Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16 - Ternyata oh ternyata
\*\*\*
....
Raisa dengan susah payah memapah Bian, berusaha menahan berat tubuhnya yang semakin melemah. Dia merasa kelelahan dan hampir terjatuh beberapa kali, tetapi keinginannya untuk membantu Bian tetap membuatnya bertahan.
"Tuan, Anda berat sekali...." Raisa mengeluh karena merasa kewalahan, tanpa ia sadari kini Bian menatapnya tidak suka karena perkataan Raisa barusan.
Ketika mereka hampir sampai di kamar Bian, Raisa merasakan kelelahan yang luar biasa. Tubuhnya tidak lagi mampu menahan berat Bian, dan mereka terjatuh dengan keras. Saat kejadian itu, Bian pun kejedot pintu dan mengerang kesakitan.
"Aarggh!."
"Maaf Tuan! Maaf! Saya tidak sengaja."
"Kau...,"ucap Bian lemah.
Raisa merasa panik dan bersalah karena tidak dapat memapah Bian dengan aman. Dia segera bangkit dan bergegas membantu Bian yang terus mengomel pelan karena merasa lemas.
Raisa dengan tenang meminta maaf kepada Bian dan memastikan bahwa dia akan segera membantunya sampai ke kasur.
Dengan kekuatan terakhir yang dimilikinya, Raisa mengangkat Bian dan kembali memapahnya dengan hati-hati menuju kasur. Meskipun tubuhnya terasa lelah dan berkeringat, tekadnya untuk membantu Bian tetap kuat.
"Aarggh! Akhirnya kita sampai," seru Raisa.
Kemudian dia hendak membaringkan tubuh Bian di kasur namun bobot Bian menyeret Raisa sehingga mereka terjatuh bersamaan dengan posisi Bian yang bertumpu di atas tubuh Raisa.
"Tu - an... Anda sa-ngat berat...!," pekik Raisa yang mencoba menyingkirkan tubuh Bian, namun tubuh pria kekar itu tidak bergeser sedikit pun. Lalu kedua mata mereka bertemu dan saling bertatapan.
"Aku akan buat perhitungan denganmu karena sudah menjatuhkan aku tadi," ucap Bian lemah namun mengancam, lalu ia turun dari tubuh Raisa dan merebahkan dirinya di kasur.
Raisa merasa deg degan dan melongo, karena baru saja dia merasakan sesuatu yang hangat dan tegang dari tubuh Bian. Lalu dia segera berdiri dan merapikan diri lalu menyelimuti tubuh Bian.
Raisa memastikan Bian nyaman dan meminta maaf lagi atas kejadian yang tidak diinginkan tadi. Namun saat Raisa hendak pergi ia melihat Bian menyentuh keningnya yang terlihat memar.
"Tuan, kening Anda memar, akan aku ambilkan obat."
Raisa pergi sejenak dan kembali dengan membawa kotak P3K. Lalu ia mengobati luka Bian dengan telaten. "Maaf Pak, saya membuat Anda terluka, tapi Anda juga salah karena melarang untuk cari bantuan," ucap Raisa nyerocos.
Kep!
Bian menarik tangan Raisa kasar dan menatapnya tajam. "Jangan bertingkah dan menyalahkanku! Kau selalu membuatku sial!."
Kini Bian nampak jauh lebih baik dan tenaganya pelan-pelan pulih. Raisa mencoba melepaskan tangannya namun Bian malah mencengkeramnya lebih kuat sehingga membuat Raisa ketakutan.
"Tuan, maafkan aku... Tapi tanganku sakit!." Raisa memekik dan memohon ampun. Tapi Bian menarik Raisa semakin dekat tapi saat melihat matanya, cengkeraman Bian perlahan terlepas sehingga Raisa pun segera mundur dan berdiri.
"Pergi!."
Raisa terperanjat karena kaget dan ia pun segera pergi dengan air mata yang lolos menetes dari matanya.
"Kenapa? Kenapa setiap kali melihat sorot mata gadis itu selalu membuatku merasa lemah?," gumam Bian, lalu dia menatap punggung Raisa yang segera menghilang dari pandangannya.
Raisa keluar dari kamar Bian dengan terus mengomel seraya menghapus air matanya. "Dia orang yang aneh dan menakutkan! Padahal aku sudah menolongnya, tapi dia bersikap kasar padaku!."
"Raisa?," ucap seorang laki-laki yang baru keluar dari lift, dan dia itu adalah Radit yang di kenal Raisa.
Ya, Radit adalah suami Bela, kakak ipar Bian...
Selama ini dia jarang pulang ke rumah kediaman Aryana dengan alasan karena sibuk bekerja. Namun, kini dia pulang saat tengah malam karena satu alasan, yaitu ingin membuktikan jika Raisa memang tinggal di rumah istrinya itu.
