Sequel dari Pesona Setelah Menjadi Janda
(Mohon untuk membaca novel sebelum nya agar kalian tidak bingung)
***
Arra yang kini berusia 18 tahun, baru saja memasuki dunia perkuliahan. Banyak hal yang berubah dalam diri gadis itu. Namun hanya satu hal yang tidak berubah, yaitu sebagai pacar dari Leo Rexander.
Meski tidak pernah di akui oleh Arra, Leo selalu kekeh mengenai hubungan mereka. Sehingga tidak sedikit orang yang mengira jika Leo hanya lah seorang pembual. Dan hal tersebut membuat beberapa laki-laki berusaha mendekati Arra.
Mau tau bagaimana keseruan Arra dan Leo menjalani kehidupan mereka? Tetap beri dukungan kalian agar author semangat untuk update setiap hari 🤗
Happy reading guys ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Ospek
Terlihat di salah satu universitas ternama segerombolan orang yang memakai pakaian putih hitam memenuhi lapangan. Mereka terbagi menjadi dua, dimana laki-laki dan perempuan berbeda barisan. Hari ini adalah hari pertama ospek untuk para mahasiswa/i baru atau yang biasa di singkat maba.
"Perkenalkan nama saya adalah Biantara. Kalian bisa panggil saya kak Bian. Saya menjabat sebagai ketua BEM disini." kata seorang pria berperawakan tinggi yang berdiri di hadapan semua orang.
Aura nya terlihat begitu kuat. Dengan mata tajam, hidung mancung, rahang yang tegas dan alis tebal, membuat pria itu akan disegani oleh siapa pun yang melihatnya. Namun yang cukup menarik, pria itu memiliki lesung pipi saat dia tersenyum meski hanya sebuah senyuman tipis.
Terik matahari begitu menyengat setiap orang, karena mereka yang berada di ruang terbuka.
Selain Biantara, sang ketua BEM, di samping nya juga berdiri beberapa laki-laki dan perempuan yang bertugas sebagai panitia ospek.
Biantara meminta mereka untuk memperkenalkan diri satu persatu secara bergantian. Setelah semua panitia selesai memperkenalkan diri, tiba-tiba seorang mahasiswi mengangkat tangan nya.
"Kak, maaf kepala saya pusing. Apa saya boleh istirahat sebentar?" tanya seorang gadis berambut panjang yang kuncir dua menggunakan pita serta memakai topi dari kertas koran.
"Kalau sakit kenapa tidak ijin dari awal?" tanya seorang panitia perempuan bernama Monica.
"Maaf kak, saya pusing karena nggak tahan sama cuaca panas." jawab gadis itu.
"Siapa nama kamu?"
"Arra kak."
Ya, gadis itu adalah Arrabella, si anak sulung dari keluarga Cassius. Keluarga terkaya nomor 4 di negara ini.
"Disini juga semua nya panas-panasan, bukan cuma kamu aja." ucap Monica dengan nada sedikit sinis.
Semua maba yang berada di sana terlihat menundukan kepala, karena merasa ngeri melihat ekspresi wajah kakak tingkat mereka tersebut.
"Maaf kak." Arra akhirnya mengurungkan niat nya untuk meminta ijin beristirahat meski kepala semakin merasa pusing.
Tiba-tiba seorang laki-laki dari barisan maba berdiri dan berjalan dengan santai nya menuju barisan maba perempuan.
Banyak perempuan, baik dari barisan maba dan panitia ospek yang terpesona dengan ketampanan laki-laki tersebut. Wajah nya yang terkena cahaya matahari tidak mengurangi kesempurnaan ciptaan Tuhan satu itu.
Laki-laki itu berhenti di samping Arra yang duduk di barisan paling pinggir.
"Berdiri." perintah nya pada Arra.
