Yunan dilahirkan dari seorang wanita miskin. Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Namun, keadaan yang serba kekurangan tak mampu membuatnya bahagia. Diusianya yang sudah menginjak dewasa, Yunan merantau ke kota. Ia bekerja sebagai asisten dari gadis cantik yang bernama Casandra.
Siang malam ia selalu mendampingi wanita itu hingga kesalah pahaman terjadi. Mereka dinikahkan karena dianggap melakukan asusila. Casandra pun terpaksa menerima pernikahan itu. Meski tidak ada cinta ia tak bisa menghindar.
Yunan tinggal di rumah mertuanya karena mereka tak memiliki tempat tinggal. Ia diperlakukan layaknya seorang pelayan. Pun istrinya yang tak mencintainya juga ikut menyudutkan dan menyalahkan kehadirannya. Meski begitu, Yunan tak ambil pusing karena ia sangat mencintai Casandra.
Hingga suatu saat, seseorang datang dan mengatakan bahwa Yunan adalah putra dari keluarga ternama di belahan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan terakhir
Hampir dua jam Yunan berbaring di samping Cassandra, ia tak bisa tidur. Pikirannya terus terusik tentang DM yang dikirim sang istri. Seharusnya disaat genting, lebih mudah dengan WA, tapi kenapa wanita itu malah mencari akun sosial medianya?
Menoleh ke arah Cassandra yang sudah terlelap. Menyelimuti sebagian tubuhnya lalu terbangun. Menatap ponsel yang ada di meja. Tangannya mengulur mengambil benda pipih itu. Semenjak mereka bertemu, ini pertama kali ia memegang benda milik Cassandra.
Karena penasaran, Yunan mencoba membukanya. Ternyata memakai sandi. Alhasil, ia harus berputar demi mengambil sidik jari sang pemilik. Kemudian membawanya keluar dari kamar. Takut Cassandra terbangun dan mengetahui aksinya. Meskipun sebenarnya tidak apa-apa.
Membuka laman kontak dan mencari namanya. Berulang-ulang men-scroll ke bawah. Membaca satu-persatu nama yang berawalan Y. Tidak ada satupun nama Yunan atau Abimanyu.
Beralih ke aplikasi whatsapp dan mencarinya di sana. Ternyata sama, tidak ada kontaknya, bahkan beberapa chat yang dikirim beberapa waktu lalu pun tidak ada. Padahal, pesan dari orang lain dan dihari Yany sama masih utuh.
Ternyata dia tidak menyimpan nomorku. Tersenyum getir.
Hatinya kembali sekeras batu. Ia yang tadi akan kembali luluh dan memperjuangkan cintanya kini memudar. Fakta itu membuat hatinya terlalu tersayat bak dirobek layaknya kain. Sungguh, menyakitkan.
''Sekarang aku tahu, kalau kamu memang tidak pernah menganggapku ada, Ndra. Kamu hanya menginginkanku disaat butuh seperti ini. Aku yang bodoh terlalu percaya dengan bibir manismu.'' Mengepalkan tangannya. Terlalu benci dengan keadaan ini.
Bangkit dari duduknya dan keluar. Membuka pintu mobil bagian depan dan meletakkan ponsel miliknya di sana. Kemudian ia masuk untuk mengembalikan ponsel milik Cassandra. Berbaring di tempat semula sembari merencanakan sesuatu yang jitu untuk membuat wanita itu menyesal seumur hidupnya.
Malam begitu cepat berlalu. Kicauan burung terdengar dari balik jendela menandakan pagi menyapa. Cassandra mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa berat. Menoleh ke arah Yunan yang tampak menjalankan kewajibannya di depan lemari. Dilihat dari duduknya yang bersila, sepertinya pria itu sudah selesai.
''Kenapa kamu gak bangunin aku?''Cassandra terbangun dan duduk di tepi ranjang.
''Bukannya kamu sendiri yang gak mau dibangunin,'' jawab Yunan menohok.
''Mulai hari ini aku mau dibangunin. Aku juga pengen seperti kamu.'' Duduk di belakang Yunan dan memeluk pria itu dari belakang.
Entah kenapa, tiba-tiba hati Cassandra takut kehilangan Yunan. Padahal, selama ini ia yang ingin pria itu pergi jauh dan tak pernah kembali. Namun sekarang terbalik…ingin selalu bersamanya dalam suka dan duka. Tidak peduli dengan hasutan Margareth. Ia memutuskan untuk hidup bersama dengan sang suami yang selama ini disia-siakan.
Yunan mengendurkan tangan Cassandra yang melingkar di perutnya. Menoleh ke arah wanita itu. Banyak hal yang ingin ia ungkapkan, namun harus dengan cara yang mumpuni.
''Kita harus bicara,'' ucap Cassandra menghentikan Yunan yang hampir berdiri.
''Nanti saja, aku mau telepon ibu dulu, takut dia khawatir,'' jawab Yunan tetap berdiri.
