Rayan dan rai, sepasang suami-istri, pasangan muda yang sebenarnya tengah di karuniai anak. namun kebahagiaan mereka di rampas paksa oleh seorang wanita yang sialnya ibu kandung rai, Rai terpisah jauh dari suami dan anaknya. ibunya mengatakan kepadanya bahwa suami dan anaknya telah meninggal dunia. Rai histeris, dia kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. perjuangan rai untuk bangkit sulit, hingga dia bisa menjadi penyanyi terkenal karena paksaan ibunya dengan alasan agar suami dan anaknya di alam sana bangga kepadanya. hingga di suatu hari, tuhan memberikannya sebuah hadiah, hadiah yang tak pernah dia duga dalam hidupnya dan hadiah itu akan selalu dia jaga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon happypy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima
Pagi menjelang siang, suasana di toko mulai hidup. Rayan dan zeline tiba dengan langkah tenang, disambut hangat oleh dua karyawan muda mereka, Rani dan sania. Kedua gadis berusia 20 tahun itu selalu senang melihat kedatangan zeline, terutama hari ini, saat gadis kecil itu mengenakan gaun merah muda yang membuatnya terlihat semakin manis. Rayan, yang awalnya canggung dengan urusan pakaian anak perempuan, kini mulai mengerti berkat bantuan Rahma, Rani, dan Sania. Mereka telah mengajarinya cara memilih pakaian yang cocok untuk putri kecilnya.
Toko telah dibuka dan suasana sudah tertata rapi. Pengunjung mulai berdatangan, menambah kesibukan pagi itu. Kue-kue yang tersusun rapi di etalase tampak segar, menarik perhatian pelanggan. Di bagian dapur, karyawan lainnya fokus membuat kue agar stok di etalase terus terjaga.
Rani dan sania, meskipun sudah lama bekerja di toko, hanya tahu sedikit tentang kehidupan pribadi rayan. Mereka tahu bahwa rayan sudah menikah, tetapi sampai sekarang, mereka belum pernah mendengar siapa ibu dari zeline. Hal itu sering menimbulkan rasa penasaran dalam hati mereka, namun rasa hormat terhadap rayan membuat mereka enggan untuk bertanya lebih jauh. Mereka hanya tahu bahwa rayan adalah sosok ayah yang penuh kasih sayang terhadap putrinya, dan itu sudah cukup bagi mereka.
Rayan duduk di kursi kasirnya, dengan zeline yang setia duduk di sampingnya, gadis kecil itu menjadi pusat perhatian. Seiring dengan semakin banyaknya pengunjung yang datang, suasana di toko semakin ramai. Zeline, dengan senyum cerianya, menyambut setiap tamu yang masuk. Senyumnya adalah sambutan yang hangat, yang membuat para pelanggan merasa lebih nyaman.
Banyak di antara mereka yang tampak jatuh hati pada zeline. Tidak jarang, ada yang meminta izin kepada rayan untuk berfoto bersama gadis kecil itu. Rayan, dengan senyuman ramah, selalu mengizinkan selama permintaan tersebut dilakukan dengan sopan. Zeline pun, dengan polos dan lugu, berpose bersama para pengunjung, membuat suasana toko terasa lebih hangat dan bersahabat. Hari-hari di toko itu selalu terasa lebih hidup dengan kehadiran zeline yang membawa keceriaan, tak hanya bagi ayahnya, tapi juga bagi setiap orang yang datang.
-
-
Rayan tidak pernah menyangka bahwa toko kecilnya akan mendapatkan begitu banyak perhatian di media sosial hanya karena zeline. Para pengunjung yang datang merasa terkesan dengan keceriaan dan keramahan gadis kecil itu, dan tanpa ragu mereka mengunggah foto-foto bersama zeline di akun sosial media mereka. Ketika beberapa orang bertanya tentang akun sosial media pribadi rayan, dia hanya tersenyum dan menjawab. .
"Kalian boleh menandai akun toko kami saja." Mereka pun melakukannya, dan segera, unggahan-unggahan tersebut mulai bermunculan.
Sania, yang sedang mengecek ponselnya, tersenyum lebar melihat akun toko mereka ditandai di banyak unggahan. Dia dengan cepat memposting ulang beberapa di antaranya, membuat toko semakin terkenal di dunia maya. Tak butuh waktu lama, unggahan tersebut akhirnya muncul di beranda media sosial rai.