Arra terkejut melihat apa yang di lakukan oleh laki-laki yang sangat ia kenal tersebut. Tanpa suara, Arra meminta laki-laki itu untuk pergi dari hadapan nya, namun sayang nya tidak di hiraukan sama sekali.
"Hei kamu yang disana, siapa yang mengijinkan kamu untuk berdiri di samping gadis itu?" teriak seorang laki-laki yang bernama Renald.
Laki-laki itu yang masih berdiri di samping Arra sama sekali tidak memperdulikan teguran Renald.
"Arra, berdiri. Gue nggak mau lo pingsan disini." ucap laki-laki itu yang mulai menarik lengan Arra agar gadis itu berdiri.
"Leo, kamu ngapain sih?" protes Arra dengan suara tertahan agar hanya Leo saja yang mendengarnya.
Ya, laki-laki itu adalah Leo Rexander. Laki-laki yang selalu menjadi bayangan seorang Arrabella Cassius dimana pun gadis itu berada.
"Gue bilang berdiri, Arra. Kita istirahat sebentar sampai kepala lo nggak pusing lagi." ucap Leo yang dengan sedikit tenaga nya menarik Arra agar berdiri.
"Kamu pikir ini kampus bapak kamu apa?" teriak Renald lagi yang berjalan mendekati Leo dan Arra.
Arra langsung menundukan. Ini adalah hari pertama nya dan dia sudah mendapatkan masalah karena Leo.
Leo masih tidak memperdulikan teguran kedua dari Renald, sehingga membuat para maba dan panitia ospek lain nya berbisik-bisik karena keberanian laki-laki tersebut.
Dengan kasar Renald menarik bahu Leo agar berbalik menghadap kearah nya.
"Lo tuli ya? Nggak dengar gue dari tadi ngomong." bentak Renald tepat di depan wajah Leo.
Leo menatap datar kakak tingkatnya itu. Tidak ada ekspresi apapun di wajah laki-laki itu.
"Gue cuma ngerti bahasa manusia, kalau bahasa pohon gue nggak ngerti " ucap Leo dengan nada dingin.
Renald cukup terkejut melihat sikap berani Leo tersebut.
"Jadi maksud lo, gue bukan manusia?" tanya Renald yang sudah mengeraskan wajahnya karena marah.
"Bagus kalau lo sadar. Karena kalau semua panitia adalah manusia, mereka nggak akan ngelarang orang yang sakit untuk istirahat."
Renald mengepalkan kedua tangan nya. Andai saja saat ini hanya ada mereka berdua, tentu dia sudah memukul wajah maba di hadapan nya itu.
"Kamu boleh istirahat." seru Bian memecah ketegangan antara Leo dan Renald.
Arra yang sejak tadi hanya berdiri dengan menundukan wajahnya, melirik kearah Bian.
"Saya sudah nggak apa-apa kak. Maaf karena sudah membuat keributan." ucap Arra dengan wajah yang sudah memerah karena malu menjadi pusat perhatian semua orang.
Tanpa di duga, Leo menarik Arra dan berjalan meninggalkan lapangan. Arra sempat protes, namun Leo sama sekali tidak memperdulikan nya.
Sedangkan Renald, laki-laki itu meninju angin saking merasa kesal dengan kesongongan Leo tadi.
Bian memperhatikan Leo dan Arra yang berjalan meninggalkan lapangan dengan mata elang nya. Laki-laki itu cukup kagum dengan keberanian Leo.
Renald sudah kembali ke barisan para panitia. Dia terlihat menggerutu serta mengumpat dengan pelan yang tertuju untuk Leo. Bian akhirnya memutuskan untuk semua maba beristirahat sejenak, karena cuaca memang sangat panas.
"1 jam lagi semua nya berkumpul di auditorium. Mengerti?" ucap Bian pada seluruh maba yang sudah berdiri dan bersiap untuk.meninggalkan lapangan.
"Mengerti kak." jawab seluruh maba dengan serempak.
