Nasyifa Zahira Jacob..gadis cantik,ceria dan multi talenta,hidup di keluarga harmonis dan sangat di sayang oleh kedua orang tuanya,juga Kakak sepupu laki-lakinya,dimanja bak putri raja, hidupnya seakan tak pernah ada masalah,nyaris sempurna
Gerald Alexander Lemos...pemuda tampan,genius,multi talenta..terlahir dari keluarga harmonis dan kaya raya,merajai pasar modal Asia dengan berbagai bisnis yang keluarganya punya,siapa yang tidak kenal keluarga Alexander dan keluarga Lemos? penyatuan keluarga terpandang yang sulit untuk di taklukkan.
Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja dengan penuh kelembutan di satukan dengan pria dingin,arogan dan tak tersentuh?
kisah mereka yang belum usai membuat pertemuan pertama setelah sekian lama terpisah menjadi kisah penuh rasa..sakit,kecewa,namun membuat keduanya harus terikat pada satu hubungan rumit.
Mampukah keduanya memecahkan benang merah antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan Gerald
" Assalamualaikum..." ucap Syifa lembut saat ia dan Gerald sudah berada di depan pintu utama rumah kedua orang tuanya, pintu tampak terbuka lebar dan mobil sang ayah juga tampak terparkir di halaman,itu artinya sang ayah berada di rumah.
" WaalaikumSalam... sayang..kamu datang nak" sapa lembut bunda Almira, setelah menjawab salam dari sang putri dan langsung menariknya ke dalam pelukan.
Bagaimana pun sebagai seorang ibu,bunda Almira masih menganggap sang putri sama seperti 20 tahun lalu,putri kecil nya,dan rasanya beliau belum siap untuk melepaskan sang putri pergi dari sisinya, terlebih dengan cara yang tak terduga seperti kemarin.
" Ia bunda.. Bunda sehat kan?,Fa kangen" ucap Syifa manja, matanya tampak mulai berkaca-kaca,tak pernah terpikirkan oleh nya ia akan meninggalkan kedua orang tuanya secepat itu.
" Alhamdulillah seperti yang kamu lihat,Ayo masuk,nak Gerald ayo... anggap saja ini rumah kamu juga,sama seperti Syifa,kamu juga anak kami" ucap lembut bunda Almira,tak sedikitpun wajah beliau menunjukkan kemarahan pada pemuda yang kini menjadi menantu.
" Ia Bun.. terimakasih,maaf sudah buat Bunda dan ayah kecewa" jawab Gerald sopan.
" Yang sudah berlalu cukup di jadikan pelajaran dan jangan di ulangi,namun juga jangan di lupakan,agar kejadian serupa tak terulang lagi" jawab bunda Almira bijak.
" Duduk dulu ya, Bunda panggilkan ayah" ucap bunda Almira lagi.
"Ayah ga ke rumah sakit Bun?" tanya Syifa heran, karena sangat jarang sang ayah berada di rumah selain week end.
" Ayah sedang cuti,sedikit kurang enak badan, mungkin kelelahan" jawab Bunda Almira.
" Kok Bunda ga kabari Fa? Dimana ayah?" tanya Syifa cepat, seakan lupa dengan masalah nya kemarin.
Syifa Melangkah cepat menuju kamar kedua orang tuanya yang memang berada di lantai bawah,ia sangat khawatir,ia bahkan tak lagi mendengar panggilan sang bunda yang ingin mengatakan bahwa mungkin sang ayah masih kecewa padanya, Syifa khawatir pada pria yang menjadi cinta pertamanya itu.
Sedangkan Gerald tampak diam,seraya memperhatikan segala yang terjadi di hadapannya,ia semakin percaya bahwa wanita yang kini telah berstatus sebagai istrinya itu benar -benar masih sangat manja pada kedua orang tuanya.
" Maaf nak Gerald...bunda tinggal sebentar ya, takutnya ayah masih kecewa dan bahkan mungkin marah" ucap Bunda Almira.
" Saya ikut Bunda,saya juga ingin bicara dengan ayah " ucap Gerald jelas.
" Oh..mari, ayah sedang di kamar " ucap bunda Almira lembut.
*******
Dikamar sang ayah,Syifa sedang menangis,mendapati sang ayah yang tak mau menjawab pertanyaan nya, jangankan untuk menyambut salam nya, menatapnya saja rasanya begitu enggan.