Saat itu, Rai sedang bersiap-siap di studio untuk latihan suara, ditemani oleh dina. Ketika mata rai tertuju pada foto seorang gadis kecil yang cantik, berpose dengan pengunjung di sebuah toko, dia merasa tersentuh tanpa mengetahui kebenarannya. Dengan antusias, dia membagikan ponselnya kepada Dina.
"Kak dina, lihatlah gadis ini, dia cantik sekali kan?" ucap rai dengan kagum.
Dina melihat sekilas dan mengangguk tersenyum. .
"Iya, cantik sekali. Gaunnya juga indah. Pasti ibunya pintar sekali memilih gaun untuknya," tambah dina.
Rai tersenyum tipis, hatinya sedikit hangat melihat gadis kecil itu. Tapi tanpa dia sadari, gadis kecil yang memikat hatinya sebenarnya adalah putrinya sendiri, zeline, yang selama ini dia kira telah tiada.
Sementara dina mulai penasaran lalu membuka ponselnya, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang gadis kecil yang baru saja mereka lihat. Saat unggahan yang sama muncul di beranda sosial medianya, Dina mengklik akun yang ditandai dalam foto tersebut.
"Oh, sepertinya gadis ini anak pemilik toko kue deh rai " ucap dina sambil terus mengamati unggahan tersebut.
Rai, yang tadinya melihat unggahan foto, langsung menoleh ke arah dina dan mendekat untuk melihat. Dia merasa ada sesuatu yang mengusik hatinya, tetapi dia tidak tahu apa itu. Dengan rasa penasaran, Rai pun mengikuti jejak dina, membuka akun toko kue yang ditandai dalam unggahan tersebut. Namun, tiba-tiba jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya, tanpa alasan yang jelas. Ada perasaan yang tak bisa dia pahami.
Sementara itu, Dina terus menggulir layar handphonenya, membaca komentar-komentar dari pengunjung.
"Tapi ini sepertinya bukan di sini rai " ujar dina sambil menunjuk beberapa detail lokasi di akun tersebut. "Sepertinya di kota lain." Mendengar itu, harapan kecil yang tadi sempat muncul di hati rai seketika meredup. Dia kembali merasa lesu dan termenung.
Rai menghela napas dalam, matanya tak bisa lepas dari foto gadis kecil yang tampak ceria di layar. "Andai saja suami dan anakku masih hidup..." pikirnya dengan hati yang berat. Mungkin mereka bisa memiliki toko donat yang besar dan sukses, mengingat dulu rayan penjual donat di gerai nya. menjalani kehidupan sederhana namun penuh cinta seperti dulu. Namun, semua itu hanya angan yang terasa semakin jauh dari kenyataan. Airmatanya hampir jatuh lagi, tapi kali ini dia menahannya, karena dia tahu, mimpi itu tak akan pernah terwujud.
Di toko, suasana mulai sepi setelah para pengunjung satu per satu pulang usai membeli kue dan berfoto dengan zeline. Namun, di antara mereka, ada satu pengunjung yang masih bertahan. Pengunjung itu tampak tertarik untuk berbincang lebih lama dengan rayan. Dengan ramah, Rayan melayani ajakan tersebut, merasa senang ada yang ingin berbicara dengannya. Mereka pun duduk di salah satu sudut toko, terlibat dalam obrolan yang hangat.
Sementara itu, Rani, yang menyadari rayan sedang sibuk, dengan sigap menggantikan posisinya di kasir. Zeline duduk manis di samping rani, sesekali menghibur pengunjung yang tersisa dengan senyum cerianya. Suara tawa kecil dari zeline dan gerak-gerik pengunjung yang sedang berbicara dengan rayan menciptakan suasana toko yang tetap hidup. Meskipun toko sedikit lebih sepi, keceriaan dan kenyamanan tetap terasa di antara mereka yang masih ada di sana.
Rayan menatap pengunjung itu dengan penuh perhatian, menyimak setiap kata yang diucapkan.
"Maaf jika mengganggu waktumu sebentar, perkenalkan nama saya Rakshan, saya berasal dari Kota kencana," ucap pria itu sambil tersenyum ramah.
Rayan mengangguk sopan, "Senang bertemu dengan anda, ada yang bisa saya bantu?"
