Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas Dendam
Acara resepsi pernikahan akan diadakan 2 mingguan lagi, hari ini jadwal Zena dan Athala fitting gaun dan jas. Mamih Aleesya sengaja membawa designer terkenal kerumah, supaya Zena tak terlalu capek mengingat Zena sedang hamil muda.
Sebelum fitting gaun, Zena ke rumah sakit untuk chek up, dan Athala juga menjalani terapinya. Semuanya berjalan lancar untuk saat ini.
"Gimana sayang suka yang mana?" Tanya mamih Aleesya dengan antusias. "Suka semuanya mih, bagus sekali gaunnya." Jawab Zena sembari melihat ke cermin.
"Tante Grace, tolong bagian perutnya jangan terlalu ketat ya, istriku sedang hamil. Dan jangan pakai heels." Ucap Athala dengan tegas. Jika seperti ini wibawa Athala mengalahkan papih Al.
"Baik pak Athala." Grace, designer terkenal itu menulis setiap detail gaun untuk Zena. Terlebih ini untuk keluarga Dewantara, dia tak ingin mengecewakan kliennya.
"Iya kamu benar sayang, semuanya bagus. Berarti kita pilih 2 gaun cukup yah?" Tanya mamih Aleesya.
"Cukup nyonya, nanti kan acaranya dari sore ke malam, untuk yang malam nanti non Zena akan pakai yang ini, cocok sekali dengan bentuk badannya." Jawab Grace. "Oke, deal."
Selesai dengan fitting gaun, kini Athala membawa Zena untuk melihat rumah yang akan mereka tempati nanti.
-
-
"Ini rumah kita sayang, suka enggak?" Tanya Athala.
Zena melihat-lihat sekeliling rumah yang luas sekali dan indah. "Masya Allah mas!" Zena sudah berkaca-kaca. Dia tak menyangka akan ada di titik ini. Tak pernah terbayangkan bisa menikah dan hidup bersama dengan Athala, lelaki impiannya semasa kecil.
"Ini semua buat kamu dan anak-anak kita nanti. Kita lihat ke dalam yah!"
"Mas ini apa enggak berlebihan? Besar banget, nanti aku gimana sapu-sapunya?" Tanya Zena yang keheranan.
"Hahahah kan nanti ada art sayang. Tugas kamu hanya melayani aku, mengerti? Urusan rumah nanti ada pelayan."
Zena mengangguk patuh dia bahagia sekali hari ini. Keduanya pun masuk ke dalam, semua barang-barang sudah lengkap. Mereka hanya tinggal menempatinya saja. "Nanti kita syukuran rumah dulu yah."
"Iya mas."
Keduanya masuk ke kamar utama yang nanti akan mereka tempati. Kamar yang sangat luas dilengkapi dengan fasilitas yang komplit. Bahkan isi lemari pakaian mereka sudah tersedia banyak sekali pakaian Zena dan Athala. Meja riasnya pun sudah tersedia banyak skincare dan kosmetik dari brand ternama untuk Zena.
Athala benar-benar mempersiapkannya dengan matang. Dia juga sudah menyiapkan 3 kamar anak yang cukup besar. Kalau-kalau mereka punya anak banyak nantinya.
"Makasih ya mas. Aku enggak nyangka_"
"Ssssttt....ini hari bahagia kita sayang. Semua yang aku siapkan untuk kamu dan anak-anak, masa depan kita. Ini enggak sebanding dengan pengorbanan kamu yang akan menjadi ibu nantinya." Keduanya berpelukan dengan mesra.
"Dapurnya lengkap ya mas, aku boleh masak kan disini?"
"Boleh donk sayang. Kan buat kamu!"
-
-
-
Selesai ke rumah hari ini Athala ingin mengajak jalan jalan istrinya. Selama menikah mereka belum menikmati waktu berdua di luar. Athala mengajak istrinya ke sebuah danau kecil.
"Indah banget ya mas....seger lagi udaranya sejuk banget!"
"Iya sayang, maafin mas yah selama ini mas banyak salah sama kamu. Zenata yang dulunya adik kecil mas, sekarang udah jadi istri mas." Ucap Athala sembari memeluk Zenata dari belakang dan mencium pipinya.
Kalau di ingat-ingat memang Zena adik kecilnya Athala, umur Zena juga sebenarnya dibawah Alana. Namun Alana menghargai Zena yang sekarang kini menjadi kakak iparnya. Sedari kecil Zena sudah sangat di manjakan oleh mamih Aleesya, selayaknya anak sendiri. Begitupun Athala yang memperlakukan Zena dengan istimewa.
