Kirana pernah tak sengaja melakukan sebuah kesalahan yang membuatnya di usir oleh suami dan mertuanya lalu ia juga di pisahkan dari sang buah hati. Empat tahun berlalu kini Kirana kembali lagi untuk bertemu buah hatinya tersebut.
Kirana sekarang bukan seperti wanita di sebuah novel yang tiba-tiba kaya lalu kembali untuk membalas dendam, namun Kirana tetaplah seperti Kirana yang dahulu hanya seorang gadis panti asuhan yang tak memiliki pendidikan tinggi maupun kekayaan.
Hanya bekal sebuah tekad dan rasa rindu yang menggebu terhadap putranya membuatnya rela menyamar menjadi seorang pembantu di kediaman mantan suaminya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~19
Kendra segera meninggalkan tempat tersebut saat tak tahan melihat kebersamaan pembantunya dan sang adik, benarkah diam-diam mereka telah memiliki hubungan khusus?
Sayang sekali Kendra tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, mengingat jarak mobilnya yang sedikit menjauh. Karena tidak mungkin ia menampakkan dirinya dan dianggap sebagai penguntit, akan di taruh di mana harga dirinya yang setinggi langit itu nanti.
Sesampainya di rumah Kendra tak langsung turun dari kendaraannya, pria itu nampak termenung sesaat lantas saat mendengar mobil sang adik datang pria itu segera melepaskan sefty beltnya lalu membuka pintu mobilnya.
"Kakak baru datang ?" tanya Kaizar menghampiri.
"Hm, tolong bawa Keanu ke kamarnya." sahut Kendra seraya melirik putranya yang sedang tertidur di jok belakang.
"Tentu saja." Kaizar segera membuka pintu mobilnya lalu menggendong sang keponakan dan membawanya masuk ke dalam rumahnya.
"Kamu siapkan air panas untuk saya !!" perintah Kendra kemudian pada Kirana, tatapannya nampak tajam dan itu membuat Kirana sedikit takut.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan pria itu? karena akhir-akhir ini tak pernah ramah padanya dan seakan sedang memendam sebuah amarah. Memang apa salahnya dan ia pun tak mengerti.
"Baik pak." Kirana langsung mengangguk cepat, beruntung ia membawa make up nya tadi jadi bekas usapan Kaizar di pipinya kembali ia tutup.
Sesampainya di kamar Kendra, Kirana segera menyalakan air untuk memenuhi bathub. Kesukaan mantan suaminya memang selalu berendam di malam hari dengan beberapa tetesan minyak terapi untuk mengurangi sedikit lelahnya setelah sepanjang hari bekerja.
Dahulu mereka sering melakukannya bersama dan berlanjut dengan aktivitas panas yang membuat tubuh keduanya kembali lelah dan berkeringat, namun kenangan itu takkan pernah terulang lagi mengingat pria itu akan segera menikah lagi dengan wanita lain.
Setelah air siap, Kirana segera keluar dari sana dan bersamaan itu Kendra masuk ke dalam kamarnya. Kirana nampak bersyukur karena tak ada adegan seperti malam sebelumnya, di mana pria itu hanya mengenakan handuknya dan membiarkan sebagian tubuh polosnya terpampang di hadapannya.
"Airnya sudah siap pak, kalau begitu saya permisi." ucap Kirana, lantas sedikit menunduk saat melewati pria itu. Namun Kendra tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya yang tertutup oleh pakaian lengan panjangnya.
"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu lagi ?" ucap Kirana seraya menarik kembali tangannya.
"Di mana cincin yang di belikan oleh Kai ?" Tanya Kendra to the point dengan nada mengintimidasi, tatapannya nampak tajam menusuk.
"Untuk apa pak ?" Kirana tak serta merta menunjukkan cincin yang sedang ia pakai itu.
"Saya mau lihat." tegas Kendra tak ingin di bantah dan mau tak mau membuat Kirana langsung mengulurkan tangannya.
Nampak sebuah cincin dengan permata yang sedikit besar, sebenarnya ia kurang nyaman memakainya takut mantan ibu mertuanya itu melihatnya dan pasti akan murka saat mengetahui cincin tersebut pemberian sang putra bungsu.
Kendra langsung memicing tak suka saat menatap cincin yang melingkar di jari wanita itu. "Lepas !!" perintahnya kemudian.
"Tapi pak, Den Kai akan marah nanti." tolak Kirana, ia sudah berjanji akan memakainya terus dan jika sang mantan ibu mertuanya marah maka pria itu yang akan bertanggung jawab. Adik iparnya itu memang sungguh baik.
"Apa kalian diam-diam mempunyai hubungan ?" tuding Kendra dan tentu saja Kirana langsung menggeleng cepat.