"Jadi benar, selama ini dia tinggal disini... Tapi kenapa dia keluar dari kamar Bian saat tengah malam begini?," ucap Radit sambil terus melihat Raisa yang terus melangkah menuruni tangga.
Radit hendak mengikuti Raisa dan bicara padanya, namun ia mengurungkan hal itu dan berkata, "Radit, apa yang kau lakukan? Jika kau menemuinya sekarang, dia akan tau jika kamu adalah suami Bela," batin Radit. Lalu diapun segera menuju kamarnya menemui Bela yang sudah lama tidak dia temui.
Ceklek!
Radit membuka pintunya dengan pikiran yang terus tertuju pada Raisa. Ia berpikir jika Raisa memiliki hubungan khusus dengan Bian, menimbang dengan pakaian yang Raisa gunakan berbeda dengan pakaian yang di pakai para ART di sana.
Kemudian dia melihat Bela yang terlelap tidur dan nampak menggoda dengan busana tidur seksinya. Seketika birahinya keluar, secara sudah lama si 'Joni' miliknya tidak di manjakan he he.
Radit naik ke kasur dan memeluk istrinya yang sudah lama dia rindukan. Pergerakan dari Radit membuat Bela merasakannya dan langsung terbangun.
"Sayang, kamu pulang?," tanya Bela yang menoleh ke belakang. Namun tanpa basa basi Radit langsung mengeksekusi apem yang sudah lama tidak dia nikmati.
Di tengah kegiatan panas yang sedang mereka lakukan, tiba-tiba saja Radit melihat wajah Bela berubah menjadi Raisa. Dia sempat terhenti karena terkejut dengan senjatanya yang masih tertancap. "Raisa...?," batin Radit.
Perasaan Radit yang sudah setengah melayang dan seolah melihat Raisa berada di bawahnya, ia pun meneruskan permainan dengan sangat nafsu.
Ia terus membayangkan jika perempuan yang sedang dia sentuh itu Raisa sehingga membuatnya terus terusan mencapai puncak.
Bela sempat menolak saat dia merasa kewalahan karena Radit meminta dan meminta lagi. "Sayang... Kamu sangat bersemangat hari ini... Akh... Ouchhh...!." Tapi Radit tidak menjawab perkataan Bela dan hanya terus memompa sehingga dia tumbang untuk kesekian kalinya.
Dia membaringkan tubuhnya dengan mata tertutup namun bibirnya terus tersenyum, seakan merasa puas dengan bayangan Raisa. (ih... Jadi takut sama Radit 🙈🤭).
Saat pagi buta, Radit sudah membersihkan diri dan bersiap untuk pergi. Terlihat Bela masih terbaring lelap dengan selimut yang menutupi tubuh polosnya karena kecapean setelah melayani Radit semalam.
Ia menghampiri Bela dan mengecup keningnya sejenak sehingga membuat Bela membuka setengah matanya. "Mas... Kamu mau kemana lagi?," tanyanya dengan suara parau.
"Aku harus pergi kerja lagi, ada rapat hari ini dan aku tidak boleh terlambat," alasan Radit. Padahal yang sesungguhnya, dia tidak mau keluar dari rumah itu saat semua orang sudah bangun dan otomatis Raisa pun akan melihatnya di rumah itu.
"Mas... Apa gak bisa di batalin? Aku masih kangen...," bujuk Bela seraya mendudukan dirinya dan membuka tangannya minta di peluk.
"Maaf sayang, aku gak bisa batalin rapat ini... Aku usahain nanti malam pulang lagi, ok?...."
"OK, I Love you sayang...," ucap Bela manja, namun Radit tidak membalasnya dan hanya tersenyum saja.
Yang namanya ART, pasti mereka bangun lebih pagi dari para majikannya, begitupun dengan Raisa yang kini sedang menyapu lantai atas dekat kamar Bela.
Radit, yang baru saja keluar dari kamar langsung terperanjat saat melihat Raisa, lalu ia langsung masuk lagi ke kamar hingga menabrak pas bunga yang berada di samping lemari kamarnya.
"Siapa?," tanya Bela yang menyembulkan kepalanya di pintu kamar mandi. "Ini aku sayang, aku gak sengaja nabrak pas bunga sampai jatuh....."
"Mas... Kamu belum berangkat?."
"Ada barangku yang tertinggal," jawabnya sambil mengintip ke sela pintu. Lalu ia melihat Raisa di suruh Juli untuk menjemur baju di balkon lantai atas dan iapun segera keluar kamar dan bergegas turun ke bawah.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
gampang cari yg tajir ,novel smuanya gini
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