***++ Harus bijak memilih bacaan ya guys...
Malam panas satu malam ku dengan lelaki asing membuatku tidak bisa lepas dari lelaki itu. Belakang aku tahu ia adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Mamaku dan kebetulan lelaki itu adalah Dokter yang merawat mamaku. Ia srorang duda yang haus akan hubungan panas di atas ranjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qolbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 KURANG MEMUASKANKAH AKU TADI?
Saat itu banyak orang langsung berhambur menuju ke arahku dan aku melihat si pemilik kendaraan yang keluar dari dalam kendaraannya Ia pun juga langsung berhambur menuju ke arahku dan menatapku untuk beberapa saat sebelum Ia memutuskan untuk langsung terduduk jongkok di sampingku.
"Apakah kau baik-baik saja?" ia bertanya pada aku di sela-sela hiruk pikuk beberapa orang yang saat itu Tengah mengomentari keadaanku dan bahkan Mereka sibuk untuk mengambil potret.
aku menganggukkan kepala sembari tersenyum karena memang saat itu aku baik-baik saja namun aku merasakan bagian lututku yang terbuka saat itu mengenai aspal jalan dan sudah bisa dipastikan lututku lecet saat itu tanpa pikir panjang lelaki itu pun langsung beranjak dari tempatnya dan langsung meraih tubuhku membawaku menuju ke arah mobil dan melajukan mobil yaitu meninggalkan tempat membawaku menuju ke rumah sakit pusat kota di mana Rumah Sakit itulah yang akan aku tuju.
tidak membutuhkan waktu lama mobil itu pun sampai di rumah sakit ia kemudian membuka pintu mobil itu namun ketika aku akan turun dari mobil tersebut ia langsung meraih tubuhku lagi dan membawaku masuk ke dalam unit gawat darurat.
"aku bisa berjalan sendiri Kau tidak perlu membopongku seperti ini," Aku melontarkan protesku padanya karena ia tanpa permisi tanpa aba-aba langsung membawaku masuk begitu saja dan setelah ia masuk ke dalam ia tidak langsung meletakkanku pada salah satu ranjang yang kosong tapi ia langsung berteriak memanggil dokter seolah ia telah kebakaran jenggot.
aku begitu terkejut ketika melihat ekspresinya bahkan saat itu datang beberapa dokter yang memang berjaga di sana ditambah beberapa perawat yang juga ada di sana termasuk dokter Rafandra kebetulan dokter itu pun ada di sana.
"lihatlah pemuda zaman sekarang Mereka tampak begitu manis sekali bahkan saat kekasihnya terluka ia bersikap seperti kekasihnya akan melahirkan saja, padahal bukannya hanya lecet saja bukan luka yang serius," dokter Rafandra saat itu mendengar ocehan dari beberapa perawat di sana membuat lelaki itu langsung ikut berhambur untuk menyaksikannya meskipun saat itu dokter itu tahu bahwa yang ada di sana itu adalah aku. aku melihat dokter itu Tengah berusaha untuk menyelinap sampai ke arahku aku bisa melihat tatapan tajam kedua matanya yang menatapku ditambah ekspresi wajahnya yang tampak begitu menyeramkan Saat melihatku dalam pelukan lelaki lain.
"Dokter tolong..." aku mendengar lelaki yang saat itu membopongku meminta tolong tetapi ia belum menyelesaikan ucapannya aku melihat dokter Rafandra sudah bergerak dengan sigap, ia mengambil paksa tempat obat dari salah satu petugas kesehatan di sana dan membawanya ke arahku.
"kalian pergi saja ini biar aku yang urus," antara sedih dan juga senang ketika dokter Rafandra sendiri yang akan membersihkan lukaku di mana Aku tidak tahu apakah nanti ia akan memarahiku habis-habisan ketika aku sampai di rumah atau lelaki itu akan membuat lukaku semakin parah.