Rakshan kemudian melanjutkan, menjelaskan maksud dan tujuannya berbicara dengan Rayan. "Sebenarnya, saya tertarik untuk menawarkan sesuatu. Saya bekerja di sebuah brand fashion terkenal, kami mengkhususkan diri dalam busana mulai dari anak-anak hingga dewasa. Melihat putrimu tadi, saya terpikirkan satu hal bagaimana jika putrimu menjadi model cilik untuk brand kami?"
Rayan tertegun sesaat, tak menyangka akan mendengar tawaran seperti itu. Zeline yang sedari tadi tersenyum ceria kepada pengunjung lainnya ternyata telah menarik perhatian Rakshan dengan pesonanya. Brand yang ditawarkan Rakshan bukan brand biasa namanya cukup terkenal, sering mengeluarkan koleksi yang memikat banyak orang.
Melihat rayan terdiam, Rakshan menambahkan, "Tentu saja, kami akan menjelaskan lebih lanjut jika Anda berminat. Kami ingin putri anda menjadi wajah baru di koleksi anak-anak kami. Dari yang saya lihat, dia punya karisma dan aura yang akan sangat cocok untuk itu."
Rayan menghela napas perlahan, matanya melirik ke arah zeline yang sedang asyik bermain di samping rani. Banyak pikiran terlintas di kepalanya, namun dia tetap tenang.
"Saya perlu memikirkannya dulu, ini bukan keputusan yang mudah " jawabnya dengan hati-hati.
Rakshan tersenyum maklum. "Tentu saja, ambil waktu yang anda butuhkan. Ini hanya sebuah tawaran, dan kami tak ingin memaksakan. Tapi saya yakin putri anda akan sangat cocok dan bisa menjadi model yang luar biasa."
Rayan mengangguk, tersenyum tipis. "Terima kasih atas tawarannya, saya akan mempertimbangkannya dengan baik."
Bukan tanpa alasan rayan berkata dengan hati-hati. Kota Kencana, tempat asal rakshan, adalah kota yang menyimpan begitu banyak kenangan bagi rayan. Itu adalah kota tempat ia dulu tinggal bersama rai, istrinya, dan tempat semuanya berubah. Ibu rai juga tinggal di sana, dan sejak kejadian itu, Rayan selalu merasa ada bayang-bayang masa lalu yang terus mengejarnya. Kini, ketika rakshan datang dari kota itu, ketakutan kecil mulai menyelimutinya.
Rayan menatap kosong sesaat, memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Apa ini adalah tanda bahwa masa lalu akan segera kembali mengejarnya? Apakah ini jalan bagi zeline untuk bertemu dengan ibunya? Pikiran-pikiran ini berputar di kepalanya tanpa henti.
Dia tahu, cepat atau lambat, dia harus menghadapi kenyataan. Zeline akan bertanya tentang ibunya, tentang sosok yang seharusnya ada di sampingnya. Dan rayan tidak bisa terus bersembunyi dari itu.“Sampai kapan aku bisa melindungi zeline dari kebenaran?” batinnya.
Rayan merasa perlu bicara dengan seseorang. Rahma dan Tio, dua orang yang paling dia percaya, harus tahu tentang ini. Mereka adalah tempatnya bersandar, dan dia butuh saran dari mereka sebelum mengambil keputusan besar ini. Tawaran untuk menjadikan zeline model bukanlah hal yang sepele, tapi yang lebih penting, ini bisa jadi jalan bagi zeline untuk bertemu dengan ibunya, sesuatu yang mungkin tidak bisa dia cegah.
Rayan menghela napas panjang, menatap rakshan yang masih menunggu di depannya.
"Terima kasih atas tawaran ini," katanya lagi, kali ini dengan nada lebih tenang, namun penuh beban yang tak kasat mata.
"Saya akan bicara dengan keluarga saya dulu sebelum mengambil keputusan."
Rakshan mengangguk, maklum dengan sikap rayan. Setelah berpamitan, Rayan hanya bisa termenung di kursinya. Di satu sisi, dia tahu bahwa ia tak bisa selamanya menutup dunia zeline dari ibunya. Tapi di sisi lain, ia belum siap menghadapi kenyataan bahwa segala sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi dalam kehidupan mereka.
Dengan perasaan campur aduk, Rayan memutuskan, bagaimanapun hasilnya nanti, ia harus siap untuk melepaskan dan menghadapi masa depan, demi kebaikan zeline.