NovelToon NovelToon
We Are RPL 1 ...

We Are RPL 1 ...

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Slice of Life
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: bubun ntib

Diajeng, Gadis remaja yang mulai memasuki dunia Sekolah menengah Kejuruan.
Merasakan pengalaman yang baru dan jauh dari saat ia masih SD, dan SMP.
Pengalaman sehari - hari yang menceritakan tentang kehidupan sekolah menengah kejuruan yang di penuhi dengan intrik persahabatan, persaingan, permusuhan dan CINTA

WARNING: berisi sedikit cerita bubun dulu yang dibumbui dengan khayalan.
bijaklah dalam membaca, kesamaan nama dan kota sedikit - sedikit nyerempet, mohon di maklumi.
tidak untuk menyinggung oknum - oknum terkait, HAPPYREADING🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bubun ntib, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32

“ Waah mbak, lihat! Hadiahnya duit jajan 200 ribu! Mayan – mayan, bakal beli soto mie di kantin Lab dapat berapa mangkok nihh,” pekik Pratiwi sambil melambaikan kupon yang ia pegang, membuat teman – temannya kewalahan.

“ Ha ha ha, oke – oke Wi, kita bisa senang. Tapi dapatkah kamu tenang? Lagipula belum tentu kta yang akan menang, Oke?” seketika Novi menyiramkan seember dingin pada pikiran bahagia Pratiwi.

Ia segera mengempis dan berhenti melambaikan kupon dengan memasang wajah sedihnya.

“ Tidak apa – apa, setidaknya akan ada banyak Doorprize disana. Coba baca kembali daftar hadiahnya,” hibur Yudistira yang terkesan dengan tingkah para adik juniornya ini.

Benar saja, mata Pratiwi yang semula meredup kembali dipenuhi dengan binaran. Dengn cepat, sekelompok remaja lakik dan ciwi itu menghentikan langkah mereka dan berjongkok bersama – sama melihat ke arah kupon dan melihat kembali daftar hadiah.

“ nomor 1 duit jajan 200 ribu, nomor 2 duit 100 ribu, buku tulis 2 pak, Dihh ini mah dibagi 1 1 gitu?” di tengah – tengah membaca, Desi tidak lupa mengeluarkan komentar julidnya.

“ masih ada lagi 1 set alat kebersihan kelas, wah ini juga lumayan, kita bisa ganti alat tanpa menggunakan uang kas kita,” gumam Dodi yang masih bisa didengar oleh Ajeng dan yang lainnya membuat mata semua orang kembali berbinar.

“ Yak, Cuma itu saja, ya kali banyak – banyak. Tekor yang ada,” putus Wahid sambil kembali berdiri setelah ia a Yudistira ikutan berjongkok mendengarkan diskusi Ajeng dan teman – temannya.

“ Yaa, lumayan juga sih sebenarnya. Mudah – mudahan dapat nomor 1, kalau nggak ya nomor 4 lah,” ucap Ranata yang diangguki teman - temannya.

Otak Ajeng juga segera berpikir cepat, jika mereka bisa mendapatkan nomor 1, tidak usah dibagi tetapi langsung digunakan untuk membuat Kaos kelas bukannya akan semakin berguna daripada dibagikan per orang.

Disamping itu, jika mendapatkan Set peralatan kebersihan baru juga bagus. Mereka juga bisa menghemat uang kas. Karena memang setiap peralatan kebersihan adalah tanggung jawab kelas masing – masing.

Sekolah hanya menyediakan refill spidol dan 2 pcs spidol baru setiap 3 bulannya. Jadi jika ada kerusakan pada spidol sebelum masa 3 bulan makan keasakan membelinya menggunakan uang mereka sendiri. Dan saat itulah uang kas sangat penting untuk setiap kelas masing – masing.

Juga, jika sesuatu yang tidak diingin terjadi, Amit – amit ada teman sekelas yang sakit atau mendapatkan bencana, kembali lagi fungsi kas digunakan.

