Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Dua insan yang berniat bersama tetapi takdir tak merestui untuk terus bersua. Kinayu dan Satria hanyalah wayang dan Tuhan dalangnya. Mereka hanya mampu berencana tak mampu menentukan.
Kinayu menatap ke depan dengan mata berkaca-kaca, ingin menoleh rasanya begitu berat. Hatinya terasa ngilu dengan wajah tampak sendu.
Hingga sentuhan jemari Satria membuatnya segera menoleh ke arah pria yang menatapnya dengan mata teduh.
Dua tahun bersama tak mudah untuk melupakan, tapi hari ini Kinayu harus menjelaskan. Anggaplah dia terlalu naif, tapi sungguh ini bukan keinginannya.
Di beli dengan sejumlah uang adalah hal yang sangat buruk, harga dirinya hanya sebatas rupiah. Dan Kinayu harus kuat jika suatu saat ada yang tau alasan Yudha menikahinya. Hinaan pasti akan ia dapatkan dan keikhlasan yang harus ia pupuk dalam jiwa.
"Sudah siap bercerita?" tanyanya dengan nada lembut dan tangan yang menggenggam erat.
Kinayu menganggukkan kepala, memaksakan senyum dan menguatkan hati untuk merasakan tamparan dari setiap kekecewaan yang Satria perlihatkan.
"Aku sudah menikah." Kalimat pertama yang begitu berat tapi akhirnya lolos dengan sempurna. Air mata Kinayu jatuh melihat senyum Satria. Senyum penuh kesakitan yang ia tau tak akan mudah untuknya.
"Lalu?"
"Aku nggak bisa terus sama kamu, aku sudah memiliki suami. Dan harus bisa menjaga diriku sebagai istri." Kinayu menundukkan kepala, ia tak mampu melihat raut kekecewaan yang Satria pancarkan.
"Siapa?"
Kinayu menggelengkan kepala, tidak harus ia mengatakan siapa karena ia sendiri tak yakin jika Satria percaya.
"Orang kaya yang mampu melunasi semua hutang bapak."
Satria memejamkan mata dengan mengeratkan genggaman tangannya. Sakit, bukan karena penghianatan yang terjadi. Tapi karena dirinya merasa gagal dan tak mampu menyelamatkan sang kekasih dari segala masalah yang menimpanya.
"Maaf...."
Kinayu mengangkat kepala, menatap wajah Satria dengan tatapan tak percaya. Kenapa harus Satria yang minta maaf, seharusnya dia lah yang meminta maaf. Karena terpaksa tidak bisa melanjutkan hubungan.
"Aku yang salah, aku tidak bisa membantu apa-apa hingga kamu harus menggadaikan cinta kita. Andai aku banyak uang, aku tidak akan membiarkan kamu jatuh ke pelukan pria lain. Aku gagal, aku kalah, aku yang salah."
Kinayu menggeleng dengan cepat, hingga ia tak mampu menahan Isak.
"Bukan kamu, keadaan yang memaksa aku harus memutuskan itu. Maaf Satria, aku harus mengecewakan kamu. Sungguh aku tak ada niat menyakiti kamu. Aku terpaksa, tapi juga tak dapat menghindar dan aku tidak bisa meneruskan hubungan."
"Maaf...." lirih Satria.
Satria tak kuat menatap wajah sendu Kinayu dengan penyesalan yang tampak jelas di matanya kemudian menarik tubuh itu kedalam dekapannya, hingga tangis Kinayu pecah dan Satria pun ikut terisak.
"Maafin aku Satria, maafin aku...."
"Ssssttt......tenanglah Kinayu, tenang sayang. Aku janji akan menunggu jandamu, aku janji akan berusaha membayar semua uang yang telah pria itu keluarkan untukmu."
Kinayu melepas pelukan Satria, dengan kasar ia mengusap air matanya. Bukan itu yang ia inginkan, ia tidak mau menambah pikiran Satria dan menjadi beban untuknya. Dia lebih ikhlas melepas walaupun sakit harus terpisah dengan pria baik yang sangat menyayanginya.
"Jangan.....jangan lakukan itu. Uang itu terlalu besar, bahkan bekerja setahun pun tak cukup untuk melunasinya. Aku tidak mau menjadi beban dalam hidupmu. Ikhlaskan aku, itu yang terbaik untuk kita." Dengan rasa sakit yang ada Kinayu terus berusaha meyakinkan. Hingga ia menggenggam kedua jemari Satria dengan erat agar pria itu mengerti jika dirinya baik-baik saja.
