Aresha adalah gadis jenius, dia menyembunyikan identitas asli dan hidup sebagai Disha sejak kecil untuk menghindari ancaman musuh keluarga. Mengenakan kacamata tebal, Disha menutupi pesonanya dengan penampilan yang sederhana sambil diam-diam menyelidiki identitas musuh-musuhnya.
Suatu penyelamatan darurat, Disha berpartisipasi dalam penyelamatan nyawa pasien VVIP bernama Rayden, kemunculan Rayden membuat Disha menyadari adanya bau musuh yang muncul.
Di saat yang sama, karena Disha Rayden teringat pada gadis hilang yang dia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa sepengetahuan satu sama lain, keduanya mulai diam-diam mengawasi gerak-gerik masing-masing.
Apakah Rayden adalah musuh keluarga yang harus Disha hindari? Keterikatan macam apa yang terjadi di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGD Bab 12 - Menatap Wajahnya Lekat
Dara tersenyum kecil, sedikit menunduk menutupi wajahnya yang tersipu malu. Siapa yang tidak akan tergoda ketika sudah diberi hadiah kedipan mata genit dari seorang Rayden.
Dara hanyalah gadis normal biasa, diperlakukan seperti itu rasanya sudah terbang ke langit ke 7. Hatinya bahkan mulai berdebar.
Namun dari semua rasa itu, dia harus bersikap profesional.
Begitupun Disha, meski berulang kali mendapatkan cemoohan, hal itu tidak membuatnya terpengaruh sedikitpun. Dia sudah biasa dan lebih mengutamakan pelayanan daripada perasaannya sendiri.
"Maaf Tuan, mari kita coba untuk duduk," ajak Dara, sengaja dia yang mengajak lebih dulu. Karena tidak mungkin Dhisa yang bicara, bagaimanapun kenyamanan Rayden adalah yang utama.
Rayden sudah membayar mahal untuk bisa mendapatkan penanganan terbaik dan kenyamanan di rumah sakit ini.
Dengan perlahan Disha merubah posisi ranjang agar sedikit naik di bagian punggung hingga kepala Rayden.
Dan setelah mendapatkan posisi yang tepat, Disha dan Dara pun membantu sang pasien untuk duduk mandiri.
Samuel yang ada disana pun dengan setia memperhatikan lekat, diam-diam mempelajari agar nanti bisa melakukanya sendiri.
Dan disaat Rayden sudah duduk, pria tampan berbadan kekar itu kemudian meringis nyeri. Tubuhnya sudah seperti robot yang karatan, sulit untuk bergerak.
"Aw!" ringisnya hingga membuat Dara dan Samuel merasa cemas, tapi Disha tidak. Karena dia sudah sangat tahu apa yang terjadi.
Bukan masalah besar, hanya saja pria ini yang manja.
"Anda baik-baik saja Tuan?" tanya Dara, dan dilihat oleh mereka semua Rayden yang mengangguk.
Disaat Dara sangat mencemaskannya seperti itu, Rayden malah terus menatap Disha dengan tatapan tajam.
Dia sudah berulang kali memancing gadis ini untuk marah, tapi wanita berkacamata bernama Disha itu malah hanya diam saja. Bahkan bersikap seolah semua ucapanya hanya sebagai angin lalu.
Kurang ajar, apa dia tidak tertarik dengan pesona ku? harusnya dia marah dan mencari kesempatan untuk bisa dekat denganku! geram Rayden, tentu saja hanya dia ucapkan di dalam hati.
Diacuhkan oleh wanita yang baginya paling buruk rupa di bumi ini tentu saja membuatnya tidak terima.
Sementara Tamara wanita yang paling sempurna saja sampai bertekuk lutut di hadapannya.
"Aku haus, kamu ambilkan aku minum," titah Rayden, tanpa kata tolong dia memerintahkan Disha untuk mengambil minum di atas meja.
Namun belum sempat Disha menanggapi, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, dan memperlihatkan sesuatu wanita cantik di ambang pintu, Rafaela berdiri disana.
Dia bahkan mampu mendengar keinginan Rayden tadi, yang haus dan ingin minum.
"Biar saya yang ambilkan untuk anda Tuan," ucap Rafaela langsung, meski tak sopan caranya masuk namun Rayden tak merasa keberatan sedikitpun, karena Rafaela adalah wanita yang cantik.
Gadis itu bergerak dengan cepat menyerobot Disha untuk menyingkir dari meja, dia siapkan sendiri segelas air putih itu.
"Mulai sekarang aku yang akan mengurus tuan muda Rayden, awas kamu kalau sampai mengadu pada dokter Anna," bisik Rafaela, bicara pelan namun penuh penekanan pada Dhisa. Dia akan merawat Rayden tanpa sepengetahuan Anna.
Selesai menuang air itu, Rafaela dengan segera memberikannya pada sang tuan muda.
"Silahkan Tuan," ucap Rafalea dengan sangat lembut. Rayden mengambil itu dan meneguknya, namun sorot kedua matanya tetap tertuju pada Dhisa.
Membuat Samuel hanya mampu mengerutkan dahi, melihat sikap sang Tuan.
Tidak, ku rasa tuan memang sengaja ingin mengerjai gadis ini. Tapi kenapa? apa tuan tertarik dengannya? ah tidak mungkin, andai tuan tertarik dengan perawat Disha, pasti sudah dia ajak kecan. Bukan dikerjai seperti ini. Aku harus segera mendapatkan informasi tentang perawat Dhisa. Batin Sam. Terbiasa peka dengan sekitar membuatnya terlalu banyak berpikir.
"Kemari," titah Rayden, memanggil Dhisa saat disampingnya sudah ada Dara dan Rafaela.
Mau tidak mau Disha pun menurut, mendekati ranjang itu.
"Bantu aku aku untuk minum, tanganku sakit."
"Biar saya yang bantu anda Tuan_"
"Tidak perlu," Potong Rayden pada ucapan Rafaela.
"Biar wanita buruk rupa ini bekerja sayang," ucap Rayden lagi, bicara lembut pada gadis cantik itu.
Setelahnya Disha pun membantu Rayden untuk meminum air itu, perlahan dia mengangkat gelas ketika sudah sampai di mulut pria menyebalkan ini.
Disha sangat fokus, tidak ingin Rayden tersedak dan mati. Bagaimanapun dia masih membutuhkan pria ini untuk membuka semua tabir di masa lalunya.
Saking fokusnya, Disha sampai tidak sadar jika dari jarak sedekat ini, Rayden mampu menatap wajahnya dengan lekat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sirami aku dengan keindahan bunga mawar melati semuanya indah dan vote setumpuk💃