitu sendu mengingat apa yang telah dia lakukan selama ini di belakang punggung istrinya.
Terlihat jelas penyesalan menggelayuti dirinya hingga tanpa dia sadari air mata menetes keluar dari sudut ekor matanya. Dadanya begitu sesak mengingat dirinya yang telah berbohong dan berselingkuh di belakang punggung Stella.
'Maafkan aku Stella ... maafkan aku. Aku menyesal telah melakukan itu semua padamu.'
Ceklek
Terdengar suara pintu yang membuatnya tersadar dari lamunan nya, buru-buru Rafael menghapus kasar air matanya dengan punggung tangan besarnya.
Angel berjalan menghampiri Rafael yang tengah duduk di tepi ranjang setelah mengemasi pakaiannya.
"Sayang, aku minta maaf karena sudah bersikap kasar padamu. Aku hanya tidak menyangka kalau semua itu milik Stella dan Rafella." Angel menyentuh lembut lengan kekar Rafael.
"Dan aku tidak ada niat apapun sayang, aku hanya syok saja mendengar semua yang di katakan oleh Stella." Sambungnya coba berusaha meyakinkan Rafael jika dia tidak ada niat terselubung, dan di jawab deheman saja oleh Rafael tanpa berniat menanggapi apapun.
Sikap Angel masih terlintas di benak Rafael bagaimana Angel dengan berani membentak dirinya, terlebih Angel melakukan semua itu di hadapan Stella, hilang sudah harga diri sosok Rafael di hadapan Stella yang notabene sebagai mantan istrinya. Pada saat itu juga Rafael seakan tidak punya muka karena Stella yang sedari awal jadi istrinya sama sekali Rafael tidak pernah di bentak oleh Stella meskipun semarah apapun, tetapi Stella tidak pernah berucap kasar pada Rafael.
Rafael beranjak dan menyapu pandang ke seluruh ruangan, kemudian dia menarik kopernya keluar meninggalkan kamarnya, tanpa menunggu lama Angel pun mengikuti Rafael yang kini sedang menuruni anak tangga berukir. Tiba-tiba langkah Angel terhenti saat melihat Rafael yang kedua netranya menatap pada bingkai besar yang menggantung di dinding, terlihat jelas butiran kristal mengalir deras berjatuhan membasahi wajah tampannya.
"Sayang, maafkan aku yang telah melanggar janji pernikahanku untukmu. Rafella ... Daddy minta maaf telah menyakiti hatimu, Nak." Gumam Rafael menatap sendu ke arah bingkai tersebut dimana di dalamnya ada sebuah foto dirinya, Stella, dan juga Rafella.
Foto tersebut di ambil dari satu tahun yang lalu pada saat acara ulang tahun Rafella yang ke 7 tahun. Terlihat sebuah lengkungan indah yang menghiasi wajah mereka dengan kebahagiaan yang selama ini tercipta di keluarga kecilnya.
Namun, hanya sebuah karena nafsu dan kekecewaan yang tak kunjung mendapatkan seorang anak laki-laki, akhirnya dia melampiaskan rasa kecewanya ke sebuah game dan berakhir dia yang mengenal Angel, hingga berujung dengan terjalin nya sebuah hubungan terlarang di antara mereka berdua.
Setelah puas memandangi bingkai foto itu, Rafael kembali melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Dan pada saat Rafael hendak masuk ke dalam mobil nya, kedua netra nya menoleh menatap pintu utama, sekilas bayangan dimana Stella dan Rafella akan berpelukan dengan dirinya yang selalu mengantarnya untuk berangkat kerja dan dirinya yang selalu mengecup mesra Stella. Semua itu hanya tinggal lah kenangan yang tak bisa terulang kembali dengan keluarga kecilnya.
Dengan berat hati Rafael melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil dan melaju meninggalkan mansion yang penuh kenangan dengan anak dan istrinya.
🍁Mansion Mama Elena🍁
9 bulan kemudian
Tampak seorang wanita cantik berdiri di depan cermin besar di kamarnya. Terpantul bayangan dirinya dimana perutnya yang terlihat sudah semakin membesar. Wanita itu tak lain adalah Stella, mantan istri Rafael yang kini tengah mengandung anak dari mantan suaminya.
Saat ini usia kehamilan Stella telah memasuki usia 9 bulan dan itu artinya sebentar lagi Stella akan melahirkan, dan Rafella sudah tidak sabar menanti kehadiran adiknya ke dunia ini. Rafella berharap semoga dengan kehadiran sosok adiknya ke keluarga kecilnya semakin menambah rasa kehangatan dan kebahagiaan meskipun tidak ada sosok ayah di dalamnya.
Stella kembali menatap lurus ke arah cermin dengan tatapan kosong, tanpa Stella sadari bayangan Rafael muncul seketika di depan matanya membuat luka yang masih menganga terbuka kembali.
Secepat mungkin Stella menepis bayangan itu menyadarkan dirinya bahwa kini dia dan Rafael sudah resmi berpisah tidak ada ikatan lagi di antara mereka. Dan Rafael pun bukan sosok pangeran berkuda putih yang dia impikan selama ini, Rafael tak lebih dari sosok pangeran gadungan yang menyamar sebagai pangeran kuda putih impian Stella.
Tiba-tiba, rasa sakit datang menjalar di perutnya. Tubuh Stella sedikit terhuyung, dan dia meringis kesakitan. Perasaan cemas dan takut menyelimuti dirinya, namun dia berusaha untuk tetap tenang.
Tak lama pintu kamar terbuka, dan Mama Elena masuk dengan wajah penuh kecemasan saat melihat Stella yang tampak kesakitan.