***
"Leo kamu apa-apaan sih?" protes Arra setelah ia duduk di salah satu kantin kampus nya.
Leo tidak menghiraukan protesan Arra. Dia berlalu menuju salah satu stand yang menjual makanan serta minuman dingin.
Arra menggeram kesal karena Leo mengacuhkan diri nya. Dengan perasaan kesal, Arra merebahkan kepalanya ke atas meja.
Tak berapa lama, sebuah air mineral botol dan juga susu rasa stroberi sudah berada di depan mata nya. Arra mengangkat wajahnya, lalu melihat Leo yang duduk di kursi yang ada di hadapan nya.
Leo meraih air mineral itu lalu membuka tutupnya dan menyerahkan nya pada Arra.
"Minum." ucap Leo pada Arra.
Arra yang masih merasa kesal, membuang muka kearah lain tanpa mengambil air mineral tersebut.
"Apa perlu gue bantu lo buat minum?" tanya Leo.
Arra berdecak kesal, lalu dengan kasar mengambil air mineral itu dan meneguknya hingga tersisa setengah.
Leo memperhatikan Arra dengan tangan yang terlipat di depan dada dan punggung bersandar pada kursi.
Arra meletakan botol itu dengan kasar ke atas meja. Kekesalan nya pada Leo masih sangat ia rasakan.
"Ini pesanan nya." tiba-tiba seorang wanita yang menggunakan apron meletakan sepiring nasi goreng di atas meja.
Arra tersenyum lalu mengucapkan terima kasih, setelahnya wanita itu pergi meninggalkan mereka.
"Makan." lagi-lagi Leo memerintah Arra.
"Leo, kamu dari tadi main perintah terus ya sama aku. Nyebelin banget sih."
Leo tidak menjawab, tapi tatapan tajam nya lah yang memberikan jawaban pada Arra jika dia saat ini tidak ingin di bantah sama sekali.
Masih dengan perasaan kesal, Arra menarik sepiring nasi goreng mendekat kearahnya lalu mulai menyantap nya secara perlahan.
"Habiskan, kalau nggak, lo nggak boleh lanjut ikut ospek hari ini." ucap Leo yang juga mulai menyantap nasi goreng milik nya.
Arra tidak menyahut, namun dia mengomel di dalam hati. Dia merutuki Leo karena terus mengikuti nya kemana pun ia pergi, bahkan masuk ke universitas yang sama.
"Wah, si gadis manja lagi asik makan nasi goreng nih. Nggak sadar ya baru aja bikin kehebohan." tiba-tiba sebuah sindirin Arra dengar dari arah belakang nya.
Monica dan 2 orang perempuan yang Arra lupa siapa nama mereka, sudah berdiri di samping meja nya.
Arra langsung berhenti makan, dan berdiri.
"Maaf kak." ucap Arra seraya menundukan wajah nya.
"Kalau lo pikir karena lo anak orang kaya terus mau berbuat seenaknya, mending suruh bokap lo buat bikin kampus sendiri." seru Monica dengan raut wajah yang terlihat sinis.
Arra hanya diam, dia merasa tidak enak hati karena kejadian tadi.
"Iya kak, saya minta maaf."
Monica melirik kearah Leo yang sudah menatap tajam kearahnya.
"Lo juga, songong banget sama kakak tingkat. Emang lo pikir lo siapa disini, hah?" gertak Monica pada Leo.
Leo mengangkat sebelah alisnya, lalu melipat kedua tangan di depan dada.
"Gue akan bertindak selama itu menyangkut pacar gue. Selebihnya, gue nggak akan perduli dengan apapun." jawab Leo dengan datar.
Monica tersenyum miring, "oh ini pacar lo ya? Rendah banget selera lo mau pacaran sama cewek manja kayak dia."
"Rendah itu kalau ada laki-laki yang suka sama modelan ani-ani kayak lo."