Langkah bunda Almira terhenti tepat di depan pintu kamar, yang kemudian Gerald juga melakukan hal yang sama,ia berhenti tepat di samping Bunda Almira, keduanya dapat dengan jelas melihat Syifa yang tubuhnya terlihat bergetar menahan tangisannya.
" Sudah sayang...ayo ikut bunda,biar Gerald yang akan bicara pada ayah" bujuk bunda Almira agar Syifa mau meninggalkan sang ayah,walau merasa berat Syifa mengikuti ajakan sang Bunda.
Setelah kepergian bunda Almira dan Syifa, Gerald memutuskan untuk masuk, setelah merasa gugup nya sedikit berkurang,walau hatinya masih terasa ketar-ketir, menduga-duga tentang bagaimana reaksi sang ayah mertua saat ia bicara, Gerald memang seorang pebisnis hebat dan kejam,tak pernah takut pada lawan nya, bahkan sejak ia masih remaja saat menjadi ketua di Club motor yang cukup terkenal di ibukota.
Tapi siang ini ia merasakan jantung nya berdebar,ia baru tau ternyata seperti itu rasanya takut pada seseorang,ini masalah pribadi dan nyangkut masa depan nya,demi kenyamanan dan kebahagiaan sang istri,demi kedamaian pernikahan nya, Gerald harus bisa merendahkan diri nya demi bisa mendapatkan maaf dari sang istri dan Ayah mertua.
" Assalamualaikum.. Dokter,saya Gerald, boleh saya masuk? Ada yang ingin saya bicarakan" sapa Gerald pelan pada pria paruh baya yang kini berstatus sebagai mertua nya.
" WaalaikumSalam....kita bicara di luar" ucap dokter Alamsyah dingin saat melihat Gerald yang berdiri di depan pintu kamar nya.
Tak menjawab, Gerald hanya mengangguk patuh, menggeser posisi tubuhnya demi memberikan jalan untuk pria paruh baya yang wajah nya kini tampak tak terlalu bersahabat itu,namun juga tak menunjukkan kemarahan,dapat di akui pria yang berprofesi sebagai dokter itu memang cukup bisa mengontrol emosinya.
Gerald mengikuti langkah sang ayah mertua, langkah yang menuju ruangan yang Gerald tebak adalah ruang keluarga,mata Gerald memindai keberadaan sang istri,tapi tak terlihat,' mungkin sedang di tenangkan oleh bunda di dalam kamarnya ' batin Gerald.
" Duduk" perintah dokter Alamsyah masih bernada dingin, lagi-lagi Gerald mengangguk patuh dan duduk di sebuah sofa yang berhadapan langsung dengan sang ayah mertua, dengan wajah menunduk, seorang Gerald Alexander Lemos siang itu harus menunjukkan pandangan nya,akan di pastikan menjadi trending topik pembicaraan jika ada yang melihat sikap nya saat ini.
Hening...tak ada satupun yang memulai pembicaraan,kedua pria beda generasi itu masih tak bergeming, entah apa yang sedang mereka pikirkan,sesekali terdengar Gerald menarik nafas dalam-dalam masih dengan wajah yang tampak gelisah.
" Bicaralah, bukan kah tadi kamu mengatakan ingin berbicara?" perintah dokter Alamsyah tenang.
Gerald mengangguk seraya menarik nafas dalam-dalam " Ayah...maaf untuk kejadian kemarin,saya telah melakukan kesalahan dan pastinya membuat semuanya kecewa, termasuk istri saya Syifa,Syifa tidak bersalah, karena sebenarnya...." panjang... Gerald menceritakan semuanya,sejak awal mereka bertemu, memutuskan berteman karena Syifa menolak saat di minta oleh Gerald menjadi kekasihnya,tapi Gerald tak menceritakan tentang masalah antara mereka.
" Lalu sekarang apa yang kamu inginkan? Ingin mengembalikan putri saya? " tanya dokter Alamsyah diluar dugaan Gerald.
" Tidak Dok...cepat Gerald menggeleng" saya hanya meminta agar anda tidak mendiami Syifa, karena sejatinya ia memang tak bersalah,jika Anda ingin memberikan hukuman,maka hukum lah saya,saya siap menerima hukuman apapun itu" ucap Gerald tegas dengan nada penuh permohonan.