"Memangnya ibu di mana?" Cassandra mengikuti langkah Yunan menuju ranjang. Baru sadar, bahwa Layin tidak ada di rumah.
''Di rumah saudaranya,'' jawab Yunan asal.
Menyingkirkan benda-benda yang ada di meja. Mengangkat bantal dan juga selimut. Membuka lemari tempat baju dan beralih membuka rak buku. Berkacak pinggang seperti orang kebingungan.
''Hp ku kok gak ada ya? Apa kamu melihatnya?" tanya Yunan pada Cassandra.
Wanita itu menggeleng tanpa suara. Ikut membantu mencarinya di setiap tempat terselip sekalipun.
''Coba panggil aja pakai HP mu. Ada nada deringnya kok,'' suruh Yunan pura-pura.
Seketika Cassandra mengambil ponsel miliknya. Namun, tangannya hanya mengambang di atas keyboard. Mengingat ia tak menyimpan nomor pria itu.
''Kenapa?'' Yunan duduk di samping Cassandra. Matanya menatap layar ponsel yang menyala. Masih pura-pura tak tahu apa yang terjadi pada sang istri. Ingin wanita itu yang menjelaskan.
"Ak-aku __" Menghentikan ucapannya yang sangat terdengar ragu.
''Sebegitu jijiknya padaku sampai nomorku saja tidak kamu simpan.'' Menepis tangan Cassandra yang hampir memeluknya.
''Ini gak seperti yang kamu kira, Yunan. Waktu itu Hp ku di restad ulang dan aku lupa menyimpannya lagi,'' elak Cassandra sembari menitihkan air mata.
Yunan merebut ponsel itu dengan paksa dan membuka beberapa pesan masuk. Tepatnya menunjuk sebuah pesan tujuh hari yang lalu dan belum dihapus.
''Di hari yang sama aku mengirim pesan ke kamu, Ndra. Aku menanyakan kabarmu. Memastikan kondisi kamu. Jika waktu itu lupa menyimpannya lagi, kamu masih punya nomorku lewat pesan itu. Tapi mana? Bahkan kamu sudah menghapus semuanya." Mengembalikan ponsel milik Cassandra.
''Sekarang semua sudah jelas. Apa artinya aku di matamu." Membalikkan badan, memunggungi Cassandra yang mulai tenggelam dalam tangis.
''Aku minta maaf, Yunan,'' ucap Cassandra tersendat. Ia berlutut dan merangkul kedua kaki sang suami dari belakang.
Sungguh, sangat menyesal dengan perbuatannya. Andai saja waktu bisa dikembalikan, mungkin ia akan lebih waspada lagi dan tidak terjebak seperti ini. Sayangnya… semua sudah terlanjur. Nasi sudah menjadi bubur dan tak bisa dikembalikan lagi. Yunan membungkuk dan membantu Cassandra berdiri. Kini mereka saling bertatap muka dengan sorot mata yang berbeda.
''Aku hanya manusia biasa yang punya batas kesabaran. Satu tahun kita menikah, tak sekalipun kamu menghargai perjuanganku. Oke, aku terima karena aku sangat mencintaimu. Aku gak akan mengungkit masalalu kita. Tapi kali ini kesalahanmu sangat fatal, Ndra. Aku gak bisa menerimamu lagi. Mungkin, perpisahan ini adalah jalan yang terbaik untuk kita,'' terang Yunan panjang lebar.
Tangis Cassandra pecah. Ucapan itu memang tak begitu keras, namun ia melihat ada kemarahan yang sangat besar di matanya. Wajar saja Yunan tak terima, seandainya ia yang berada di posisi pria itu, pasti juga akan merasakan hal yang sama. Sakit tak berdarah.
''Beri aku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki semua kesalahanku. Kamu pernah bilang ingin memiliki istri yang tidak berkarir, 'kan? Aku akan kabulkan. Aku akan melepas pekerjaanku demi bisa bersamamu,'' ungkap Cassandra serius.
''Tapi maaf, aku tidak bisa.'' Yunan mengusap pipi Cassandra yang dipenuhi dengan air mata.
Meski hatinya masih sangat berat. Ia tetap dengan keputusannya. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk meniti kehidupan yang lebih baik. Dengan begitu, bisa melupakan cinta pertamanya dan juga masalalu yang begitu pahit saat diingat.
''Mungkin, ini akan menjadi pertemuan terakhir kita. Tapi aku akan terus berdoa, semoga kamu mendapatkan laki-laki yang lebih baik dariku.''
Sejauh ini tidak ada laki-laki yang lebih baik darimu, Yunan. Demi apapun aku gak akan membiarkanmu pergi.
Cassandra memeluk Yunan dengan erat dan menumpahkan sisa air matanya di dada bidang sang suami
pintar tp dungu
ya sdh ego saja yg kau gunakan mentang2 kaya trs bgtu bertindak yg katanya sesuai nalar, poligami itu berlaku kl manusia benar 2 adil, lhah km memilih utk emosi? bkn kata hati hrs bisa bedakan ya