Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusup ke Kerajaan Eldar
Di balik gerbang besar Kerajaan Eldar, Raka dan Fluffernox bersembunyi di balik semak-semak lebat, mengamati para penjaga yang mondar-mandir di sekitar mereka. Di kejauhan, istana megah berdiri dengan menara-menara tinggi yang menjulang ke langit, berkilauan diterpa sinar bulan. Setiap sisi istana dijaga ketat oleh para prajurit berseragam lengkap dengan wajah serius dan kewaspadaan yang tinggi.
Raka menelan ludah, matanya mengamati gerakan para penjaga dengan cermat. “Fluffernox, istana ini dijaga ketat sekali. Bagaimana kita bisa masuk tanpa ketahuan?”
Fluffernox menggaruk dagunya dengan cakar, memandang sekeliling dengan tatapan penuh strategi. “Jangan khawatir, Nak. Kita hanya perlu mengalihkan perhatian mereka sedikit. Dengan begitu, kita bisa menyelinap masuk tanpa terlalu banyak masalah.”
Raka mengangguk, meskipun rasa tegang di dadanya tetap ada. “Lalu… bagaimana caranya kita mengalihkan perhatian mereka?”
Fluffernox tersenyum licik, lalu menunjuk ke arah barisan lentera yang tergantung di sepanjang tembok istana. “Kau lihat lentera itu? Jika kita bisa menjatuhkannya atau membuat salah satu dari mereka terbakar, para penjaga pasti akan terpancing ke sana. Itu memberi kita kesempatan untuk menyelinap ke sisi istana yang lebih sepi.”
Raka mengangguk setuju. “Baiklah, mari kita coba.”
Dengan hati-hati, mereka mendekati tembok istana sambil bersembunyi di balik bayangan pohon-pohon tinggi. Fluffernox, yang meskipun tampak malas, ternyata memiliki kemampuan untuk bergerak dengan sangat cepat dan cekatan. Dia melompat ke atas dahan pohon terdekat, lalu menggunakan cakar depannya untuk memotong tali lentera yang tergantung di sana.
“Sekarang!” bisik Fluffernox sambil menarik tali itu.
Lentera yang besar itu jatuh ke tanah dan pecah dengan suara berdebum keras, diikuti oleh kobaran api kecil yang segera menyala di rerumputan. Para penjaga yang berdiri di dekatnya langsung tersentak, berlari ke arah api tersebut dengan teriakan panik untuk memadamkannya.
Melihat kesempatan itu, Raka dan Fluffernox bergerak cepat, menyelinap di antara bayangan tembok dan menghindari para penjaga yang sibuk memadamkan api. Mereka bergerak menuju sisi istana yang lebih gelap dan sepi, di mana hanya ada beberapa penjaga yang terlihat mengantuk dan kurang waspada.
Saat mereka mendekati jendela kecil yang terbuka di dinding istana, Raka berbisik kepada Fluffernox. “Ini mungkin jalan masuk kita. Ayo, sebelum para penjaga kembali.”
Fluffernox melompat ke jendela dengan gesit, sementara Raka memanjat masuk dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara. Begitu berada di dalam, mereka merangkak di lantai marmer yang dingin dan mengintip ke koridor utama istana. Suasana di dalam istana terasa tenang, tetapi Raka tahu bahwa di balik ketenangan ini, ada bahaya yang mengintai.
“Baiklah, Fluffernox, sekarang bagaimana kita bisa menemukan di mana Aluna ditahan?” bisik Raka sambil memandang ke sekeliling dengan cemas.
Fluffernox, yang tampak lebih tenang, mengangkat cakar depannya untuk memberi isyarat agar Raka tetap diam. “Tenang, Nak. Biasanya, istana seperti ini akan memiliki penjara atau ruangan bawah tanah tempat mereka menahan tawanan. Kita harus mencari tangga atau lorong yang mengarah ke bawah.”
Mereka mulai menjelajahi lorong-lorong istana dengan langkah hati-hati, menghindari para pelayan atau penjaga yang kadang-kadang lewat di dekat mereka. Dengan gesit, Fluffernox memimpin jalan, menggunakan hidungnya yang tajam untuk mendeteksi keberadaan orang lain sebelum mereka muncul.
Setelah beberapa saat, mereka menemukan tangga batu sempit yang mengarah ke bawah. Tangga itu gelap dan berdebu, seolah sudah lama tidak digunakan. Raka menelan ludah, lalu memandang Fluffernox dengan penuh tekad. “Ini pasti jalannya. Mari kita turun.”
