Setelah menjadi lulusan terbaik di universitas terkenal, Aira Alisya Alendra diterima menjadi sekertaris di Perusahaan ternama. Aira sangat bahagia ketika diterima di perusahaan itu.
Namun, kebahagiaan itu luntur ketika mengetahui bahwa Ceo baru perusahaan itu adalah Refaldo Galaksi, musuh bebuyutannya sejak SMA.
Tidak disangka, mereka malah terlibat dalam pernikahan yang harus mereka terima karena alasan tersendiri dari masing-masing pihak.
Pernikahan mereka seiring waktu berjalan dengan baik, sampai dimana masalalu Aldo datang...
yuk ikuti cerita mereka👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiela Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar bahagia: Dua garis biru.
2 minggu berlalu...
Ini adalah hari sabtu, hari Aira gajian. Aira menerima 12 juta gaji beserta bonus untuk bolan ini. Aira mengirimkan 2 juta untuk ibunya dan menyimpan 10 juta untuk membayar hutang kepada Aldo.
Aira memberes-bereskan rumah sambil menunggu Aldo pulang, Aldo pergi untuk pertemuan Ceo Dan aldo menyuruh Aira untuk diam saja dirumah.
Aira tengah membereskan rumah, menyapu lantai dengan langkah lambat. Matanya sedikit terpejam, merasa pusing dan mual. Sudah dua minggu sejak hari itu, tapi hari ini berbeda. Tubuhnya terasa aneh, perutnya sedikit terasa mual.
Aira berhenti sejenak, memegang dinding untuk menahan rasa pusing yang datang begitu tiba-tiba.
"Aduh... kok ga enak banget badan gue?" gumamnya, sambil menyandarkan tubuh pada meja di dekatnya. Ia menelan ludah, berusaha menenangkan diri.
Tapi perutnya kembali berontak, mual dan keringat dingin mulai menetes di pelipis.
Aira berlari kedalam wc dan memuntahkan semua makanan yang ia makan tadi, wajah Aira semakin pucat. Aira terus merasa mual dan tidak berhenti muntah.
Aira memegang wastafel dan melihat cermin. Aira berpikir sejenak. "Apa gue hamil? ga mungkin!" Tetapi Aira belum mendapatkan haid bulan ini.
Aira berdiri terhuyung di depan wastafel, masih merasakan efek mual yang begitu kuat. Wajahnya semakin pucat, dan keringat dingin mengalir di dahinya.
“Pusing banget...” Aira bergumam, mencoba mencari penjelasan atas gejala yang sudah dua minggu dirasakannya. Ia menelan ludah lagi, berusaha menenangkan diri meskipun perutnya terasa semakin mual.
Aira berjalan dengan langkah pelan menuju kamar mandi. Tangannya masih gemetar saat ia membuka laci dan mengambil satu buah tespek yang disimpan di sana.
Dengan hati berdebar, Aira mengikuti petunjuk di kemasan tespek itu. Setelah beberapa menit yang terasa begitu lama, ia menatap hasil Dua garis muncul dengan jelas.
Hasil tes itu membuat Aira tertegun, seolah dunia berhenti sejenak di depan matanya.
"Benarkah?" gumam Aira dengan suara bergetar. Ia memeriksa hasilnya sekali lagi, memastikan bahwa itu bukan halusinasi. Tiba-tiba, perasaan campur aduk muncul—kebingungannya bercampur dengan ketakutan dan kebahagiaan yang tak terucapkan.
Aira terdiam beberapa detik, mencoba menerima kenyataan ini. Dia menarik napas panjang dan menyandarkan tubuh di dinding kamar mandi. Rasa pusing kembali datang, tetapi kali ini, pikirannya jauh lebih sibuk dari biasanya.
"Aku hamil..."
Aira merasa sangat bahagia, tetapi saat ini ia masih sangat tidak enak badan.
...----------------...
Malam itu, Aira duduk di ruang tamu dengan tubuh yang terasa begitu lelah. Seharian ia menunggu Aldo pulang, namun rasa mual dan pusing yang tak kunjung hilang membuatnya merasa semakin lemah.
Walaupun ia sudah berusaha tidur siang sebentar, tubuhnya masih terasa tak bertenaga. Setiap gerakan terasa berat, dan pikirannya tak bisa berhenti berputar tentang hasil tes tadi.
Aira duduk di sofa, matanya terpejam, namun ia tidak bisa tidur. Rasa cemas tentang apa yang akan terjadi sangat menguasainya.
"Bagaimana reaksi Aldo ya?" Tetapi Aira harus pergi memeriksakan kandunganya ke dokter untuk melihat apakah ia benar-benar hamil.
Jam terus berjalan, namun Aldo belum juga pulang. Aira memeriksa ponselnya, berharap ada kabar darinya, tapi tidak ada pesan atau panggilan.
Waktu terus berjalan, dan rasa mual Aira semakin kuat. Ia menahan perutnya dengan satu tangan, berharap rasa tidak nyaman itu segera mereda.
Akhirnya, suara mobil terdengar di depan rumah. Aldo akhirnya pulang. Aira sedikit terkejut mendengar suara pintu dibuka, dan langkah kaki Aldo yang tergesa-gesa di lantai.
Begitu masuk ke dalam rumah, Aldo langsung menoleh ke arah ruang tamu. Wajahnya berubah cemas ketika melihat Aira yang duduk terdiam di sofa, tampak lebih pucat dari biasanya.
Tanpa berbicara, Aldo berjalan cepat ke arahnya dan duduk di samping Aira, meraih tangannya dengan lembut.