"Itu tidak benar pak." tegasnya.
"Ck, tidak mempunyai hubungan tapi berpelukan." cibir Kendra yang sontak membuat Kirana melotot dari balik kacamata tebalnya.
"Bapak mengikuti kami ?" tuding balik Kirana, namun Kendra langsung tersenyum mengejek.
"Kurang kerjaan sekali saya mengikuti kalian, lagipula saya hanya kebetulan lewat dan lain kali jika ingin melakukan hal yang tak senonoh itu jangan di tempat terbuka jadi semua orang tidak melihatnya termasuk saya." cibir Kendra lagi.
Mendengar itu Kirana nampak menelan ludahnya, memang benar perkataan pria itu dan ia sedang terbawa suasana tadi. Tapi ia tak merasa melakukan perbuatan senonoh yang seperti pria itu tuduhkan padanya, karena ia hanya menganggap Kaizar tak lebih dari seorang kakak.
"Jika mama dan papa mengetahuinya, aku tidak bisa membayangkannya." imbuh Kendra lagi.
"Itu tidak boleh pak, saya mohon tolong jangan adukan panda nyonya. Saya masih mau bekerja di sini pak, lagipula saya benar-benar tidak mempunyai hubungan dengan Den Kai. Saya tadi hanya curhat masa lalu yang membuat saya terbawa perasaan." terang Kirana panjang lebar dengan nada memohon.
"Hanya itu ?" Sepertinya Kendra kurang yakin.
"Benar pak." mohon Kirana dengan memelas.
Kendra nampak menghela napasnya sejenak. "Baiklah, jadi kamu masih ingin memakai cincin itu ?" ucapnya kemudian.
"Ti-tidak pak." Kirana segera melepaskan cincin di jarinya itu, Kaizar pasti akan mengerti dengan keadaannya saat ini.
"Berikan pada saya !!" Kendra langsung mengulurkan telapak tangannya yang besar itu dan tentu saja itu membuat Kirana tercengang, apa pria itu akan merampas cincin pemberian Kaizar? padahal ia ingin menyimpannya karena suatu saat pasti akan berguna saat ia tinggal bersama putranya kelak.
"Tapi pak...." Kirana nampak ragu untuk memberikannya.
"Apa kamu tidak mendengar perkataan saya ?" ulang Kendra seraya menatap tajam wanita di hadapannya tersebut.
"Ba-baik, pak." Kirana segera melepaskan cincinnya lantas meletakkannya di atas telapak tangan pria itu.
"Maafkan aku Kai." gumamnya kemudian.
Kendra langsung menyimpan cincin tersebut ke dalam saku celananya, lantas tangannya yang lain nampak mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah.
"Ulurkan jarimu !!" perintahnya kemudian.
"A-apa pak ?" Kirana nampak tak mengerti.
"Ku rasa pendengaranmu masih berfungsi dengan baik bukan ?" ucap Kendra bernada ejekan.
Tak ingin berdebat karena bisa-bisa ia akan keceplosan dan mengungkap jati dirinya, Kirana nampak dengan pasrah mengulurkan tangannya.
Lantas Kendra membuka kotak perhiasan berwarna merah yang berisi sebuah cincin permata dan tentu saja itu membuat Kirana langsung tercengang, apalagi saat mengetahui cincin tersebut yang ia taksir saat di toko tadi. Bagaimana pria itu bisa mengetahuinya?
Kirana nampak mematung di tempatnya, pria itu benar-benar tak berubah. Masih tetap sama seperti dahulu, selalu memahami apa yang ia mau meskipun ia tak pernah mengatakannya.
"Tolong jangan seperti ini mas, bagaimana aku bisa melupakan cintamu jika kamu seperti ini terus." gumam Kirana saat pria itu mengulurkan cincin tersebut ke hadapannya.
"Pakailah dan jangan pernah melepaskannya !!" perintah Kendra dan tak lupa di sertai sebuah ancaman lagi.
"Tapi pak...." Kirana nampak ragu, meskipun itu cincin yang ia sukai tapi rasanya ia tak pantas menerimanya.
"Pakai atau...." ucapan Kendra langsung terjeda saat Kirana tiba-tiba menyelanya.
"Baik, saya pakai." potong wanita itu lantas segera memakai cincin tersebut di jarinya, terlihat sangat pas dan juga cantik.
"Bagus, jangan pernah melepaskannya jika kamu tak ingin mendapatkan masalah." tegas Kendra kemudian.
"Kenapa bapak memberikan cincin ini pada saya ?" tanya Kirana ingin tahu seraya menatap pria tersebut dan itu membuat Kendra nampak salah tingkah.
makasih nofel nya bagus