Hanna Humaira, sosok wanita berparas cantik dengan hati tulus yang menaungi.
Di usianya yang kini menginjak usia 23 tahun, ia harus merelakan kebebasan masa mudanya, menjadi sosok single mother untuk putri semata wayangnya yang kini baru berusia 3 tahun, Maura Adira.
Hari-hari bahagia ia lalui bersama putri menggemaskan itu, hingga akhirnya kehidupan nya kembali terusik, saat sosok dari masa lalu itu kembali hadir dalam pertemuan yang tak terduga.
Apa jadinya jika laki-laki itu mengetahui bahwa kejadian malam panas itu membuahkan sosok gadis kecil dan bersikukuh untuk merebutnya?
Mampukah Hanna mempertahankan sang putri atau malah harus terjebak dalam pernikahan dengan laki-laki itu demi kebahagiaan sang putri tercinta?
Happy Reading
Saranghaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peyuk Molla...
°°°~Happy Reading~°°°
Langkah kakinya mengalun semakin cepat, sampai di saat mobil itu menghampiri nya, langkah kakinya terhenti.
" Nona, masuklah... Akan saya antar... " Tawar seorang bapak-bapak berumur pertengahan abad itu pada Hanna, namun Hanna hanya membisu, di tatapnya bapak-bapak itu dengan tatapan menyelidik.
" Nona... Saya tidak berniat buruk, saya hanya tidak tega melihat putri anda, sepertinya dia sudah kedinginan... "
Mendengar penuturan itu, Hanna pun berbinar, sepertinya bapak-bapak itu memang tidak memiliki niat jahat padanya.
" Terimakasih pak, putri saya demam, bisakah anda mengantarkan saya ke rumah sakit? " Pinta Hanna
Laki-laki itu pun mengangguk, tangannya lalu mengulur membukakan pintu mobil untuk Hanna. Namun, bukannya memasuki nya, Hanna malah mematung, wanita itu menatap kecewa pada sosok laki-laki yang kini tengah duduk di bangku belakang.
Tanpa pikir panjang, Hanna memilih berbalik, wanita itu kembali melangkahkan kakinya di tengah gejolak hati yang kian mendera.
Hingga akhirnya, langkah kakinya kembali terhenti saat sosok laki-laki itu tiba-tiba menghadangnya.
" Masuk... " Perintah laki-laki itu tanpa ingin di bantah.
" Tidak akan " Tolak Hanna mentah-mentah.
" Ku bilang masuk!!! " Laki-laki itu tetap bersikukuh, membuat Hanna pun semakin muak dengan laki-laki brengs*k itu.
" Anda tidak berhak memaksa saya tuan... " Sentak Hanna, bola matanya menatap penuh rasa benci pada wajah itu.
" Aku punya hak karena dia adalah putriku... " Timpal David, laki-laki itu tak patah arang.
" Putri mu? Sejak kapan, tuan... " Hanna tersenyum sarkas.
" Saya yang membesarkan nya seorang diri, jadi dia adalah putri saya, jadi saya mohon... Pergilah dari hadapan saya... " Sambung Hanna dengan menahan segala rasa sakit yang kini kembali menyeruak.
" Dan aku adalah ayahnya... " Ego David, membuat Hanna kian muak dengan laki-laki di depannya.
" Ayah? Atas dasar apa anda mengaku sebagai ayah putri saya tuan... "
" Malam itu... Di Sky Bar, kau memberikan tubuhmu padaku... "
Hanna tersenyum nanar, namun tak lama kemudian, air mata itu luruh tak tertahan, rasa sakit atas kejadian malam itu masih saja terasa menyesakkan, begitu sakit untuk di ingat, begitu sulit untuk di lupakan.
" Memberikan? Anda bilang memberikan? Anda lah yang memaksakan kehendak anda sendiri tuan... " Sentak Hanna, wanita itu tak mampu lagi menahan setiap rasa sesak yang kini kembali menyeruak.
" Jadi benar... dia putriku... "
Membuat Hanna terjebak, ia hanya mengatakan fakta yang sebenarnya, bahwa bukan dirinya yang memberikan tubuhnya begitu saja, laki-laki itu yang memaksanya, kejadian malam itu bukan atas izinnya.
" Cukup... ku mohon, menyingkir lah dari jalanku tuan... Setidaknya, kasihanilah putriku... " Pinta Hanna, ia sudah terlalu lelah untuk berdebat.
Sayup-sayup pertengkaran itupun terdengar oleh indra pendengaran Maura, membuat gadis kecil itu pun tersadar meski kelopak matanya tak mampu untuk di buka sempurna, gadis kecil itu benar-benar tak berdaya.
" Myh... " Gumamnya.
" Iya sayang... Mommy di sini... Mommy di sini sayang... " Sahut Hanna sembari menimang-nimang sang putri berusaha menenangkan.
" Dingin... Molla dingin myh... Peyuk Molla... Molla dingin... " Gumam gadis kecil itu tak tenang, tubuh kecilnya kini semakin meringsek dalam dekapan Hanna.
Hanna semakin mengeratkan rengkuhannya, berusaha memberikan kehangatan bagi sang putri yang kini tengah demam tinggi.
" Jangan keras kepala, pikirkan keadaan nya... " Saran David dengan nada dinginnya.
Hanna menghela nafas dalam-dalam, dengan berat hati, Hanna akhirnya menerima tawaran laki-laki itu. Benar yang di katakan laki-laki itu, ia terlalu keras kepala, egois pada kesakitan sendiri tanpa memikirkan kesakitan sang putri tercinta. Seharusnya ia bisa menurunkan sedikit ego nya demi keselamatan putri nya, setidaknya untuk saat ini, yah... Hanya untuk saat ini.
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Hari ini 4 chapter sudah cukup belum?
Apa mau tambah lagi😭
Happy Reading
Saranghaja 💕💕💕
🤭🤭🤭🤭
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ikutan cadel ky Molla
🤭🤭🤭
😁😁😁