TAMAT 18 NOVEMBER 2024
Rahardian adalah luka bagi Nathalie, tiba-tiba saja suami tampan yang mengkhianatinya selama dua tahun terakhir justru memintanya hamil bahkan menata ulang pernikahan yang sudah hancur lebur.
Atas dasar cinta, Nathalie mau menuruti keinginan suaminya. Mereka berbulan madu ke Bali, dan kehamilan pun tak terelakan lagi.
Namun, di suatu malam, Nathalie tersadar akan sesuatu. Sadar, tentang tanda yang melekat di punggung suaminya bukanlah milik suaminya.
Cinta, obsesi, dendam, luka, intrik, dibungkus dengan indah dalam satu karya ini. Di mana pada akhirnya semua harus mengalah pada takdir yang telah digariskan sang maha esa.
Cerita romantis, tentang kekaguman, tentang kesetiaan, tentang kepemilikan, tentang keegoisan, tentang kepedulian dan tentang tanggung jawab versi Pasha Ayu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPS ENAMBELAS
Cinta? Apakah ada lelaki psikopat yang bisa mencintai? Lihat saja bagaimana Gama tidak menunjukkan kepeduliannya pada Niko.
Itu bukti, di hati Gama tak pernah ada cinta sedikit pun. Naluri seorang anak jika melihat ayahnya sakit, bukankah seharusnya iba, bukan malah terkesan menikmatinya.
Namun, walau apa pun yang dialaminya, Nathalie masih di sini. Berharap, Niko cepat siuman dan bisa ditemui untuk dipeluknya.
Niko sumber kekuatan baginya, selain bayi dari benih Adhigama, Niko juga salah satu yang menjadi alasan kenapa Nathalie masih bertahan di sini.
Dalam benaknya terus melangitkan doa-doa, semoga Niko baik-baik saja. Yah, Nathalie ingin sekali memeluk mertua yang sudah seperti orang tua kandungnya sendiri.
"Kenapa?" Gama bangkit dari sofa, barusan berkutat dengan laptop, ia segera beringsut ketika matanya tak sengaja melihat Nathalie berusaha beranjak dari bantal.
Nathalie bosan, ia ingin sekali minggat dari ranjang pasien ini. "Pinggang ku pegal terus berbaring, Gama. Apa kau akan terus buat aku jenuh dengan infus dan pemandangan ini?"
Siapa yang sakit, siapa yang butuh perawatan, siapa yang lemah, tapi selalu Gama yang harus dimarah-marah. "Kau mau jalan-jalan?"
"Aku mau besuk, Papa." Nathalie ketus.
"Baiklah." Gama akan selalu turuti kemauan calon istrinya. Selama itu tidak meminta pergi darinya, Gama tidak masalah.
Nathalie reflek melingkarkan tangan di tengkuk leher Gama ketika pria itu menggendong tubuh hamilnya lalu mendudukkannya di kursi roda.
Infus Nathalie juga akan dibawanya, keadaan Nathalie masih belum stabil. Walau Nathalie pikir dirinya sudah lebih baik, tapi tidak bagi Gama yang cukup posesif.
Nathalie dibawa ke ruangan Niko, di sana Niko belum mau menerima tamu. Dari jam sembilan pagi tadi, Niko sudah siuman, tapi, tidak melakukan apa pun selain hanya melamun di kamar rawatnya.
Pada akhirnya, Nathalie dibawa ke ruangan cctv untuk mengetahui aktivitas apa yang dilakukan mertuanya di dalam kamar sana.
"Kau boleh melihatnya dari sini." Adhigama duduk di kursi milik petugas lalu bersandar di handle kursi roda yang membawa Nathalie.
Nathalie mengerti. "Baiklah, ini cukup."
Dari layar kamera pengintai, Nathalie bisa melihat betapa sendu raut Niko. Nathalie yakin, Niko pasti terguncang, sama halnya saat Nathalie baru mengetahui kebenaran tentang Adhigama.
Di dalam sana, Niko terlihat menatapi foto-foto dan berkas yang sebelumnya diberikan oleh Fajar. Foto-foto kematian Rahardian, juga, prosesi pemakamannya.
Ah, Tuhan, Nathalie merasa gagal telah membiarkan Gama mengaku. Seharusnya, Gama tetap menjadi Rahardian saja.
Bahkan, meski melihat kematian Rahardian dan mengetahui siapa Gama, Nathalie tetap berpura-pura baik-baik saja di depan Niko, itu semua karena Nathalie tak mau melihat Niko terpuruk dan terjatuh seperti sekarang ini.
Sesekali, Niko mengusap air matanya, ingin rasanya Nathalie memeluknya. Sayangnya, Niko sudah berpesan tidak menerima siapa pun masuk ke dalam ruangan pasiennya.
Nathalie menatap dokter yang menangani ayah mertuanya. "Apa dia akan baik-baik saja, Dok?"
"Sejauh ini baik. Tuan Niko sendiri yang sedang tidak ingin diganggu. Tuan Niko hanya shock ringan kemarin," jelas dokter.
"Gama--" Nathalie sempat termenung, dia perlu keluar dari ruangan cctv. Tapi, Gama justru tertidur di sisinya.
Bahkan memeluknya seraya memindahkan kepala yang tadinya berada di pegangan besi kursi roda beralih pada pundaknya.
Nathalie beku, antara kesal tapi kasihan pada pria itu. Bila dipikir ulang, bukankah Gama tidak pernah terlihat tidur?