Bukankah sebenarnya uang kas yang mereka sisihkan dari uang jajan mereka kembali kepada mereka lagi? Ini jelas mengurangi beban mereka agar tidak mengeluarkan uang secara dadakan dengan jumlah banyak dalam 1 waktu bukan?

Wahid mengetuk kening Ajeng hingga gadis itu sedikit meringis dan tersadar akan lamunannya. Matanya segera mendelik tajam ke arah Wahid yang terkekeh.

“ Apa yang sedang kamu pikirkan? Ck ck ck, jangan terlalu bermimpi mendapatkan hadiah utama,” ucap Wahid. Semua orang kembali melanjutkan perjalanan ini.

Rute acara jalan sehat ini sedikit jauh, mereka semua harus melewati kantor kecamatan kemudian putar arah kembali ke sekolah dengan jalan yang berbeda dari saat keberangkatan. Ya kan biar nggak bentrok~

Pukul 11 pagi, semua kembali ke sekolah, mereka masih harus menunggu hingga ba’da Dzuhur untuk mendengarkan pengumuman hasil belajar dan pengumuman hadiah Door Prize yang akan diumumkan dari kantor dengan pengeras suara.

10 menit kemudian, Bu Friska datang dengan senyuman Anggun dan lembut seperti biasanya. Jika saja mereka semua belum menyaksikan kemurkaan guru cantik dan mungil ini, mereka akan tersihir dengan kelembutan yang ada di wajahnya yang ayu ini.

Jantung mereka semua berdetak kencang ketika melihat tumpukan kertas berisi nilai – nilai ujian mereka tempo hari. Samar – samar mereka bisa melihat ada 5 baris dengan jarak berbeda ditebalkan menggunakan stabilo pada kertas paling atas. Bukankah artinya itu ada 5 orang yang memiliki nilai tertinggi?

Ajeng juga menatap ke arah lembaran kertas yang entah disengaja atau tidak dilambai – lambaikan oleh Bu Friska, sepertinya guru cantik ini senang sekali menggoda murid – muridnya.

“ Ish si ibu, ayolah langsung aja,” celetuk Bli yang cukup keki dengan kelakuan Random guru wali kelasnya ini. Sontak saja semua temannya segera tersadar dan juga menatap jengah tapi penuh kerinduan pada wali kelasnya tersebut.

“ Ha ha ha, kalian sadar juga ya,” kekeh Bu Friska yang cukup puas mempermainkan anak – anak didiknya.

Dengan cepat ia enurunkan kertas yang ia gunakan untuk mengerjai muridnya. Bu Friska segera menata kertas – kertas yang berisi rangkuman nilai dari semua anak. Ia kemudian menatap penuh minat kepada remaja – remaja yang selama 3 bulan ini menjadi anak – anaknya.

“ Kalian tahu, nilai – nilai kalian saat ujian kemarin sangat ....”

Sengaja sekali tampaknya bu guru 1 ini, ia menjeda ucapannya sembari memberikan tatapan tajam kepada siswa siswinya. Menambah ketakutan dan harapan di mata para remaja tanggung ini.

Ajeng, bohong jika dibilang ia tidak takut. Tentu saja ia merasa cemas dihatinya. Dia sendiri cukup tahu jika di hatinya tetap ada jiwa seorang pejuang nilai garis keras.

Sedari kecil, sang mamak sangat disiplin dengan pola belajarnya, jangankan waktu belajar, bahkan waktu untuk makan dan istirahat sangat diperhatikan oleh sang mamak.

Sedari menempuh jenjang sekolah Dasar, Ajeng sudah terbiasa dengan kehidupan persaingan nilai. Teman – temannya memang sudah kompetitif sedari mereka masih kecil. Hingga saat ia Madrasah ia juga jadi ikut – ikutan memiliki jiwa serakah akan nilai bagus dan berakhir dengan ambisi yang kurang baik.

Tadi, ketika Novi mengajukan tawaran untuk saingan, Ajeng mati – matian untuk menahan dirinya, tetapi ia sangat tahu, ia tidak boleh serakah lagi. Cukup dulu ia kehilangan masa menyenangkan saat bersekolah dan sekaligus bisa menghabiskan waktu bermain dengan teman sebayanya.