Arra merutuki mulut tajam Leo. Bisa-bisa nya laki-laki itu berani melawan kakak tingkat di hari pertama mereka menjadi maba.
Sedangkan Monica, dia mengepalkan kedua tangan karena merasa tidak terima dengan ucapan Leo. Kedua teman nya yang berdiri disamping nya pun terkejut melihat keberanian Leo tersebut.
"Lo bilang apa? Gue ani-ani? Lo belum tau gue siapa, hah?" seru Monica dengan wajah memerah karena menahan amarah.
"Gue nggak peduli dan nggak mau tau lo siapa. Seperti yang gue bilang, gue nggak peduli sama siapapun selain pacar gue."
monica menggeram marah, lalu berjalan mendekati Leo dengan maksud menampar wajah laki-laki tersebut.
Namun baru saja mengangkat tangan kanan nya, suara bariton mengalihkan perhatian mereka semua.
"Ada apa ini? Apa perdebatan di lapangan di lanjutkan disini?"
Monica langsung menurunkan tangan nya saat melihat Biantara sudah berdiri di hadapan mereka. Biantara adalah kakak tingkatnya, terlebih laki-laki itu adalah ketua BEM, tentu membuatnya takut.
"Maaf kak, tapi dia yang duluan. Bahkan dia menghina saya." ucap Monica yang mana raut wajahnya berubah menjadi lebih tenang.
Biantara menatap kearah Leo, memberi kode agar Leo memberi penjelasan kepada nya.
"Lo percaya sama omongan dia?" tanya Leo yang sama sekali tidak merasa terpengaruh dengan kehadiran Biantara.
"Heh, lo nggak sopan banget ya sama kak Bian. Dia itu kakak tingkat dan juga ketua BEM." tegur Monica karena tidak suka dengan cara bicara Leo pada Biantara.
"Kak, maaf ini cuma ada kesalahpahaman." ucap Arra. Dia merasa jika dirinya hanya diam, suasana akan semakin memanas dengan perdebatan Monica dan Leo.
Biantara beralih menatap Arra.
"Kamu masih pusing?" tanya Bian.
"Sudah nggak kak. Maaf sudah bikin keributan di hari pertama ospek." ucap Arra dengan perasaan bersalah.
"Syukurlah kalau kamu sudah baikan. Kalau memang masih pusing, kamu bisa pergi keruang kesehatan."
"Nggak perlu perhatian sama pacar gue. Gue udah lebih dari cukup buat ngurusin dia." ujar Leo dengan tatapan tajam nya.
Bian menatap Leo. Akhirnya kedua laki-laki itu beradu tatapan tajam yang mana Arra berdiri di antara mereka berdua.
"Kenapa? Lo takut gue ngerebut pacar lo?" tanya Biantara dengan raut wajah terlihat tenang.
Leo tersenyum miring, "untuk apa gue takut? Bahkan pacar gue nggak pernah melirik cowok lain."
"Arra." panggil Biantara yang membuat Arra mengangkat wajah nya.
"Lo lihat?" ujar Biantara pada Leo.
"Tapi lo nggak perhatikan dengan baik, bro. Arra nggak ngeliat ke lo tapi kesamping lo."
Biantara mulai mengalihkan pandangan nya, dan benar saja Arra tidak menatap langsung ke wajah nya melainkan ke bahu nya.
Leo langsung menarik Arra untuk pergi. Untung saja mereka sudah sempat menghabiskan setengah nasi goreng tersebut, sehingga cukup untuk mengisi perut mereka hingga beberapa jam kedepan.
Biantara berdiri mematung. Baru kali ini seorang perempuan tidak menatap wajah nya secara langsung. Dan itu mengusik diri nya.
Sedangkan Monica dia juga terdiam, karena merasa kesal dengan apa yang terjadi barusan. Dia berjanji akan memberi pelajaran pada kedua adik tingkat nya tersebut nanti.