“Aira, kamu kenapa? Kok keliatan pucet banget?” tanya Aldo, suaranya dipenuhi kekhawatiran.
"Aldo..." Aira melihatkan hasil tespack nya tadi pagi.
Ketika Aldo melihat hasil tes kehamilan yang ada di tangan Aira, dua garis yang muncul begitu jelas, hatinya berdegup kencang. Selama beberapa detik, dunia seakan berhenti berputar. Pandangannya tertuju pada Aira yang sedang menunggu reaksinya dengan cemas.
Aldo terdiam, matanya sedikit kabur, bukan karena kebingungannya, tetapi karena perasaan yang begitu mendalam—perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Dia merasakan perasaan yang luar biasa, seperti sebuah beban yang terangkat, namun sekaligus kehangatan dan kebahagiaan yang melimpah.
"Aira... kamu..." suara Aldo bergetar, hampir tak bisa mengucapkan kalimat yang tepat.
Aldo langsung mendekat, meraih kedua tangan Aira dengan penuh kelembutan. “Aira, kamu hamil?... Aira... Kita akan jadi orangtua,” kata Aldo dengan mata yang mulai berkaca-kaca, suaranya penuh emosi
Aldo kemudian mencium kening Aira dengan lembut, dan untuk beberapa saat, mereka berdua terdiam dalam pelukan, merasakan ketenangan yang datang setelah kegembiraan yang sangat besar. Ada kebahagiaan yang tak terucapkan di hati mereka.
Walaupun Awalnya mereka hanya menikah karena terpaksa, tetapi Aldo sangat bahagia saat ini.
"Besok aku anter ke dokter kandungan."
"Iya..."
"Kamu udah makan?"
"Belum..."
"Kok belum makan?" Tanya Aldo dengan khawatir.
"Ga selera."
"Aku buatin bubur aja, kamu baring di kamar dulu..."
Aldo membantu merangkul Aira yang lemas untuk membawanya ke dalam kamar.
Aldo pun kembali ke dapur dan membuat bubur untuk istrinya. Setelah bubur itu masak, Aldo membawa nya ke kamar dan Menyuapi Aira dengan perlahan.
...----------------...
Aira duduk di kursi, menggenggam tangan Aldo yang erat. Matanya masih penuh kecemasan meskipun ia sudah tahu hasilnya, tapi mendengar konfirmasi dari dokter membuat semuanya terasa lebih nyata.
Di ruangan yang tenang itu, Aira duduk dengan tubuh sedikit kaku, mencoba menenangkan perasaan yang bergejolak.
Aldo, yang duduk di sampingnya, terus menatap Aira dengan penuh perhatian.
Beberapa saat kemudian, dokter masuk dengan senyum ramah di wajahnya. "Selamat pagi, bu Aira, pak Aldo. Kami sudah mengecek hasil tes dan USG-nya. Saya rasa saya membawa kabar yang menyenangkan."
Dokter Sari membuka layar komputer, menunjukkan gambar hasil USG yang jelas terlihat. Aira dan Aldo duduk dengan cemas, namun tak sabar menunggu kabar selanjutnya.
"Alhamdulillah, kabar baik. Hasilnya sangat positif. Aira, usia kandungan kamu sudah 2 minggu."
"Benarkah dok?"
"Ya, betul. Kandungan kamu sehat, Aira. Semuanya terlihat baik-baik saja. Ini adalah awal yang baik."
"Selamat ya, Aira, Aldo kalian akan menjadi orang tua. Semoga kehamilan ini sehat dan lancar. Jangan lupa perhatikan pola makan dan istirahat yang cukup."
"Baik dok, terimakasih ya. Saya pasti akan merawat kandungan ini dengan baik."
"Iya sama-sama, sekali lagi selamat yaa."
...----------------...
Aira dan Aldo pun mengunjungi rumah Ibu Aira yaitu Stela untuk memberi tau kabar baik ini. Karena ibunya tidak berada di rumah Aira dan Aldo mengunjungi toko roti milik Stela.
Tok! Tok! Tok!
"Maa..."
"Eh! Aira, Aldo! Kenapa kalian kemari?" Tanya Stela yang sedang membungkus roti.
Aldo memberikan keranjang buah kepada Stela. "Wah! Makasih yaa nak,, kalian kemari cuma mau bawain ini? Kalau gitu gausah repot-repot, kalian juga kan sibuk.
Aira dan Aldo saling bertukar pandang, lalu Aira mengambil napas dalam-dalam sebelum berkata. "Ga kok ma, kita mau kasih tau kabar baik."
Stela yang awalnya bingung, langsung serius dengerin mereka. "Kabar baik apa?" tanya Stela, keliatan khawatir.
Aira senyum lebar, sambil pegang tangan Aldo. "Ma... aku hamil, usia kandingannya udah 2 minggu." Aira melihatkan hasil USGnya tadi kepada Stela.
Stela langsung diem beberapa detik, matanya nyaris nggak percaya. Terus, tiba-tiba air mata mulai keluar, dan dia nggak bisa nahan perasaan. "Aira... beneran kamu hamil?" suaranya bergetar, kayak nggak percaya. Aira membalas dengan anggukan.
"Mama bakal punya cucu?"
"Iya maa..."
"Alhamdulillah nak, jaga bayi kalian dengan baik, dan jaga pola makan. Jangan makan sembarangan yang ga sehat."
"Iya ma, Aira tau kok."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...THANKS FOR READING😇💋...