Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kelakuan Arya
Nadia pun membalas senyuman itu. Dalam hatinya, gadis ini bahkan lebih baik dari Rara, pantas saja Nek Rita sangat menyayangi dia. Vika benar benar anak yang baik, juga sopan,
"Baiklah, ibu ijinkan. Tapi untuk kali ini saja." kemudian dia membelai rambut Vika dengan lembut. Ini menjadikan gadis itu terharu, Samapi ingin menangis pun tak mampu karena suasananya terlalu menyenangkan
"Sekalian buatkan capuccino untukku!" Arya tiba-tiba turun mengunakan singlet dan celana pendek
"Arya, kenapa kamu tidak sopan!" Nadia terkejut dengan melihat cara berpakaian anaknya
"Apanya yang tidak sopan?, dia karyawan ku, dan sudah biasa membantuku di restoran" jawabnya santai
"Bukan begitu, tapi pakaianmu!!" Arya memang biasa tidur menggunakan pakaian seperti itu tapi menurut ibunya, Vika adalah tamu dan Arya sama sekali tidak pantas kalau memakainya dihadapan orang lain, bahkan jika Chika menginap saja, tidak pernah dia seperti ini
Andai saja aku bisa katakan. Dia bahkan sudah melihatnya lebih dari ini Bu.
"Kenapa? Vika adalah sahabat Rara, untuk apa aku harus malu! benarkan Vi?" Arya mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum mengerikan
Vika juga membalasnya dengan senyuman ganjil, agar terlihat biasa saja didepan Nadia "tidak apa-apa Bu, mana ada bos tidak enak pada karyawan, iya kan?" Vika pun menimpalinya dengan sedikit tekanan pada kata-katanya
"Sudah lah. anak ini memang tidak bisa ditebak isi otaknya" Nadia pergi meninggalkan ruangan itu sambil memukul tangan anaknya. Menggeleng tak mengerti, semalam dia mengamuk seperti orang kesurupan. Sekarang, sikapnya sangat manis lebih dari gula.
"Jadi mana minumanku?. Kenapa malah diam!!, apa kamu terpesona dengan...!!!" perkataannya terpotong dengan Vika yang sudah tau arah pembicaraan itu kemana
"Saya akan buatkan sekarang." Vika mendelik kan matanya, lalu meninggalkan Arya. dia khawatir pria itu akan lebih tidak tau diri lagi karena di sana bukan hanya dirinya tapi beberapa asisten rumah tangga juga
Haha, kenapa aku jadi suka mengejeknya?, dia sangat menyenangkan ketika marah campur malu seperti ini
Pertama Vika membuatkan minuman untuk Nadia dulu, mengantarkannya ke ruang keluarga karena kebetulan beliau sedang berada di sana, lalu kembali ke dapur lagi, dan melihat para asisten rumah tangga sudah menghilang entah kemana. siapa lagi, kalau bukan ulah Arya yang sangat nyata terlihat ingin mengganggunya. Karena tak mau menaruh kecurigaan yang mendalam, dia langsung membuat secangkir teh untuk dirinya sendiri, baru nanti untuk pria yang masih saja terus menatapnya, pikirnya kapan lagi bisa mengerjai bos mesum itu kalau bukan saat dia dibutuhkan
"Kenapa kau tidak buatkan untukku dulu?" Arya mulai marah, tapi memang ini yang Vika harapkan
"Ibu kan orang tua, jadi kita harus mengutamakan nya dulu lah Chef" Vika mengeluarkan tampang sinis namun didalam hatinya sangat terbahak
"Saya tau, tapi bisa saja kan setelah itu buatkan untukku dulu?."