Tak menjawab, dokter Alamsyah masih diam,beliau seakan sedang berfikir,apa yang harus beliau lakukan pada pemuda di hadapan beliau itu,pemuda yang berani-beraninya memfitnah putri beliau,namun menikahi nya.
*****
Di lantai dua.. tepatnya di kamar Syifa.
" Sudah sayang...nak, tenang kan diri kamu,bunda percaya,putri bunda ga mungkin berbuat yang tidak-tidak" bujuk bunda Almira lembut.
" Bunda percaya kan sama Fa? Fa ga bohong Bun, memang kami sudah sangat lama kenal,tapi kami ga ada hubungan apapun selain teman" ucap Syifa jujur.
" Sayang... yakinlah.. akan ada sesuatu yang menanti mu selepas banyak nya kesabaran yang kau jalani, yang akan membuat mu terpana dan melupakan pedihnya rasa sakit" nasehat bunda Almira lembut.
" Amin..Fa takut ga akan sanggup menghadapi semua ini Bun,Fa juga takut tidak bisa menjadi istri yang baik untuk suami Fa Bun, Fa takut menjadi istri durhaka, sehingga tidak bisa mencium bahkan hanya bau syurga saja" ucap Syifa lirih.
" Insya Allah... putri bunda bisa,tidak banyak yang harus kamu lakukan untuk mendapatkan pahala dari suamimu, cukup menjadi istri yang patuh pada suami,taat pada Allah dan cintai serta sayangilah suamimu, karena wajib bagi seorang wanita mencintai pria yang sudah menjadi suaminya " nasehat bunda Almira.
" Akan Fa coba" jawab Syifa seakan merasa ragu.
" Jangan cuma di coba sayang...tapi di jalankan,sepertinya ga susah deh untuk belajarnya kalau yang jadi suaminya itu seperti suami kamu" ucap bunda Almira sedikit menggoda sang putri.
" Kenapa Bunda bisa bilang seperti itu?" tanya Syifa polos.
" Selama kalian kenal,apa kamu ga pernah lihat wajah dia Hem?" tanya sang bunda, yang semakin membuat Syifa tak mengerti.
" Pernah dong Bun,kan emang dulu kami sering makan bareng di kantin, yang lain juga" jawab Syifa jujur.
" Ada ga yang bilang kalau dia itu tampan? Atau ada ga yang suka sama dia?" tanya bunda Almira lagi.
" Banyak.. banyak banget malah Bun,Mona sama Lyly aja selalu puji-puji" jawab Syifa jujur,ia tak menyadari bahwa sang bunda sudah sangat gemas pada kepolosan nya.
" Lalu kalau di mata kamu dia gimana?" tanya Bunda Almira semakin usil.
" Galak,egois trus pemaksa" jawab Syifa menggebu-gebu.
" Bukan sikapnya sayang..tapi wajahnya " potong bunda Almira cepat.
" Oh.. wajahnya....em um... lumayan sih,tau ga tau ah,Fa kan ga pernah perhatiin secara detail" jawab Syifa santai.
" Kenapa?" tanya bunda Almira semakin penasaran.
" Kan kata bunda dulu kita ga boleh saling berpandangan dengan lawan jenis yang bukan muhrim atau mahram kita, karena bisa-bisa akan menimbulkan Zina mata dan berakhir menjadi Dosa" jawab Syifa mengulang kembali nasehat sang bunda.
" Itu kan sebelum antara kalian ada ikatan, kalau sekarang kan sudah halal" ledek bunda Almira.
" Oh Bunda,malu Bun " ucap Syifa cepat, membuat sang bunda tertawa gemas.
Saat keduanya asyik mengobrol, Gerald muncul di depan pintu kamar Syifa, membuat obrolan dua wanita beda generasi itu terhenti.
" Silahkan masuk nak,bunda tinggal ya" ucap bunda Almira lembut.
" Terimakasih Bunda,tapi saya ingin memanggil Syifa,ayah memanggilnya " jawab Gerald sopan.
" Bun?" ucap Syifa lirih seraya menatap sang Bunda.
" Ayo" ajak bunda Almira seraya menggandeng tangan Syifa, memberikan nya kekuatan agar siap untuk bertemu dengan sang Ayah.
Ketiga orang beda usia itu menuruni tangga menuju ruang keluarga,dimana sang kepala keluarga di rumah itu tengah menunggu.