"Kenapa Dokter Rafandra sendiri yang turun tangan hanya karena luka kecil seperti itu saja?" aku mendengar beberapa tenaga kesehatan yang ada di sana dan melihat Dokter Rafandra mengobatiku. tanpa bicara lelaki itu pun langsung membersihkan lukaku begitu saja bahkan seolah ia tidak peduli Apakah aku kesakitan karena usapan kasar dari kapas kasa yang ada di tangannya tersebut.
"pelan-pelan dokter kalau kau tidak bisa untuk bersikap lembut pada wanita biar aku saja yang melakukannya aku bisa melakukannya sendiri," ucap lelaki yang saat itu Tengah berdiri di sampingku ketika melihatku meringis kesakitan karena ulah Dokter Rafandra. namun lelaki itu tidak menghiraukannya ia bahkan tidak menatap pada wajah lelaki yang saat itu berdiri di sampingku. Ia hanya menatapku dengan tatapan mematikannya.
"Aku tidak tahu kenapa di rumah sakit elit seperti ini ada dokter yang memperlakukan pasiennya dengan kasar," aku mendengar lelaki yang ada di sampingku itu lagi menggerutu.
"Maaf... tadi Dokter Rafandra adalah Dokter spesialis terkenal di rumah sakit kami," aku mendengar salah seorang Dokter yang menjawab ucapan lelaki itu. Terlihat dari jas kedokteran yang tengah lelaki itu pakai.
"kalau kau bisa melakukannya sendiri kenapa kau membawanya kemari," ucap balasan dokter Rafandra yang mampu membuat lelaki yang ada di sampingku itu pun terdiam dan seolah lelaki itu tidak ingin masalah itu sampai di sana ia akan membalas ucapan dari dokter Rafandra namun saat itu aku langsung mencoba untuk menghentikannya.
"sudah aku sudah tidak apa-apa, lagian harusnya tidak usah dibawa ke rumah sakit juga aku akan sembuh dengan sendirinya luka kecil seperti ini bagiku bukanlah apa-apa," aku mencoba untuk memberitahu pada lelaki itu bahwa aku tidak ingin apa yang terjadi di sana terus berlanjut. aku melihat dokter Rafandra yang tampak kesal beranjak dari tempatnya dan pergi begitu saja meninggalkanku.
"Kamu tunggu di sini dulu aku akan membayar administrasinya," lelaki itu kemudian memberitahuku aku pun langsung menganggukinya karena aku tidak ingin berada di sana lama-lama. dan sesaat saja aku bisa mendengar dari ponselku yang bergetar tanda ada pesan masuk dan aku pun langsung membukanya ketika aku tahu pesan itu dari siapa.
"Jadi kau minta turun lebih jauh dari rumah sakit itu karena kau ingin bertemu dengan lelaki itu ya?" mulutku terbuka kedua mataku membelalak ketika aku membaca pesan yang baru saja aku buka tersebut aku begitu terkejut karena ternyata yang aku khawatirkan itu memang benar adanya.
"habislah aku apa yang aku lakukan Sudah benar-benar membuatnya marah," dan saat itu dari kejauhan aku melihat lelaki yang tadi pergi meninggalkanku datang kembali menuju ke arahku dengan membawa minuman di kedua tangannya Ia pun segera memberikan minuman itu padaku Aku menolaknya tetapi lelaki itu seakan memaksa agar aku meminum minuman tersebut agar aku memiliki tenaga setelah aku jatuh tadi padahal aku jelas tahu bagaimana kondisi tubuhku jika aku baik-baik saja.
"terima kasih banyak," akhirnya aku menerima minuman tersebut kemudian meneguknya beberapa kali tegukan.
"Kenalkan nama aku Rendi, kamu?" ia memperkenalkan namanya dan aku hanya bisa menjawab dengan namaku.
"Jasmine," aku melihatnya menganggukkan kepala beberapa kali sembari tersenyum tanda lelaki itu mengerti.
"Oh ya Jasmine alamatmu di mana Aku akan mengantarkanmu pulang sampai ke rumah maafkan aku tadi aku tidak sengaja akan menabrakmu di jalan," aku tersenyum kemudian menggelengkan kepalaku tanda aku baik-baik saja dan aku tidak membutuhkan lelaki itu untuk mengantarkanku sampai ke rumah.
