Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Bukan Balasan Hanya Pembelajaran
"Plaaaak……… Dasar wanita ******!!!!
Laila terbakar amarah. Ia sungguh sudah tidak bisa mengendalikan amarahnya. Ia terus memaki Mauren.
" Dasar wanita ******, wanita murahan. Apakah tubuhmu semurah itu hingga kau mengobralnya. Apakah tidak cukup dengan suamimu saja. Oh ya Allaah. Dosa apa hamba sampai Engkau mempertemukan hamba dengan wanita tidak memiliki harga diri ini."
Brug…. Laila pingsan, beruntung Anton ada di dekat Laila sehingga bisa langsung menangkap tubuh Laila. Wira juga berlari ke arah istrinya, Anton menyerahkan tubuh Laila kepada Wira lalu memanggil ambulans.
Melihat Laila pingsan akhirnya Dani tersadar. Ia bergerak maju menghampiri mamanya. Dani menangis mendekap tangan mamanya.
"Akh huhuhu. Maafkan Dani ma… maafkan Dani. Dani salah Ma… Dani bersalah kepada Mama. Ma…"
Tak lama ambulan datang lalu membawa Laila ke rumah sakit. Dani hendak ikut tapi dilarang oleh Wira.
"Selesaikan masalahmu dulu. Mamamu tidak apa-apa. Papa yakin mama hanya syok."
Dani mengangguk pasrah. Ia kemudian menghampiri Mauren. Dani menarik tangan Mauren dan membawanya ke mobil untuk pulang.
"An, aku akan menyetir sendiri. Kamu tolong ke rumah sakit. Kabarkan kondisi mama kepadaku."
"Tapi Tuan. Tuan sedang…"
"Aku nggak pa-pa. Sudahlah turuti perintahku."
"Baik tuan."
Dani memasuki mobilnya dan membawa Mauren pulang. Sepanjang jalan Mauren menangis dan meminta maaf kepada Dani.
"Dan… aku minta maaf. Tolong maafkan aku… hiks hiks.."
"Dan please aku mohon maafkan aku. Sayang kumohon bicaralah. Aku mohon maafkan aku. Aku khilaf. Aku berjanji aku nurut. Aku janji akan memasak dan mengurus mu. Please dan bicaralah."
Dani bergeming. Ia membisu, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Pandangannya lurus ke depan. Tanpa menoleh sedikitpun ke arah Mauren.
Akhirnya keduanya pun sampai rumah. Susi segera membukakan pintu, ia merasa bingung kenapa tuan dan nyonya nya itu sudah pulang padahal jam masih awal. Tapi Susi memilih diam, setelah menutup pintu ia pun berlalu kembali menuju kamarnya meninggalkan kedua majikannya di ruang tamu.
Dani duduk di sofa diikuti mauren yang bersimpuh di kaki Dani sambil terus meminta maaf.
"Hari ini di malam ini aku jatuhkan talak 3 atas ku kepadamu. Mulai sekarang kau haram untuk disentuh dan kita tidak lagi suami istri. Kamu boleh menempati rumah ini. Aku yang akan pergi."
Duaaar
Bagai disambar petir Mauren sangat terkejut dengan ucapan Dani. Talak 3 berarti dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi istri Dani. Mauren menangis histeris.
"Tidak… tolong Dan.. Cabut kata-katamu. Aku tidak mau berpisah denganmu."
"Terimakasih mauren aku benar-benar terkejut dengan hadiah kejutan dari mu. Kamu sangat berhasil mengejutkanku. Aku tidak sangka kau begitu liar di belakangku. Bahkan dengan tidak tau malunya kamu melakukan semua itu di rumah kita. Kali ini aku sungguh tidak bisa bersama denganmu lagi Ren."
"Tidak Dan. Kumohon maafkan aku. Kali ini saja aku janji tidak akan mengulanginya." Mauren masih menangis sambil memohon. Tapi Dani sudah pada pendiriannya. Ia pun memanggil Susi untuk membereskan barang-barangnya.
"Sus…..!!"
"Iya Tuan."
"Sus, kamu tau kan yang mana saja barang ku. Tolong kamu bereskan. Masukkan semua baju ku ke dalam koper dan yang lainnya masukkan ke dalam kardus. Nanti aku akan menyuruh Anton untuk mengambilnya. Oh iya aku akan pergi dari rumah ini. Kamu boleh tetap disini ataupun pergi juga terserah kamu. Semua keputusan ditangan Nyonya Mauren. Aku sudah tidak ikut campur dalam urusan rumah ini."
