Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Delapan
Sampai di kampus, Cecil langsung memarkirkan mobilnya. Saat baru berjalan beberapa langkah, kakinya berhenti berjalan. Seseorang menghadangnya. Wanita itu menatapnya dengan tajam.
"Selamat Pagi, Cecil. Apa kabar pengantin baru?" tanya Kevin sambil tersenyum.
Cecil menarik napas dalam. Baru saja dia keluar rumah, sudah di ganggu dengan kehadiran pria itu. Dia ingat pesan suaminya agar menjauhi semua pria.
"Maaf, Kevin. Aku mau kuliah!" seru Cecil.
Cecil melangkah ke arah berlawanan agar jalannya tak terhadang lagi oleh mantan kekasihnya itu. Namun, baru beberapa langkah, tangannya di pegang sehingga tak bisa melanjutkan langkahnya.
"Cecil, aku hanya ingin tau kabarmu. Kenapa kau begitu ketakutan?" tanya Kevin.
"Lepaskan, Kevin. Aku saat ini telah bersuami dan tak pantas kau perlakukan begini. Apa yang orang-orang katakan jika melihat kita berdua apa lagi melihat kamu menyentuh tanganku!" seru Cecil.
"Cil, aku hanya ingin tau kabarmu! Apa salah seseorang yang pernah mengenalmu bahkan pernah dekat denganmu bertanya tentang kabarmu?" tanya Kevin lagi.
"Tak salah, tapi jangan sampai menyentuh fisik. Seperti yang kamu lihat. Aku baik bahkan jauh lebih baik dari yang kamu pikirkan. Aku sudah bahagia dengan pernikahanku," jawab Cecil.
Kevin tersenyum, dia tampak menarik napas. Pandangan beralih ke wajah Cecil. Melihat apakah memang mantan kekasihnya itu sedang berbahagia.
"Syukurlah kalau kamu bahagia. Aku menyesal pernah menyia-nyiakan wanita sebaik kamu. Seandainya waktu bisa terulang kembali, akan aku hilangkan waktu kamu terluka dan memilih pergi dariku. Akan aku hilangkan waktu di mana aku pernah menyakitimu dan menyisakan waktu indah saja. Dan akan aku buat hari selanjutnya akan selalu indah dan indah," balas Kevin.
Cecil tersenyum miring mendengar ucapan pria itu. Dia memang selalu pandai merangkai kata. Membuat orang jadi terpikat dengan kata-kata manisnya, sayangnya Cecil sudah tak percaya lagi. Sudah cukup dia terjatuh sekali, tak akan mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.
"Sayangnya waktu itu tak akan pernah kembali. Itulah makanya Tuhan menciptakan kita pikiran, agar kita berpikir sebelum bertindak. Semua yang telah terlanjur terjadi tak akan bisa diubah, hanya bisa dijadikan kenangan dan pelajaran agar kita bisa lebih bijak lagi melangkah!" ujar Cecil.
Seandainya saja aku bisa memutar kembali waktu. Seandainya saja aku bisa melakukan hal-hal yang berbeda. Aku ingin melakukan segalanya dengan benar dan menebus semua kesalahan yang telah aku lakukan."
"Terkadang, aku berharap bisa kembali ke masa lalu dan mengubah kesalahanku. Aku berharap bisa memutar waktu saat kamu masih menjadi milikku. Akan aku buat kamu bahagia dan tak akan pernah ada air mata karena kesalahan yang pernah aku lakukan, hingga membuatmu akhirnya memilih meninggalkan aku."
"Sayangnya waktu itu tak akan pernah dapat berputar kembali. Semua yang terjadi tak akan bisa diubah dan diperbaiki. Kalau pun waktu memang bisa kembali, aku akan menghilangkan saat kita pertama bertemu. Aku tak ingin mengenalmu!" seru Cecil dengan penuh penekanan.
Cecil berjalan meninggalkan Kevin setelah mengucapkan kata-kata itu. Tak pedulikan Kevin yang tampak terpaku.
Kevin tampak cukup terkejut mendengar jawaban dari mantan kekasihnya itu. Dia tak menyangka jika Cecil akan berkata begitu. Apakah luka dan sakit hati yang pernah dia torehkan begitu besar dan dalam sehingga gadis itu tak sudi lagi mengenalnya.
Kevin akhirnya berjalan menuju taman. Dia sengaja datang beberapa hari ini setelah mendapat kabar dari seseorang jika Cecil akan mulai kuliah lagi.