"Gak bisa. Pertma, disini rumah temanku Rara. Bukan restoran, jadi Chef Arya Mahesa, gak ada hak ngatur aku. Kedua, aku yang pertama ke dapur dan Chef Arya Mahesa tunggu antrian selanjutnya. Ketiga, akhir-akhir ini Chef terlihat mulai tidak sabaran. Jadi ini salah satu latihan untuk bisa bersabar sedikit saja" Vika semakin bahagia karena bisa menceramahi bosnya tanpa takut dipecat
"Wow.. Saya benar-benar meremehkan mu" Arya berdiri dan melangkah kearah Vika "Pertama, karena ini rumahku dan bukan restoran, jadi saya bebas melakukan apapun dan pada siapapun." Tanpa berhenti tubuhnya kini semakin dekat "Kedua. karena saya ada di antrian selanjutnya. Jadi, alangkah lebih baik kalau olahraga sebentar sampai minumanku siap,"
"Eeeiit... Nanti dulu.. Kenapa bapak terus maju nih?" Vika ancang-ancang tidak bisa menghindar karena tubuhnya benar-benar mentok pada kitchen set
"Dan yang ke tiga. Saya memang tidak sabaran, bahkan setiap kali melihatmu pakai piyama, saya semakin tidak sabar" Sampai terhenti tepat didepan tubuh Vika
"Ok.. Ok.. hehe.. bercanda kok. Gitu aja tersinggung,, baiklah saya akan buatkan minuman untuk Chef dulu ya," Vika sudah salah tingkah dengan dekatnya tubuh Arya yang sebentar lagi bahkan menempel di dadanya
manusia ini benar-benar gak bisa diajak bercanda deh
"Sayangnya sekarang Saya sudah tidak mau minum lagi?. Tapi mau makan" Arya bahkan semakin suka menggoda Vika dengan membisikkannya sambil mengurung tubuh kecil itu dengan tangannya
"Makan? Ok Makan, saya akan buatkan nasi goreng atau makanan lain khusus hari ini.. free" Gadis itu malah jadi gugup
"Siapa bilang saya mau masakan kamu, meskipun itu gratis"
"Terus?"
"Saya mau makan kamu nya langsung" Arya menempelkan batang hidung mancungnya pada hidung Vika, suara detak jantungnya bahkan sampai terdengar oleh Arya, yang terlihat dengan nyata betapa takutnya dia
"Haha,, Chef jangan bercanda, daging ku sangat pahit, Chef akan keracunan nanti" Vika mendorong halus tubuh Arya yang memang terlihat sexy menggoda, namun dia harus menahannya
"Benarkah? Tapi kenapa ya, yang aku rasakan saat itu sangat manis sekali, Bahkan saya sampai ketagihan dan ingin mencicipinya lagi"
Dia kenapa lagi sih? bisa-bisanya berkata yang memalukan kayak gitu. Aku gak bisa bergerak sama sekali.. ayo lah otak.. cepat pikir gimana caranya untuk kabur.
"Sssttt!!!" Arya mengusap kepala Vika lalu mencium lembut keningnya "apa yang otak kecil ini pikirkan?"
Eh dia tau lho apa yang aku pikirkan... huh kayaknya emang gak bisa kabur
"Gak kok, aku hanya mau buatkan minuman Chef sekarang, Ok"
"Kenapa terburu-buru" Arya masih saja menelusuri wajah Vika dengan jari-jarinya
"Chef kenapa jadi gini, tolong jangan bikin saya dalam keadaan yang sulit, lagipula nanti ada yang liat kita. " Kini kabur pun tidak ada gunanya tapi menghindar secara halus pasti akan berhasil
"Kalau gitu kita lanjut ke kamar saja?" tanpa memperdulikan ocehan Vika, sekarang pria itu malah mencium pipinya
"Chef Arya!!, ini udah keterlaluan" Vika menyingkirkan wajah Arya dan menepis tangannya yang terus berkeliaran kemana-mana
Aku tidak mengerti, kenapa gadis ini selalu membuatku tidak berhenti untuk terus menyentuhnya seperti ini
Penolakan Vika malah membuat Arya semakin tak terkendalikan. dia memeluk hangat gadis itu dan membisikan "hati ku tenang jika posisi seperti ini" kepala Arya semakin tenggelam di tengkuk Vika dengan menarik nafas panjang, merasakan aroma kulit serta rambut yang berpadu dalam kelembutan alaminya
"NENEK!!" Vika mendorong tubuh Arya, setelah melihat Nek Rita ada di pintu masuk dapur yang tengah tersenyum melihat keduanya
"Jangan coba-coba menipuku" Arya tidak percaya dan mempererat pelukan itu, tubuh keduanya bahkan tidak ada celah sedikitpun, begitu rapat sampai Vika terasa sesak
"Saya ingin setiap pagi di saat membuka mata, hangatnya pelukan dan juga aroma lembut tubuh yang seperti ini selalu ada di sampingku"
"Chef. Saya serius!! ada nenek" Vika masih saja terus berusaha melepaskan diri dari pria itu, sambil tersenyum canggung dibalik tubuh Arya yang tidak sama sekali melepaskannya
"Bertahun-tahun aku menjadi cucunya, nenek tidak akan datang ke dapur sepagi ini" Arya bicara tanpa berhenti terus menelusuri wajah Vika dengan hidungnya, sampai bibirnya berhenti tepat dibibir gadis itu dan mengecupnya berkali-kali, tangannya juga aktif di tempat favoritnya
"Chef!!!..."