"Tidak Kinayu, aku tau kamu tidak bahagia. Apa lagi sejak kemarin aku melihat keningmu terluka, bukan hanya itu. Kakimu pun tampak membiru. Suamimu kasar? iya? kamu dianiaya olehnya? katakan Kinayu!"
Lagi-lagi Kinayu menggelengkan kepala, bukan ia membela tapi memang bukan Yudha pelakunya.
"Bukan dia yang melakukannya Satria."
"Lalu siapa? siapa?"
Kinayu diam, dia tak mampu menjawab dan tak mau menambah masalah.
"Jika bukan suamimu lalu siapa? orang tuanya? istri pertamanya?" Satria memegang kedua pundak Kinayu hingga tak sadar membuat Kinayu meringis kesakitan.
"Jawab Kinayu!" sentak Satria karena Kinayu hanya diam dalam tangisnya.
"Atau benar kamu di jadikan istri kedua?"
Diamnya Kinayu membuat Satria paham, hingga emosinya memuncak. Dia tak terima jika wanita yang sangat ia cinta ternyata hanya di jadikan istri kedua.
"Brengs3k!"
"Pria mana yang berani menjadikanmu istri kedua Kinayu?"
"Kamu terlalu berharga jika hanya di jadikan istri kedua!"
Satria menendang udara, dirinya semakin merasa bersalah dan gagal. Dia benci dengan keadaan yang ada, kembali menatap wajah wanita yang hanya diam menundukkan kepala menahan kesedihannya.
"Maafin aku," Satria berlutut di hadapan Kinayu.
"Aku akan berusaha sekalipun kamu tidak mengijinkan." Satria berdiri mengusak rambut Kinayu kemudian pergi dari sana.
Tubuh Kinayu kembali bergetar menahan Isak tangisnya, dia pikir semua akan berakhir setelah ia mengatakan semuanya, tapi justru Satria semakin tak terima.
Kinayu berjalan menuju parkiran dengan langkah gontai. Kinayu memutuskan pulang setelah hatinya tenang. Disaat kampus pun sudah tampak sepi karena di penghujung weekend tak banyak kegiatan yang diadakan.
"Sudah bicaranya?"
deg
Kinayu membeku mendengar suara pria yang tak lain adalah suaminya. Perlahan ia turun dari motor dan menatap pria yang berdiri di sisi mobilnya.
"Maaf..."
"Aku anggap hubungan kalian sudah selesai dan aku tak mengijinkan lagi kalian bertemu di luar jam kuliah." Yudha segera masuk kedalam mobilnya dan pergi dari sana.
Kepala Kinayu serasa ingin pecah, memikirkan kedua pria yang beda generasi dan beda tujuan.
Malam ini Kinayu hanya berdiam diri di dalam kamar, setelah membersihkan diri dia masuk kedalam selimut memilih untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Tak peduli jam makan malam yang sudah terlewatkan.
Yudha pun tak tampak batang hidungnya, entah sudah pulang dari kantor atau belum, Kinayu tak perduli. Dia hanya ingin menenangkan diri dan menjauh dari orang-orang yang membuat hidupnya dalam kegundahan.
Kinayu terjingkat merasakan sebuah tepukan di pundak ketika dirinya mengambil minum di tengah malam. Kinayu menoleh mendapati Yudha yang baru saja pulang. Dengan kemeja yang sudah berantakan dan rambut acak-acakan.
"Buatkan aku kopi!"
Kinayu menganggukkan kepala, menatap Yudha yang berlalu menaiki tangga. Dan tak lama Silvi pun masuk rumah tanpa menoleh ke arahnya dan segera naik ke lantai atas.
Kinayu mengetuk pintu kamar utama, sungguh ragu tapi ia takut Yudha akan mengamuk. Hingga pintu terbuka dengan menampakkan wajah Yudha yang sudah terlihat segar.
"Kopinya Pak!"
"Hhmm...." Yudha meraih kopi tersebut dan tak lama Silvi bergelayut manja dengan pakaian malam yang terbuka.
"Ayo mas masuk!" ucapannya dengan wajah menggoda. Kinayu yang paham akan apa yang mereka lakukan setelah ini memutuskan untuk kembali ke kamar.
Kinayu mengambil bantal serta selimut dan memilih tidur di sofa ruang keluarga. Dia tak ingin kembali mendengar suara dari kegiatan malam yang mampu mengusik tidurnya.
"Disini lebih baik."
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa