Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Malamnya setelah melaksanakan sholat magrib aku langsung ke luar kamar karena akan menyiapkan makan malam. Saat sedang menata makanan tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk.
"Coba buka sana! " titah mama sambil menepuk pundak ku.
Aku pun melangkah menuju pintu dan saat membuka pintu aku kaget melihat sosok pria yang semalam baru saja menikah dengan ku.
"Assalamu'alaikum" ucapnya memberi salam membuat lamunanku buyar.
"Wa'alaikumssalam" jawab ku dan langsung menyuruh nya masuk.
"Siapa Erika? " tanya mama menghampiri. "Oh nak Tara. ayo sekalian makan" ajak mama.
Kami pun melangkah menuju meja makan dan di sana sudah ada Ayah dan sang adik Alma.
Tara pun duduk di samping ku dan mama langsung menyuruh aku untuk melayani suami dadakan ku ini.
Di sela-sela makan tiba-tiba Tara berkata "Bu pak, ada yang ingin saya katakan" semua orang melihat ke arahnya.
"Silahkan nak Tara" ayah mempersilahkannya.
"Untuk pernikahan ini, apa boleh saya daftarkan secara resmi?" tanya membuat aku melirik ke arahnya.
"Bagus itu nak Tara, berarti kamu serius dengan anak bapak" balas ayah dengan senang hati. Aku hanya bisa pasrah jika ayah sudah berkata seperti itu.
Selesai makan Tara pamit untuk istirahat dan aku membantu mama membereskan bekas makan. Namun tiba-tiba kak Bella datang dan langsung berteriak membuat semua orang kaget.
"Erika, kamu bikin malu saja" teriaknya. Tara saja yang akan hendak masuk kamar langsung diam.
"Ada apa Bella? " tanya ayah yang memang ada di ruang tengah.
"Yah, apa benar yang di katakan semua warga tentang Erika? " tanya.
"Apa yang mereka bicarakan? " tanya ayah bertanya balik.
"Dia nikah dengan seorang kuli bangunan dan itu juga karena kepergok mesum" jawab nya.
Ayah melirik ke arah Tara dan langsung mengajak kak Bella duduk.
"Jawab dulu ayah" tolaknya.
"Duduk dulu nanti ayah ceritakan" ucapnya dengan lembut dan membuat kak Bella nurut.
Mama menatapku memberi isyarat untuk menyuruh suami dadakan ku untuk masuk. Aku pun menghampiri Tara.
"Bang" panggil ku, dia pun melirik ku "kita masuk" ajak ku sambil mendorongnya.
Saat di kamar aku memberitahunya jika wanita tadi itu kakak ku dan dia pun mengerti.
"Abang mau mandi kan? " tanya ku.
"Iya" jawabnya. Aku pun segera mengambil handuk dan menyerahkannya lalu keluar lagi. Namun Aku malah berpapasan dengan kak Bella.
"Kamu tuh ya, cari suami yang kerja tetap lah, minimal kerja pabrik kaya kamu" ucapnya.
"Kak, aku gak tau kalau bakal seperti ini" balas ku.
"Alah kamu, cari pacar tuh asal ganteng saja" ucapnya ngatain aku.
Ganteng, Tara memang ganteng.
"Sudah kalian ini" tegur ayah.
Kak Bella pun langsung pulang lagi ke rumahnya yang tak jauh dari rumah kami.
Aku pun kembali ke dapur membantu mama karena tadi belum selesai. Setelah selesai aku kembali ke kamar dan saat masuk aku melihat bang Tara sudah tertidur di tempat tidurku. Aku pun melangkah mendekati tempat tidur dan aku sempat terdiam karena aku tidak berpikir akan secepat ini aku menikah, apa lagi usia ku yang masih muda. Aku pun lalu berbaring di sampingnya.
Besoknya seperti biasa setelah sarapan hari ini aku masuk kerja karena kakiku sudah baikan.
"Ayo aku antar" ucapnya setelah duduk di motornya.
Namun belum sempat naik tiba-tiba beberapa ibu-ibu lewat dan langsung menyindir ku.
"Kalau anak saya seperti itu sudah saya usir dari rumah bikin malu saja"ucapnya nyindir ku.
"Iya ya, udah gak ada muka di kampung ini" timpal yang lain.
Tiba-tiba bang Tara menepuk tangan ku dan membuat aku melirik nya "Udah jangan di dengerin, cepat naik keburu siang" ujarnya dan aku pun langsung mengangguk dan naik ke boncengannya.
Selama di jalan aku hanya bisa nunduk karena semua tatapan orang yang berpapasan dengan ku menatap rendah. Sesampainya di tempat kerja ku aku turun dan langsung pamit untuk bekerja. Bang Tara pun langsung pergi setelah aku masuk. Di dalam dan selama bekerja aku baik-naik saja karena tempat kerja ku tidak ada yang satu kampung dengan ku.
Seharian bekerja akhirnya jam pulang pun tiba dan aku pun keluar menuju gerbang namun aku kaget saat tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan ku lalu keluar dua orang yang tak aku kenal.
"Maaf, mbak yang bernama Erika? " tanya orang itu.
"Iya nama saya Erika" jawab ku dengan sedikit bingung.
"Ada titipan dari tuan" ucapnya sambil menyerahkan sebuah amplop dan entah apa isinya.
"Ini apa? " tanya ku bingung.
"Nanti mbak buka saja, kami hanya bertugas mengantarkan saja" jawabnya dan langsung pergi membuat aku bingung.
"Apaan tuh? " tanya Indah membuat ku kaget.
"Kamu ini ngagetin saja" tegur ku. Indah hanya tersenyum.
"Gak tau aku" jawab ku sambil di bolak-balikan amplopnya.
"Duit deh kayanya" tebaknya.
Aku terdiam sambil menatap amplop itu.
"Gue duluan ya! udah ada yang jemput tuh"ucapnya lalu pergi ninggalin aku sendiri.
Tak lama Elma datang " ayo kak"ajaknya.
"Kamu tumben jemput kakak? " tanya ku heran karena biasanya dia paling gak mau jika aku suruh jemput.
"Kan ada ongkos jalannya" jawabnya sambil nunjukin giginya yang putih.
Aku pun tak banyak bertanya langsung naik saja. Namun saat di jalan dia malah membelokan motornya ke sebuah resto entah mau beli apa.
"Ngapain kita kesini? " tanya ku setelah turun.
"Beli makan lah, tadi bang Tara suruh aku beli makan enak buat mama sama ayah" jawabnya sambil melepas helem. "Ayo masuk" ajaknya.
Aku pun ikut masuk dan aku di buat kaget lagi dengan pesanan Elma yang banyak.
"Dek jangan banyak-banyak nanti uang nya gak cukup" ucapku memberitahunya.
"Lah kata bang Tara uangnya sudah di kasih sama kakak" balasnya.
Aku di buat bingung lagi kenapa jadi aku yang bayar.
"Pokonya aku gak mau tau harus kakak yang bayar" ucapnya lalu memanggil pelayan.
Akhirnya aku terpaksa membuka amplop yang tadi aku terima dan ternyata benar itu isinya uang dan ada sebuah surat.
"Ini uang buat kebutuhan kamu dan rumah" isinya.
Aku di buat terkejut karena isi uangnya menurutku lebih dari cukup. "Banyak banget" gumam ku.
"Kak cepat bayar" ucap Elma membuyarkan lamunan ku.
Aku pun beranjak dan langsung membayarnya dan aku di buat kaget lagi aku harus bayar hampir lima ratus ribu.
"Dek kamu gak salah, beli apa saja kamu? " tanya ku karena mahal banget.
"Pokoknya bang Tara cuman bilang beli yang menurut aku enak, terus jangan lupa kasih Kak Bella juga" jawabnya lalu berlalu ke luar begitu saja.Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Alma.
jangan Aku lebih baik Nama Tokohnya jadi ceritanya semakin menarik 🙏✌️👍
Ck ck...