"Ba-baik tuan." Susi masih mencerna maksud dari Tuannya itu. Pandangan Susi beralih ke nyonya nya yang tampak berantakan duduk dilantai sambil menangis.
"Oh iya Ren dari awal rumah ini memang sudah atas namamu jadi kamu berhak atas ini sepenuhnya. Dan untuk harta gono gini aku akan memberikannya. Nanti semua pengacara yang akan mengurusnya. Saat surat perceraian kita datang maka harta gono gini nya kamu juga akan mendapatkan."
Setelah mengatakan itu Dani pun pergi mengendarai mobilnya menuju rumah lamanya. Rumah yang dulunya adalah hadiah pernikahan dari papanya. Sepanjang jalan Dani terus berurai air mata. Penyesalan. Ya satu kata itu lah yang mewakili perasaannya saat ini. Dia terus mengingat Sita. Rasa bersalah begitu menggelayut sampai tanpa sadar ia sudah berada di depan rumah lamanya. Ia menepikan mobilnya lalu memasuki rumah.
Tercium aroma khas yang ia biasa cium. Seakan akan ia melihat Sita masih ada di sana tengah memasak dan tersenyum ke arahnya. Dani pun tersenyum dan sedetik kemudian ia menangis tersedu. Dani jatuh terduduk dilantai sambil menangisi penyesalannya. Penyesalan terdalamnya karena telah menyia-nyiakan wanita yang sangat baik.
🍀🍀🍀
Pagi hari ini Kai terbangun dengan perasaan bahagia. Semalam dia telah berhasil membuat kejutan indah untuk Daddy nya. Menurut Kai ini bukanlah sebuah balasan tapi hanya sedikit pembelajaran. Pembelajaran agar mereka menyadari kesalahan-kesalahan yang sudah mereka perbuat. Pembelajaran bahwa apa yang mereka tanam akan mereka tuai.
Kai tersenyum lebar sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam box. Hari ini dia sudah tidak masuk sekolah. Sita sudah meminta surat pindah Kai sehingga ia sudah tidak perlu masuk dan bisa membereskan keperluannya.
"Hay baby. Ada yang bisa mom bantu." Ucap Sita di depan kamar putranya itu.
"Oh hay mom. Tidak ada semuanya sudah beres."
"Apakah Kai merasa sedih kita akan pindah."
"Tentu tidak. Kai mau dimana aja asal dengan mom maka tidak jadi masalah."
"Oh… thank you Baby.. You are the best for mom." Sita memeluk putranya dengan sayang, dalam hati Sita sangat bersyukur karena memiliki Kai.
"Mom…"
"Hmmm….."
"Di sana kita akan tinggal dimana." Mendengar pertanyaan putranya Sita langsung melepaskan pelukannya itu. Dia benar-benar lupa dengan soal rumah. Ia baru ingat rumah yang diberikan oleh Dani sudah ia jual waktu itu.
"Astagfirullah baby untung Kai bertanya pada mommy. Mom lupa. Sebentar mom akan tanya apakah kita bisa mendapatkan rumah dinas untuk sementara."
Sita keluar dari kamar Kai untuk menghubungi pihak kantor. Kai yang melihat mommy nya itu hanya geleng-geleng kepala. "Mom...mom.. Masa soal penting begitu bisa lupa. Kalau kita sudah sampai sana terus gimana coba."
Sita mengambil ponselnya dan menelpon pihak HRD apakah di sana nanti ia akan mendapatkan rumah dinas. Dan jawaban HRD pun membuat sita tenang karena rumah sudah disiapkan jadi Sita tidak perlu memikirkannya. Sita pun bisa bernafas lega.
Sebenarnya rumah dinas itu tidak ada, semua itu adalah antisipasi dari Rama. Rama sudah meminta Roni untuk menyelidiki apakah di Kota J Sita memiliki rumah atau tidak dan ternyata tidak. Khawatir Sita nanti akan pergi ke rumah mantan mertuanya sehingga membuat Rama membelikan sebuah rumah untuk Sita dan mengatakan itu adalah fasilitas dari kantor.
TBC