Di dalam keheningan taman, dan di setiap hembusan napas membawa Kevin ke dalam bayang-bayang pilihan-pilihan yang pernah dia ambil, seolah mengingatkan bahwa hidup ini adalah serangkaian keputusan. Dan dia pernah salah dalam mengambil suatu tindakan.
"Andai saja waktu bisa diputar kembali," bisik Kevin dengan dirinya sendiri. Kata-kata itu terasa begitu akrab, menari-nari di dalam kepalanya, menciptakan bayangan tentang apa yang bisa dia ubah. Momen-momen indah yang terlewat, kata-kata yang tak terucap, dan kesempatan yang disia-siakan berkumpul dalam satu bingkai nostalgia yang menyakitkan.
Kevin teringat pada saat ketika dia seharusnya mengungkapkan rasa sayangnya pada Cecil, namun terjebak dalam kesalahan yang membuat penyesalan hingga saat ini.
Meski waktu tidak bisa diputar kembali, Kevin menyadari bahwa kesempatan untuk belajar dari penyesalan itu selalu ada. Setiap patah kata dan setiap kesalahan mengajarkannya untuk menjadi lebih bijaksana.
Andai waktu bisa diputar kembali memang hanya sebuah angan. Namun, dalam perjalanan ini, Kevin memahami bahwa masa lalu adalah bagian dari siapa dirinya di hari ini. Dan meski penyesalan adalah teman setia, dia bertekad untuk menjadikannya sebagai batu loncatan, bukan penghalang. Karena hidup ini, meskipun penuh dengan ketidakpastian, tetap bisa diukir dengan pilihan-pilihan yang lebih baik di masa kini.
***
Jam telah menunjukan pukul tiga siang. Tadi Cecil sekaligus mengerjakan tugas dengan temannya sehingga baru bisa pulang jam segini.
Sampai di rumah, jam telah menunjukan pukul empat sore. Setelah mengganti bajunya, dia langsung membersihkan rumah. Cecil juga menyiapkan semua bahan untuk memasak untuk makan malam.
Dengan penuh semangat wanita itu menyiapkan menu makan malamnya. Semua selesai jam lima..Cecil lalu segera mandi.
Sambil menunggu kepulangan suaminya, Cecil membaca novel online di salah satu platform, yaitu Noveltoon. Dia membaca novel Salahkah Aku Mendua karya mama Reni.
Tepat jam enam menjelang magrib, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah mereka. Cecil yakin itu sang suami. Dia lalu menutup bacaannya.
Athalla masuk dan langsung duduk berhadapan dengan istrinya. Pandangannya tajam ke arah Cecil, membuat wanita itu sedikit keheranan. Tak pernah pria itu menatap seperti itu. Dia seolah ingin menelan Cecil hidup-hidup.
"Mas, ada apa? Kenapa kamu memandangi aku seperti itu?" tanya Cecil dengan suara sedikit gugup.
"Siapa yang kau temui tadi di kampus?" tanya Athalla dengan suara sedikit keras.
Suara Athalla yang keras itu sedikit membuat Cecil ketakutan. Tak pernah suaminya berkata sekeras itu.
"Tak ada, Mas," jawab Cecil dengan sedikit ketakutan.
Tanpa di duga oleh wanita itu, Athalla menggebrak meja hingga Cecil terkejut. Dadanya langsung berdetak lebih cepat.
"Sejak kapan kau berhubungan dengannya lagi?" tanya Athalla dengan suara makin keras.
Cecil memegang dadanya. Dia sangat terkejut mendengar suara keras pria itu. Tanpa bisa dicegah air mata jatuh membasahi pipinya.
Athalla berdiri dan mendekati istrinya. Dia langsung menarik rambut Cecil, membuat kepala istrinya jadi menunduk. Dia merasakan kulit kepalanya sakit, seperti akan lepas.
"Aku tak butuh air mata buaya mu itu. Aku bertanya dan ingin kau jawab dengan suara bukan air matamu!" hardik Athalla.
"Mas, lepaskan. Sakit ...," ucap Cecil sambil merintih menahan sakit.
Mendengar rintihan dari istrinya, Athalla lalu melepaskan tangannya dari rambut Cecil. Dia mengusap wajahnya kasar dan menarik rambut dengan frustasi. Sepertinya menyesal dengan apa yang telah dia lakukan tadi.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...