"Stella, kamu tidak apa-apa, Sayang?" Tanya Mama Elena khawatir, berjalan mendekat ke arah putrinya.
"Rasanya ... sakit sekali ma seperti kontraksi." Jawab Stella, berusaha menahan rasa sakit.
Mendengar itu Mama Elena segera meminta bantuan penjaga mansion yang ada di luar. Mereka dengan cepat mengangkat Stella dan membawanya ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit.
🍁Rumah Sakit🍁
15 menit kemudian mobil yang membawa Stella sudah tiba di rumah sakit, Stella segera dibawa ke ruang bersalin dan langsung ditangani oleh Dokter. Mama Elena berada di sampingnya, memberikan dukungan untuk putrinya. Setelah beberapa jam yang penuh dengan perjuangan, akhirnya terdengar suara tangisan bayi yang memecah keheningan.
"Selamat, Nyonya Stella. Bayi anda laki-laki, sehat dan sempurna." Ucap suster dengan senyuman.
Stella terharu, senyuman puas muncul di wajahnya. Air mata mengalir di pipinya, mengingat masa-masa sulit yang sudah dilewatinya tanpa Rafael di sampingnya. Rasa syukur dan kebahagiaan menyelimuti hatinya, meskipun ada sedikit kesedihan yang tak bisa dia hindari.
Kilasan ingatan tentang waktu melahirkan Rafella kembali menyeruak ke permukaan. Saat itu, Rafael ada di sampingnya, memberi dukungan padanya dengan menggenggam erat jemari tangannya, seolah Rafael tak ingin kehilangan dirinya. Namun sekarang, semuanya berbeda. Kini dia harus berjuang sendirian, tanpa sosok suami yang ada di sampingnya, akan tetapi Mama Elena tetap setia mendampinginya.
*
Sementara itu, di ruang bersalin lain di rumah sakit yang sama, Angel baru saja melahirkan. Rafael kini berada di sampingnya, memegangi tangannya, memberikan semangat dengan wajah penuh kebahagiaan. Suara tangisan bayi Angel memecah keheningan ruangan, dan Rafael tidak bisa menahan senyumnya. Bayi mereka sudah lahir. Namun, senyum itu dengan cepat memudar saat suster memberitahunya.
"Pak Rafael, selamat bayi anda perempuan." Kata suster dengan tersenyum.
Rafael terdiam sejenak, ekspresinya berubah. Kekecewaan yang mendalam terlihat jelas di wajahnya.
"Apa! Perempuan ...." Rafael bertanya kembali berusaha memastikan jika dirinya tidak salah dengar, dan di jawab anggukan oleh suster.
Setelah beberapa saat, Rafael meninggalkan ruangan tersebut tanpa meminta ijin dari Angel. Langkahnya terhenti saat melihat Mama Elena yang baru saja keluar dari ruangan Stella. Tanpa berpikir panjang, Rafael mendekatinya.
"Mama Elena." Panggil Rafael, suaranya penuh harap. "Apa Stella sudah melahirkan?"
Mama Elena menatap Rafael dengan penuh perhatian, kemudian mengangguk. "Iya, dia sudah melahirkan. Bayinya laki-laki, Rafael."
Kabar itu terdengar seperti angin segar bagi Rafael, yang sempat merasakan kekosongan dalam hidupnya.
"Boleh kah aku melihatnya Ma?" Tanya Rafael, tidak peduli dengan statusnya yang sudah bukan suami Stella lagi.
Mama Elena terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Silahkan, Rafael. Tapi ingat, jangan buat keributan di dalam."
Rafael mengangguk, lalu melangkah masuk ke ruang Stella.
Di dalam kamar, Stella sedang tertidur di ranjang rumah sakit. Sedangkan bayi laki-laki itu tertidur lelap di dalam box bayi. Rafael menghampiri bayi itu dengan hati-hati, jantungnya berdegup kencang. Saat melihat wajah bayi yang tampak sangat mirip dengannya, air matanya pun jatuh tanpa bisa dia tahan.
"Anakku ..." Gumam Rafael dengan mata yang berkaca-kaca.
Dia memandang bayi laki-laki itu dengan penuh perasaan, merasa seperti ada yang hilang di dalam dirinya. Tak terasa, air matanya terus mengalir, sebuah perasaan yang campur aduk antara kebahagiaan dan penyesalan. Lalu dia menoleh ke arah Stella yang masih terlelap.
Bayi itu terlelap dengan wajah polos dan tenang mirip dengan dirinya. Bayi laki-laki itu lahir dengan tubuh tampan dan sehat, merupakan segala yang dia inginkan. Hati Rafael berdebar, rasa bahagia bercampur dengan rasa sakit yang mendalam. Kekecewaan yang dia rasakan karena bayi yang di lahirkan Angel adalah perempuan seakan terhapuskan sesaat, tergantikan oleh perasaan bahagia melihat bayi laki-laki di hadapannya.
Namun, kebahagiaan itu hanya sesaat. Ketika melihat wajah bayi laki-laki yang diimpikan, Rafael langsung teringat pada kenyataan pahit bahwa dia dan Stella sudah bercerai. Semua impian masa depan yang pernah dia bayangkan bersama keluarga kecilnya itu hancur begitu saja. Penyesalan menghampiri, dan dalam hati, Rafael mulai menyalahkan keputusan gegabah Stella yang menggugat cerai dirinya tanpa memberi kesempatan lagi bagi hubungan mereka untuk diperbaiki.
Dengan hati-hati, Rafael melangkah ke sisi ranjang dan memandang wajah Stella yang baru saja terbangun.
"Stella ... aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku rindu keluarga kecil kita."
*
"Kau mengancamku ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