"Biarkan aku beristirahat sebentar. Kau harus teriak saat ada yang menyakiti mu, supaya aku bisa langsung menjaga mu lagi."
"Tidak ada yang bisa menyakiti ku selain kamu sendiri bukan?" sindir Nathalie.
"Seorang suami tidak akan menyakiti istrinya. Makanya berikan aku lebel itu, dan bahagia lah bersama ku," igau Gama.
Nathalie terkekeh samar, ya Tuhan, bahkan saat tidur saja pria ini pandai sekali menjawab semua pertanyaannya.
"Kau tidur kan?"
"Hmm." Pelukan Gama eratkan, sekarang, Nathalie tak bisa berkutik. Tubuhnya terbelenggu oleh pria yang tidur di tubuhnya.
Dokter itu tertawa. "Kalau begitu saya pamit, Nyonya. Di luar. Masih banyak pasien yang harus saya tangani, Nyonya."
"Baik ... Terima kasih, Dok!"
Dokter pergi meninggalkan Nathalie dan Gama di ruangan cctv. Tidak sendiri, di ruangan tersebut banyak petugas cctv yang siaga mengawasi setiap sudut gedung.
Jujur saja, melihat wajah tidur Gama, Nathalie tak tega membangunkan pria itu hingga dia diam saja dalam waktu yang lama, bahkan sampai ikut-ikutan tertidur pulas di sana.
Beruntung roda kursi sudah dimatikan sebelumnya, kalau tidak, mungkin mereka akan meluncur dan terjatuh bersama.
Brugh!!
Gama reflek meraih tangan yang menyentuh lengannya, membekuknya, bahkan menghunuskan bilah lipat berujung runcing tepat di depan leher wanita itu.
"A-aku Dira."
Hampir saja Gama membunuhnya. Gama memiliki reflek yang cukup tinggi rupanya, bahkan disaat tertidur, Gama bisa melumpuhkan lawannya. "Maaf--"
Dira hanya ingin menyampaikan sesuatu dari ayah atasannya. "Tuan Niko ingin bertemu dengan Nyonya Nathalie."
Gama melepaskan Dira. Nathalie yang juga spontan terbangun karena kaget, wanita itu lekas menggetarkan seluruh tubuhnya.
"Hey--"
Gama menyimpan pisau lipatnya di dalam saku jaket jeans miliknya. Dia benar-benar reflek barusan, tapi malah membuat Nathalie bergetar ketakutan oleh tindakannya.
"Don't be afraid, Baby."
Bagaimana cara Nathalie tidak takut, sementara pria yang bersamanya selalu membawa belati ke mana pun. Tuhan, Gama tidak sama seperti Dian, Gama berbeda.
"Aku tidak membunuhnya. Kenapa kau masih gemetar, hmm?"
Nathalie menyerapah dalam batin. Mudah sekali Gama mengatakan itu, sungguh, Nathalie bahkan masih trauma atas pemandangan tadi, di mana leher Dira hampir saja terpotong di hadapannya.
"Kenapa kau harus membawa pisau ke mana-mana, Gama?" tanya Nathalie.
"Untuk menjagamu. Apa lagi memangnya?"
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
𝐬𝐛𝐧𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐊𝐀𝐑𝐄𝐍𝐀 𝐊𝐀𝐒𝐈𝐇𝐀𝐍 𝐈𝐓𝐔 𝐌𝐀𝐐𝐎𝐌 𝐍𝐘𝐀 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐝𝐫𝐩𝐝𝐚 𝐝𝐠𝐧 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐞𝐡𝐦 𝐢𝐛𝐚𝐫𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐠𝐢𝐧𝐢 𝐀𝐋𝐋𝐀𝐇 (𝐢𝐧𝐢 𝐤𝐫𝐧 𝐚𝐪 𝐦𝐮𝐬𝐥𝐢𝐦 𝐲𝐚) 🙏
𝐚𝐪 𝐩𝐫𝐧𝐡 𝐝𝐠𝐫 𝐜𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐡 𝐮𝐬𝐭. 𝐅𝐞𝐥𝐢𝐱 𝐒𝐢𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐥𝐢𝐚𝐮 𝐛𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐀𝐋𝐋𝐀𝐇 𝐭𝐝𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡𝐚𝐧, 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐡𝐨𝐥𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐚𝐩𝐤𝐡 𝐰𝐮𝐝𝐡𝐮 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫? 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐚𝐩𝐤𝐡 𝐰𝐮𝐝𝐡𝐮 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐝𝐡 𝐛𝐞𝐧𝐫𝟐 𝐬𝐮𝐜𝐢? 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐛𝐧𝐫𝟐 𝐚𝐦𝐚𝐥 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐝𝐨𝐬𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐢𝐭𝐢𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠, 𝐦𝐤 𝐚𝐤𝐧 𝐦𝐬𝐡 𝐛𝐧𝐲𝐤 𝐚𝐦𝐚𝐥 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐠 𝐛𝐥𝐦 𝐬𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚
𝐊𝐫𝐧 𝐀𝐋𝐋𝐀𝐇 𝐤𝐬𝐡𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝐀𝐋𝐋𝐀𝐇 𝐚𝐤𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐩 𝐬𝐡𝐨𝐥𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐠 𝐛𝐥𝐦 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐮𝐬𝐲𝐮 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐛𝐠 𝐚𝐦𝐚𝐥 𝐤𝐢𝐭𝐚
𝐚𝐝𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐚𝐦𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢 𝐲𝐭 𝐤𝐥𝐨 𝐭𝐝𝐤 𝐬𝐥𝐡 🙏🙏🙏