“ .... nilai kalian sangat memuaskan ibu,” senyum teduh terukir pada wajah ayu Bu Friska. Ia menatap penuh bangga dan keharuan kepada remaja yang tengah bersorak riuh mendengar ucapannya.

Tidak bisa dipungkiri, meskipun pasti tetap ada murid yang memiliki nilai terendah di kelasnya, tetapi rata – ratanya lebih tinggi dibandingkan dengan murid di kelas sebelah. Ini membuatnya sangat senang sekaligus bangga kepada mereka.

“ Ibu harap, kalian tetap mempertahankan nilai dan cara belajar kalian, jangan berpuas diri dengan nilai alian yang sekarang. Ingat, kalian baru tengah semester yang nilainya tidak terlalu berkontribusi banyak untuk nilai kenaikan kelas nanti,” lanjut Bu Friska dengan semua wejangannya.

Mana mungkin Ajeng dan yang lainnya mendengarkan? Ohh.. tentu saja tidak, Ferguson. Mereka semua tengah larut dengan berita menggembirakan di awal kalimat Bu Friska. Kecuali Dodi yang dengan anteng menyimak ucapan Bu Friska, yang lainnya tengah berbisik – bisik ria sekarang. Bahkan Ajeng Pun juga ikut – ikutan.

“ Nah, sekarang ibu akan mengumumkan peringkat pertama kita..”

Mendengar hal ini, semua orang bak ditekankan tombol mute seketika, gerakan bisik – bisik seketika terhenti. Mata fokus melotot tertuju semua kepada Friska yang menatap geli anak muridnya.

“ ... Dengan total 1547 poin, peringkat 1 diraih oleh ......”

1
ig@Siskamarcelina048
widiihh jauh nian say...
ig@Siskamarcelina048
naaahh bener yg ini permainannya,, ada juga dg gambar kek orang yg make rok,, tapi tetep dg pola petak2 gitu..
ig@Siskamarcelina048
oohh itu,, kalo waktu aku dulu nama estafet..
bukan estafet olahraga yaa say...
ig@Siskamarcelina048
eeehhh tapi dulu waktu sekolah pasti kita mikirnya kalo para guru itu pasti berkata buruk d dalam hatinya... truss ga ada tuhh guru yg baik.. hanya ada 1 dari 20 guru yg jasi favorit,, itupun karena guru nya gampang d tindas murid...
evi
diraih oleh Ajeng 🤣🤣🤣
bubun ntib: yaaaahhh... gk jd kejutan lah🤣🤣
total 1 replies
Baek chanhun
lanjutkan mbak 💪💪
Baek chanhun
next Mbak 💪💪
Baek chanhun
bersaing tentang apa ni.
thanks mbak 💪💪
Baek chanhun
next Mbak 💪💪
Baek chanhun
sudah terjawab sudah gara2
cowok, tapi Ng tau flashback nya.
thanks mbak 💪💪
Baek chanhun
ada masalah apa Novi sama
Monika, masalah cowok,gadun
apa maknya novi pelakor.
dah lah pusing gua,mana pensnya
Fuji sama pensnya keluarga gledek
sedang panas.padahal barusan
selesai mikirin Toriq haji dua bulan.
thanks mbak 💪💪
bubun ntib: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Baek chanhun
lanjutkan mbak 💪💪
Baek chanhun
pasti seru banget.penisirin gua.
thanks mbak 💪💪
Baek chanhun
Alhamdulillah, dobel update
thanks mbak 💪💪
evi
kok dobel kak
Baek chanhun
kayaknya tentram, damai,lihat
padi di sawah apalagi hembusan angin sepoi-sepoi.
thanks mbak 💪💪
Baek chanhun
next Mbak 💪💪
Baek chanhun
lanjutkan mbak 💪💪
Baek chanhun
penisirin gua
thanks mbak 💪💪
Baek chanhun
lanjutkan mbak 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!