Tangga itu membawa mereka ke lorong yang lembap dan sunyi. Dinding-dinding batu yang dingin di sekeliling mereka membuat suasana semakin mencekam. Di sepanjang lorong, terdapat pintu-pintu besi dengan jeruji, beberapa di antaranya tampak kosong, sementara yang lainnya ditutup rapat.
Raka melangkah lebih dalam, matanya mencari tanda-tanda keberadaan Aluna. Setelah beberapa langkah, dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat dari ujung lorong. Suara sepatu berat berderap, semakin mendekati mereka. Raka dan Fluffernox langsung merapat ke dinding, bersembunyi di balik bayangan.
Seorang penjaga berpakaian lengkap dengan wajah serius melangkah mendekati salah satu pintu besi dan membuka kuncinya. Di dalam ruangan itu, Raka melihat sekilas sosok yang duduk di lantai, tampak lelah dan tak berdaya—Aluna.
“Aluna!” gumam Raka dengan suara pelan namun penuh emosi. Melihat Aluna yang tampak lemah membuat hatinya bergetar, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap tenang.
Fluffernox memegang lengan Raka dengan cakarnya yang kecil. “Tunggu, Nak. Jangan gegabah. Kita harus menunggu penjaga itu pergi.”
Raka mengangguk, menahan napasnya sementara dia mengamati gerakan penjaga itu. Sang penjaga tampaknya sedang memeriksa keadaan Aluna, berbicara dengannya dengan nada dingin. Setelah beberapa saat, penjaga itu mengunci pintu besi kembali dan berbalik meninggalkan ruangan, langkahnya semakin menjauh di lorong yang gelap.
Begitu suara langkah itu hilang, Raka dan Fluffernox dengan cepat mendekati pintu sel tempat Aluna berada. Raka melihat ke dalam melalui jeruji pintu, dan hatinya berdebar kencang saat dia melihat Aluna yang duduk di lantai dengan kepala tertunduk.
“Aluna… Aluna, ini aku, Raka,” bisik Raka dengan nada lembut namun penuh emosi.
Aluna mengangkat kepalanya, dan matanya yang lelah segera melebar saat melihat Raka. “Raka… Apa… apa ini benar-benar kau? Bagaimana kau bisa sampai di sini?”
Raka tersenyum, meskipun ada air mata yang hampir keluar dari matanya. “Aku datang untuk menyelamatkanmu, Aluna. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian di sini.”
Fluffernox melirik ke sekeliling dengan waspada. “Bagus, kita menemukan Aluna. Tapi sekarang, kita harus mencari cara untuk membuka pintu ini sebelum para penjaga kembali.”
Raka mengangguk dan memeriksa pintu besi itu. Kuncinya besar dan terbuat dari logam tebal, sulit untuk dibuka tanpa alat khusus. Dia menoleh ke Fluffernox dengan ekspresi bingung. “Apa yang harus kita lakukan? Aku tidak punya kunci atau alat untuk membukanya.”
Fluffernox memiringkan kepalanya, lalu menatap Raka dengan pandangan penuh arti. “Kau ingat kekuatan yang kau dapatkan di Hutan Terkutuk? Mungkin sekarang adalah saatnya kau mencobanya.”
Raka terdiam sejenak, lalu mengangguk dengan penuh keyakinan. Dia menutup matanya, mengingat semua latihan dan kekuatan yang telah dia dapatkan dari ujian-ujian Galendra. Perlahan-lahan, dia merasakan energi hangat yang berdenyut di dalam tubuhnya, seperti aliran api yang siap meledak. Dia menempatkan tangannya di pintu besi, mengarahkan kekuatannya pada kunci besar di pintu itu.
Dalam sekejap, api kecil muncul di telapak tangannya, menyelimuti kunci besi itu. Api tersebut perlahan-lahan melelehkan logam kunci, mencairkannya seperti lilin. Raka terus memusatkan kekuatannya, mengendalikan api tersebut dengan hati-hati sampai akhirnya kunci itu benar-benar meleleh dan pintu terbuka.
Aluna menatap Raka dengan tatapan tak percaya. “Raka… kau… kau punya kekuatan sihir?”
Raka tersenyum kecil. “Ini cerita panjang. Yang penting sekarang adalah membawamu keluar dari sini."