Namun semenjak kuliah, perhatian Athala tak lagi sama pada Zena. Mungkin karena waktu itu dia bertemu Luna. Jadi perhatiannya hanya untuk Luna. Apalagi saat Zena tahu, kalau Athala sudah tunangan. Hatinya hancur, tapi mau gimana lagi? Toh Athala juga tak tau perasaan Zena padanya.
"Aku bukan manusia sempurna mas. Aku juga banyak salah sama mas. Dulu mas Atha baik banget sama aku. Tapi semenjak mas Atha kuliah dan berhubungan sama wanita itu, kita kayak orang enggak kenal mas. Semenjak itu, aku...aku berusaha melupakan mas."
"Jadi...kamu duluan nih yang cinta sama mas?" Tanya Athala sembari menggoda "Hehehe iya kayaknya mas, aku cinta duluan." Jawab Zena dengan nada bercanda.
"Maafin mas yah baru menyadarinya. Harusnya mas sadar dari dulu."
"Takdir mas. Mungkin kalau enggak ada kejadian ini, kita enggak akan mungkin menikah kan?"
Athala memeluk istrinya dengan erat, begitu banyak penyesalan dalam dirinya. Namun sekarang semuanya telah membaik. Dia tak ingin lagi mengingat kenangan buruk. Dia hanya akan melindungi dan membahagiakan istrinya ini.
-
-
-
TING
Pesan masuk ke ponsel Athala.
"Hai Athala, apa kabar? Aku merindukan mu!"
Athala yang membaca pesan dari Vina seketika heran, sejak kapan Vina genit pada dirinya! Vina itu masih sahabatnya Luna saat kuliah dulu. Namun Athala tak terlalu menanggapinya.
"Siapa mas?"
"Oh bukan siapa-siapa. Yuk sayang kita pulang udah mau gelap. Bumil jangan kecapean, nanti abi yang dimarahin omah Aleesya." Athala segera memasukan ponselnya ke dalam sakunya. Dia tak ingin membuat keributan bukannya tak mau jujur. Tapi Athala sedikit curiga dengan Vina. Dia akan meminta Juna mencari tahu.
"Iya mas sayang."
-
-
PRANK
Doni melempar semua yang ada diatas meja. Kemarahannya memuncak tak kala ia mengingat bagaimana perlakuan Athala padanya tempo hari yang membuat dirinya babak belur.
"BRENGSEK KAU ATHALA !! KAU SUDAH MEMB***H LUNA DAN ANAKKU! KAU JUGA HARUS MERASAKAN KEHILANGAN YANG SAMA, LIHAT SAJA PEMBALASANKU !!"
Orang suruhan Doni datang membawa kabar, bahwa Athala dan keluarganya tengah berada di Villa. Jadi yang kemarin memata-matai Villa Dewantara adalah anak buah Doni.
"Bagus! Kita cari celah untuk mencelakai wanita itu. Gara-gara dia Luna m**i brengsek!!!"
"Maaf boss, tapi sepertinya sangat susah. Mereka memperketat penjagaan bahkan dirumah utama juga!" kata anak buah Doni.
BRAK
"Aku sudah bayar kau mahal-mahal, cari cara supaya Zena keluar dari rumah itu sendiri."
"Diculik boss?"
Doni menyeringai licik, dia tak akan menculik Zena namun dia akan membalas kecelakaan yang terjadi.
-
-
-
"Alana...kamu sibuk?" Tanya Erlando yang baru datang keruangan Alana. Enggak mas, udah beres ini mau pulang." Jawab Alana dengan santai.
"Tadi saya ketemu pria yang kemarin di depan rumah sakit."
Tangan Alana seketika terhenti tak kala omongan Erlando. "Biarin aja mas, terserah dia mau ngapain toh aku enggak perduli." Alana melanjutkan lagi merapihkan meja kerjanya dan merapihkan jas kedokterannya.
Erlando tak bicara lagi dia duduk dan menunggu Alana. "Sudah selesai?" Tanya Erlando "Eum udah, kenapa?"
"Biar aku yang antar pulang, takutnya pria itu gangguin kamu lagi." Ucap Erlando dengan tatapan tak terbaca. Alana mengangguk patuh ada benarnya juga ucapan Erlando. Daripada dia kenapa-kenapa lebih baik dia bersama Erlando saja.