"Kenapa?" lelaki itu bertanya seolah yang tidak mengerti kenapa aku menggelengkan kepala saat ia bertanya tentang alamat rumahku.
"tidak perlu kau mengantarkanku pulang ke rumah terimakasih banyak karena kau sudah membawaku sampai ke rumah sakit ini harusnya kau juga tidak perlu untuk mengantarkanku sampai ke rumah sakit ini karena aku baik-baik saja. Jadi sepertinya kita harus berpisah di sini saja terima kasih banyak ya atas semuanya," Aku mengucapkan rasa terima kasih kepada lelaki itu kemudian aku mencoba untuk turun dari atas ranjang yang saat itu aku tempati Namun karena kakiku belum terbiasa akhirnya aku sedikit oleng dan lelaki itu pun menangkap tubuhku dan semua orang yang ada di sana pun juga bisa melihat kedekatan kami apa yang kita lakukan menyita perhatian mereka. termasuk Dokter Rafandra.
"terima kasih banyak sekali lagi karena kamu sudah menolongku Aku tidak akan pulang ke rumah aku akan menjenguk temanku yang sakit dulu di sini jadi lebih baik kita berpisah di sini saja ya," Aku berusaha untuk menghindari lelaki itu agar lelaki itu tahu jika aku tidak ingin bertemu dengannya lagi ditambah lagi ada sepasang mata yang sedari tadi terus menatap tajam ke arah Aku bahkan untuk menatapnya kembali aku tidak sanggup.
"kenapa kau terus menolakku dari tadi Apakah kau takut kalau nanti orang rumahmu akan marah karena melihatmu terluka seperti ini?" lelaki itu berusaha untuk mencari tahu karena ia jelas tahu dengan keadaannya saat itu dan dengan paras wajahnya serta ketampanannya saat itu tidak ada gadis manapun yang akan menolak niat baiknya.
"sepertinya bukan itu yang aku khawatirkan tapi di rumah suamiku pasti akan marah kalau aku pulang bersama dengan lelaki lain jadi lebih baik aku akan menelpon suamiku untuk menjemputku," ternyata ucapan yang aku lontarkan itu mampu membuat lelaki yang ada disampingku itu pun terdiam mematung di tempatnya Ia tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan tersebut meskipun kenyataannya Itu semua memang bohong.
"tidak mungkin kau sudah memiliki suami karena usia sepertimu harusnya masih kuliah dan belum lulus kuliah, Jadi kau jangan membodohiku," aku mendengar lelaki itu yang tampak menyangkal intinya karena Mungkin ia terlalu percaya dengan instingnya sendiri karena instingnya tidak pernah meleset sebelumnya.
"kau tidak percaya kalau aku sudah memiliki suami?"
"Ya,"
"kau mau aku membuktikannya padamu kalau aku sudah memiliki suami?" aku melihat lelaki itu pun menganggukkan kepalanya tanda ia memang benar-benar begitu penasaran dengan suamiku.
"Oke," akhirnya aku mengambil ponselku kemudian aku memencet tombol Dokter Rafandra. hampir seluruh ruangan itu pun terkejut begitu saja ketika mendengar dering ponsel dokter Rafandra tanda ada panggilan masuk di sana. bahkan untuk sesaat aku dapat melihat tatapan mereka semua tertuju pada dokter Rafandra yang tidak jauh dari tempatku berada. aku melihat lelaki itu segera pergi meninggalkan tempatnya dan aku tidak tahu ia pergi ke mana tapi sesaat kemudian ia langsung mengangkat panggilan teleponku tersebut.
"Hemz..." deheman pertama kali yang lelaki itu suarakan.
"Suamiku... kau sudah pulang kerja?"
"Ada apa Aku masih sibuk di kantor,"
"tidak apa-apa aku hanya ingin mendengar suaramu saja,"
"Kurang memuaskanmukah aku sampai-sampai kau merindukanku seperti ini,"