" Ayah panggil Fa?" tanya Syifa gugup.
" Duduk lah,ayah ingin bicara" perintah dokter Alamsyah tegas.
Syifa mengangguk patuh dan mendudukkan dirinya di salah satu sofa,berada tepat di samping sang ayah,ia sangat merindukan cinta pertamanya itu.
" Suami kamu sudah mengatakan semuanya, yang ingin ayah tanyakan, keputusan apa yang akan kamu ambil sekarang? ayah rasa belum terlambat untuk kamu mengambil keputusan,kalian belum ....?" ucap dokter Alamsyah terhenti, beliau merasa sangat enggan mengucapkan kata-kata yang vulgar.
" Belum yah...kami memang belum menyempurnakan hubungan kami,tapi saya ingin mempertahankan pernikahan kami,Sampai kapan pun itu" jawab Gerald cepat.
" Kamu sudah dengar kan apa keputusan Gerald, sekarang tinggal keputusan kamu saja" ucap sang ayah tenang.
" Syifa juga yah... pernikahan bukan hal main-main, Syifa berharap menikah sekali seumur hidup Fa yah" jawab Syifa lembut.
" Baiklah..ayah doakan semoga pernikahan kalian berjalan lancar " ucap Syifa lirih.
" Ayah sudah maafkan Syifa kan?" tambah syifa lagi.
" Heum... sekarang tinggal suamiu yang menjalankan hukuman nya" ucap dokter Alamsyah tegas dan mampu mengalihkan perhatian semuanya.
" Maksud Aya?" tanya Syifa.
" Suami kamu siap ayah hukum karena kesalahannya kemarin" jawab dokter Alamsyah.
" Apakah kamu suda siap untuk mengetahui hukuman apa yang akan saya berikan pada kamu" tanya dokter Alamsyah tegas.
" Siap sudah Dok" jawab Gerald yakin
Dokter Alamsyah menyebutkan satu persatu hukuman yang harus di jalani oleh nya,namun satu hukuman yang membuat ia begitu berat untuk mengiyakan,namun ia harus mencoba,demi mendapatkan maaf dari sang ayah mertua.
" Baik lah, sekarang silahkan tinggalkan rumah ini,datanglah di saat hukuman mu sudah selesai" ucap dokter Alamsyah tegas
" Baik ... Dok,tapi sebelum saya pergi, bolehkah saya meminta waktu sebentar untuk bicara berdua dengan Syifa?" tanya Gerald serius.
" Silahkan,ayo Bun " ajak dokter Alamsyah pada bunda Almira.
" Terimakasih Dok" ucap Gerald tulus.
" Panggil saya Ayah.." perintah dokter Alamsyah.
" Baik yah" patuh Gerald.
Pasangan paruh baya itu melangkah meninggalkan ruang keluarga dan tinggal lah Syifa dan Gerald, pasangan muda yang masih sama-sama canggung dan serasa asing.
" Kamu di sini dulu ya untuk sementara,ga lama cuma satu Minggu, setelah satu Minggu aku akan menjemputmu kembali" ucap Gerald pada Syifa matanya lekat menatap wajah cantik sang istri yang menatapnya dengan kening berkerut.
" Maksudnya? Kakak ninggalin Syifa di sini?" tanya Syifa polos.
" Ya...satu Minggu dan itu syarat dari ayah agar beliau memaafkan salah ku kemarin " jawab Gerald.
" Oh.." jawab Syifa santai, dalam hati ia sangat bahagia,bisa kembali bersama kedua orang tuanya selama satu Minggu.
" Dan aku tidak mengizinkan kamu pergi kemanapun selama disini" ucap Gerald tegas.
" Kekantor?" tanya Syifa bingung.
" Aku putuskan magang mu selesai dan nilai kamu akan di keluarkan bersamaan dengan kedua sahabat kamu itu" jawab Gerald santai.
" Tapi kak..masih satu bulan lagi " protes Syifa.
" Aku ga suka penolakan " tegas Gerald.
" Kakak egois " ucap Syifa lirih, namun masih terdengar oleh Gerald.
Pria muda itu tersenyum melihat wajah cemberut Syifa,ia sedang membayangkan apakah ia akan sanggup menahan dirinya untuk tidak bertemu sang istri selama satu Minggu.